Salin Artikel

9 Fakta Kota Bima, NTB, dari Peninggalan Kesultanan Bima hingga Masjid Terapung

KOMPAS.com - Kota Bima terletak di ujung timur Pulau Sumbawa, Provinsi Nusa Tenggara Barat.

Kota Bima merupakan daerah strategis yang masih lekat dengan peradaban Kesultanan Bima

Berikut beberapa fakta Kota Bima:

1. Sejarah Kota Bima

Bima atau juga disebut Dana Mbojo mengalami perjalanan sejarah yang panjang.

Dalam, Kitab BO (Naskah Kuno Kerajaan dan Kesultanan Bima), wilayah ini kedatangan musafir dan bangsawan dari Jawa yang bergelar Sang Bima di Pulau Satonda.

Pulau Satonda merupakan cikal bakal keturunan raja-raja Bima dan menjadi permulaan masa pembabakan zaman pra sejarah.

Federasi Ncuhi (pemimpin pada masa itu) mengangkat Sang Bima menjadi pemimpin.

Secara resmi, Sang Bima menerima pengangkatan tersebut, namun faktanya ia menyerahkan kembali kekuasaan pada Ncuhi Dara untuk memerintahkan atas namanya.

Pada perkembangan selanjutnya, putera Sang Bima, yaitu Indra Zamrud dan Indra Komala datang ke tanah Bima.

Kelak, Indra Zamrud menjadi Raja Bima Pertama. Sejak saat itu, Bima memasuki zaman kerajaan.

Perkembangan selanjutnya, kerajaan Bima menjadi kerajaan besar yang sangat berpengaruh dalam percaturan sejarah dan budaya nusantara.

Secara turun-temurun, kerajaan ini diperintahkan sebanyak 16 raja hingga abad ke 16.

Pada tanggal 5 Juli 1640 Masehi, adalah masa peralihan dari sistem pemerintahan kerajaan ke kesultanan.

Putera Mahkota La Ka'i yang bergelar Rumata Ma Bata Wadu menjadi Sultan Pertama. Lalu, ia berganti nama menjadi Sultan Abdul Kahir (kuburannya di bukit Dana Taraha sekarang).

Sejak saat itu, Bima memasuki peradaban kesultanan yang diperintahkan secara turun temurun oleh 15 sultan hingga tahun 1951.

Masa kesultanan selama tiga abad. Masa kesultanan juga mengalami pasang surut yang disebabkan pengaruh imperialisme dan kolonialisme yang terjadi di bumi nusantara.

Pada 1951, Sultan Muhammad Salahudin, sultan ke 14 wafat. Bima memasuki zaman kemerdekaan, status Kesultanan Bima berganti dengan pembentukan daerah swapraja dan swatantra yang selanjutnya menjadi kabupaten.

Pada tahun 2002, Bima dimekarkan sesuai amanat Undang-undang Nomor 13 tahun 2002 melalui pembentukan wilayah Kota Bima.

Sekarang, Bima menjadi dua daerah administrasi dan politik, yaitu Kabupaten Bima dan Kota Bima.

2. Batas - batas Kota Bima

Kota Bima yang berada di ujung timur Pulau Sumbawa sebagian berbatasan dengan wilayah Kabupaten Bima, yaitu di sebelah utara berbatasan dengan Kecamatan Ambalawi, di sebelah selatan berbatasan dengan Kecamatan Palibelo, di sebelah timur berbatasan dengan Kecamatan Wawo, dan disebelah barat berbatasan dengan Teluk Bima.

3. Luas Wilayah dan Kecamatan

Luas wilayah Kota Bima meliputi wilayah daratan seluas 222,25 km dengan jumlah kecamatan sebanyak 5 kecamatan.

Kecamatan di Kota Bima, yaitu Kecamatan Rasanae Barat, Rasanae Timur, Asakota, Mpunda, dan Raba.

Penduduknya merupakan suku asli Bima dan beberapa suku pendatang lainnya.

Hampir sepertiga atau 31,06 persen wilayah Kota Bima merupakan bagian wilayah Kecamatan Asakota, 28,83 persen wilayah Kecamatan Rasanae Timur, 28,67 persen adalah wilayah Kecamatan Raba dan sebanyak 10 persen adalah wilayah Kecamatan Rasanae barat serta Mpunda.

Total penduduk Kota Bima menurut data BPS adalah 155.140 jiwa. Jumlah penduduk ini terbanyak pada kelompok usia muda, terutama 0-4 tahun sebesar 16.331 jiwa.

4. Peradaban Budaya Dou Mbojo

Peradaban Dou Mbojo yang telah mengakar sejak kerajaan hingga saat ini masih masih melekat dalam keseharian, baik sosial, budaya, dan seni tradisi.

