Salin Artikel

"Kami Sudah Tak Punya Tempat Tinggal Lagi, Rumah Hancur karena Gempa"

Sirun bersama istrinya, Juni (45) serta anak dan cucunya mengungsi di tenda pengungsian yang didirikan Badan Penanggulangan Bencana Daerah (BPBD) Sumatera Barat, di pinggir jalan di Nagari Maringgiang, Kecamatan Tigo Nagari, Kabupaten Pasaman, Provinsi Sumatera Barat.

Tenda pengungsian ini berjarak sekitar tujuh kilometer dari rumah Sirun. Selain Sirun dan keluarganya, ada juga warga korban gempa lainya tinggal sementara di tenda itu.

Saat ditemui Kompas.com, Sabtu (26/2/2022), Sirun sedang duduk di atas kursi plastik. Sedangkan istri, anak dan cucunya duduk di tanah beralaskan tikar.

Sirun dan istrinya nampak sangat sedih. Sesekali air mata mereka berlinang saat menceritakan kondisi rumahnya hancur karena gempa bumi yang terjadi, Jumat (25/2/2022) pagi.

"Kami sudah tak punya tempat tinggal lagi, rumah hancur karena gempa kemarin. Saat ini kami tinggal di tempat pengungsian ini," tutur Sirun.

Ia menyebut dinding rumahnya sudah roboh diguncang gempa. Sudah pasti tak bisa lagi dihuni. Sirun mengaku sedang menunggu anaknya yang datang dari Kota Pekanbaru, Riau.

"Kami sedang nunggu anak dari Pekanbaru untuk menjemput kami ke sini. Untuk sementara kami akan tinggal di Pekanbaru," sebut Sirun.

Sirun menceritakan, gempa pertama datang jam 08.30 WIB. Namun, Sirun dan keluarganya masih berada di dalam rumah.

Namun, selang beberapa menit datang gempa susulan dengan kekuatan yang lebih dahsyat. Sirun dan keluarganya langsung berhamburan keluar rumah menyelamatkan diri.

"Guncangan gempa sangat kuat. Lamanya sekitar lima menit. Kami lari ke halaman rumah," kata Sirun. Tak ada barang yang bisa diselamatkan selain beberapa helai pakaian.

"Saya sempat menarik beberapa pakaian. Selebihnya tak bisa diselamatkan. Rumah kami pun roboh," ujar Sirun.

Sirun kemudian memasukkan pakaian ke dalam karung dan dibawa ke tempat pengungsian menggunakan sepeda motor.

"Entah gimana lagi nanti mau bangun rumah. Semuanya sudah hancur. Tapi, alhamdulillah kami semuanya selamat," imbuh istri Sirun, Juni.

Juni tak bisa menaksir berapa kerugian yang dialaminya akibat bencana alam itu.

"Tak bisa kami taksir. Habis semuanya," tambah Juni yang terlihat menahan air matanya tumpah. Sirun mengatakan pada malam harinya gempa susulan terjadi beberapa kali.

Gempa itu juga mengakibatkan Gunung Pasaman longsor. Bahkan, material longsor tersebut memenuhi aliran sungai di wilayah itu.

Sirun dan keluarganya tak bisa tidur nyenyak karena takut.

"Tak bisa kami tidur. Tadi malam jam 23.00 WIB masih ada lagi gempa. Kami juga takut dengar suara gemuruh dari longsoran Gunung Pasaman," akui Sirun.

Selain rumah Sirun, ratusan rumah warga lainnya juga mengalami rusak berat. Ada juga yang sampai atapnya rata dengan tanah.

Darmawilis (62), korban gempa lainnya mengaku rumahnya juga rusak.

"Dinding bagian belakang rumah saya roboh. Dinding depan dan samping retak-retak. Kini kami sekeluarga juga mengungsi di tenda pengungsian, karena rumah tak bisa dihuni," kata Darmawilis saat diwawancarai Kompas.com di tenda pengungsi, Sabtu.

Selain rumah dia, rumah anaknya juga roboh hingga rata dengan tanah. Padahal, rumahnya anaknya itu bagian depannya baru saja dibangun.

"Rumah anak di belakang rumah saya ini sudah hancur," kata Darmawilis seraya menunjuk ke arah rumah anaknya yang hancur.

Sementara itu, dari pantauan Kompas.com, hampir semua rumah warga terdampak gempa bumi di daerah yang pernah dikuasai oleh kolonial Belanda itu.

Ada yang rata dengan tanah, sebagiannya dinding roboh dan retak.

Rumah-rumah yang rusak itu tampak sepi. Karena semuanya sudah mengungsi. Aparat meminta warga untuk sementara tidak berada di dalam rumah.

Warga mengungsi dengan mendirikan tenda seadanya di pinggir jalan. Ada juga yang mengungsi di tenda pengungsian yang disediakan pemerintah setempat di beberapa titik.

Aparat gabungan dari TNI, Polri, BPBD dan petugas lainnya terlihat hilir mudik untuk melakukan penanganan dampak dari bencana itu.

Bahkan, tim Brimob Polda Sumatera Barat turut dikerahkan ke lokasi bencana.

Sebab, ada informasi terkait adanya enam orang warga yang hilang diduga tertimbun material longsor Gunung Pasaman akibat gempa.

Seperti diketahui, gempa mengguncang wilayah Pasaman dan Pasaman Barat, Provinsi Sumatera Barat (Sumbar), Jumat (25/2/2022).

Gempa pertama terjadi jam 08.35 WIB, dengan kekuatan 5,2 magnitudo. Sedangkan gempa kedua terjadi jam 08.39 WIB, dengan kekuatan 6,2 magnitudo.

Gempa ini turut terasa sampai ke Provinsi Riau dan daerah lainnya.

https://regional.kompas.com/read/2022/02/26/174955978/kami-sudah-tak-punya-tempat-tinggal-lagi-rumah-hancur-karena-gempa

Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Close Ads
Bagikan artikel ini melalui
Oke