Salin Artikel

Kesaksian Warga Saat Gunung Pasaman Longsor Usai Gempa: Kami Lari ke Bukit karena Takut

Pada saat longsor, warga mengaku ketakutan dan berlarian menyelamatkan diri.

Cerita itu disampaikan Siam (31), salah satu korban gempa bumi yang mengungsi ketika berbincang dengan Kompas.com, Sabtu (26/2/2022) malam.

Siam dan keluarganya mengungsi di halaman Kantor Kecamatan Tigo Nagari. Ratusan warga lainnya juga mengungsi di posko terpusat ini.

"Saya waktu itu sendiri di rumah. Istri dan anak-anak pergi ke rumah saudara di Nagari (Desa) sebelah, karena ada acara doa sehari sebelum gempa terjadi," ujar Siam saat dihubungi, Sabtu.

Gempa terjadi pada Jumat (25/2/2022) pagi. Rumah Siam bergoyang. Gempa itu sempat berhenti beberapa menit.

Namun, tiba-tiba datang gempa susulan dengan guncangan lebih kuat.

Siam dan warga yang ada di Nagari Marampah, berhamburan keluar rumah menyelamatkan diri.

"Rumah saya hancur semua. Saya sama warga berkumpul di tempat yang lapang," kata Siam.

Siam mengatakan, pada malam harinya dia bersama warga lainnya masih bertahan di luar.

Beberapa kali gempa susulan masih terjadi, yang membuat waga di kampung itu panik dan ketakutan.

"Yang lebih menakutkan itu waktu longsor Gunung Pasaman. Longsor terjadi sekitar jam empat subuh. Waktu itu memang turun hujan di kampung, tapi tak begitu deras," kata Siam.

Pada saat terdengar suara gemuruh longsor, sebut Siam, ia dan warga lainnya berlari ke atas bukit untuk menyelamatkan diri.

"Saya dan warga lainnya lari ke atas bukit sekencang-kencangnya karena takut. Ada sekitar seratus orang kami yang lari ke bukit dalam kondisi gelap, karena masih jam empat subuh. Listrik padam waktu itu," cerita Siam.

Siam dan warga lainnya lari dalam keadaan panik dan ketakutan.

Bahkan, sebut dia, ada warga yang lari sambil membaca ayat Al Quran, dan ada juga yang menangis.

"Kami panik dan takut semua. Tak terbayangkan saya masih hidup sampai sekarang," sebut Siam.

"Suara gemuruh longsor itu sangat kuat," sebut Siam.

Pagi harinya, sambung dia, terlihat tanah, kayu dan bebatuan pegunungan sudah menutupi sebagian wilayah perkebunan warga.

Sebab, longsoran gunung itu bergerak ke arah permukiman dan materialnya memenuhi sungai.

"Tanah longsor itu bergerak sangat jauh. Kebun kami habis semua," sebut Siam.

Pria yang bekerja sebagai petani kebun ini mengatakan, kondisi rumahnya sudah rata dengan tanah.

"Ada 15 rumah keluarga saya hancur semua. Tak ada yang bisa diselamatkan selain nyawa. Entah di mana lah nanti kami tinggal lagi. Sementara kami masih bertahan di tempat pengungsian. Semoga ada rezeki nantinya buat rumah baru," tutur Siam.

Sebelumnya, gempa bumi mengguncang wilayah Kabupaten Pasaman dan Pasaman Barat, Jumat (25/2/2022) pagi.

Gempa pertama terjadi jam 08.35 WIB, dengan kekuatan magnitudo 5,2. Setelah itu, gempa susulan terjadi pukul 08.39 WIB, dengan kekuatan magnitudo 6,1.

Warga berhamburan keluar rumah untuk menyelamatkan diri. Akibat gempa bumi ini, ratusan rumah hancur dan ribuan warga mengungsi.

https://regional.kompas.com/read/2022/02/27/093817478/kesaksian-warga-saat-gunung-pasaman-longsor-usai-gempa-kami-lari-ke-bukit

Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Close Ads
Bagikan artikel ini melalui
Oke