Budaya-budaya tersebut seperti dalam upacara adat, prosesi pernikahan, khataman qur'an, dan lain sebagainya.

Bukti kesultanan juga masih dapat dilihat bahkan menjadi obyek wisata di Kota Bima. Obyek tersebut dikunjungi wisatawan lokal maupun
mancanegara.

5. Sumber Daya Pesisir Kota Bima

Kota Bima memiliki sumber daya pesisir untuk dikelola dan dikembangkan.

Letak pesisir strategis sebagai jalur penghubung pelayaran antar wilayah barat dan timur Indonesia, sebagai daerah yang dapat mempercepat pertumbuhan ekonomi.

Marmer, biji besi, dan pasir besi merupakan salah satu potensi yang dimiliki Kota Bima

Selain itu, Kota Bima berpotensi menjadi tempat transit

6. Potensi Sektor Pertanian

Kota Bima memiliki keunggulan di sektor pangan. Padi yang dihasilkan di Bima berasal dari sawah irigasi dengan areal terluas di Kecamatan Rasanae Timur.

Komoditas pertanian lainnya adalah palawija dan sayur-sayuran, seperti ubi kayu, kacang kedele, jagung, dan kacang tanah.

Selain dikonsumsi sendiri, komoditas tersebut diangkut ke luar Kota Bima termasuk Jawa.

7. Asi Mbojo, Istana Kesultanan Bima

Asi Mbojo merupakan bangunan fisik terakhir Kesultanan Bima. Bangunan ini tampak anggun walupun telah melintasi waktu yang cukup panjang.

Bangunan yang telah menjadi museum bukan hanya sebagai pusat pemerintahan melainkan merupakan lambang identitas sebuah bangsa.

Menurut sejarah, di istana ini bendera merah putih pertama kali dikibarkan di Bima.

Asi Mbojo berisi benda-benda peninggalan Kesultanan Bima.

8. Masjid Terapung, Masjid Amahami

Masjid berada di kawasan Pantai Amahami, tepatnya di Jalan Sultan Muhammad Salahuddin, Kecamatan Rasanae Barat, Kota Bima.

Masjid disebut terapung karena bangunan berada di atas perairan, bangunan ini merupakan landmark baru di Kota Bima.

Bangunan yang baru selesai pada 2017 ini berfungsi sebagai tempat ibadah.

Desain merupakan hasil karya Universitas Petra Surabaya yang mendapatkan mandat langsung dari Pemerintahan Kota Bima.

Sebelumnya, pemerintah ingin mengangkat pariwisata Kota Bima dengan membangun objek yang menarik perhatian turis.

Kabarnya, rumah ibadah ini terinspirasi dari bangunan serupa yang ada di Pantai Losari (Sulawesi Selatan) dan Padang (Sumatera Barat).

Filosofi kepemimpinan masyarakat Kota Bima yang dinamakan Nggusu Waru dan Uma Lengge diwujudkan dalam rancangan dasar masjid dikombinasikan dengan desain bintang Al-Quds, simbol yang terkenal dalam ajaran Islam.

Selain itu, bagian kisi-kisi masjid diberi ornamen khas Bima, berupa bunga Satako. Bunga Satako artinya bunga setangkai, yang mengandung filosofi orang harus bisa menebar kebaikan di keluarga maupun di masyarakat sekitar.

9. Pacuan Kuda (Pacoa Jara)

Pacuan kuda telah menjadi atraksi masyarakat Bima. Di Bima, acara pacuan kuda dilaksanakan empat kali dalam setahun, yaitu dalam rangka Bupati Bima Cup (April), Hari Jadi (Juli), perayaan Hari Kemerdekaan Republik Indonesia (Oktober), dan untuk memeriahkan hari ulang tahun NTB (Desember).

Salah satu arena pacuan kuda dilaksanakan di Pacuan Kuda Sambinae, Kota Bima.

Pacuan kuda menggunakan kuda asal Bima dengan joki cilik berusia 6 sampai 9 tahun, mereka berpacu tanpa menggunakan pelana.

Kuda di Bima disebut Kuda Anjing atau Jara Poro, karena kudanya kecil-kecil dengan tinggi kurang lebih 1 meter.

Pacuan kuda disaksikan ribuan orang. Penonton yang ingin menyaksikan membayar tiket, baik umum atau very personal important person (VIP), dan tersedia tempat duduk.

Sumber: ntb.bpk.go.id, pariwisata.bimakota.go.id, portal.bimakota.go.id,
nationalgeographic.grid.id, dinaspariwisata.bimakab.go.id,
portal.bimakota.go.id, dan
direktoripariwisata.id

https://regional.kompas.com/read/2022/02/24/114124378/9-fakta-kota-bima-ntb-dari-peninggalan-kesultanan-bima-hingga-masjid

Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Close Ads
Bagikan artikel ini melalui
Oke