Salin Artikel

Sederet Cerita Ibu-ibu Saat Berburu Minyak Goreng, Rela Antri Berjam-jam hingga Celupkan Jari ke Tinta

KOMPAS.com - Kelangkaan minyak goreng saat ini masih terasa di sejumlah wilayah Indonesia. Bahkan, untuk mendapatkan minyak goreng dengan harga Rp 14.000 yang telah ditetapkan pemerintah warga pun harus rela mengantri berjam-jam.

Untuk mendapatkan minyak goreng dengan harga murah tersebut tidaklah mudah bagi warga. Sebab, mereka harus saling berebutan.

Bahkan, di beberapa tempat ada yang mewajibkan syarat untuk membeli minyak goreng seperti membawa kartu tanda penduduk (KTP) dan kartu keluarga (KK).

Ada juga yang meminta untuk mencelupkan jarinya ke tinta menandahkan bahwa warga telah membeli minyak goreng di tempat tersebut.

Berikut Kompas.com rangkum sederet cerita ibu-ibu saat membeli minyak goreng di sejumlah daerah:

Seorang ibu di Mamasa, Sulawesi Barat, bernama Levina harus rela mengantre tiga jam untuk mendapatkan minyak goreng.

Ia bahkan harus menutup usahanya dan datang lebih awal agar mendapat minyak goreng dengan harga Rp 14.000 per liter.

Namun, setelah mengantre tiga jam, Levina pun kecewa hanya mendapat satu liter minyak goreng.

"Kami menunggu hingga 3 jam tapi dapatnya hanya 1 liter per orang," kata Levina.

 

Pembelian minyak goreng murah mirip Pemilu terjadi dalam operasi pasar murah minyak goreng (migor) di GOR Tuban, Jumat (18/2/2022) pagi.

Setelah membeli minyak goreng, warga diminta untuk mencelupkan jarinya ke tinta.

Hal itu sebagai penanda bahwa warga tersebut telah membeli minyak goreng murah.

Emawati (33), salah satu warga mengatakan, dalam operasi padr itu ia membeli dua kemasan minyak goreng ukuran satu liter.

"Saya Rp 13.500 per liter. Saya dapat jatah 2 liter. Saat akan ambil minyak, jari celup tinta dulu," kata Emawati dikutip dari Suryamalang.com.

Hal senada juga dikatakan Kotinah (45), yang juga membeli dua liter minyak goreng. Usai membeli ia diminta untuk mencelupkan jarinya ke tinta.

"Saya disuruh mencelupkan jari ke tinta. Saya beli 2 liter minyak goreng seharga Rp 27.000," kata Kotinah.

Tak hanya di Tuban, Jawa Timur, hal serup juga terjadi di Bandar Lampung, pembeli juga diminta untuk mencelupkan jarinya ke tinta saat akan membeli minyak goreng di salah satu swalayan.

Salah seorang pembeli bernama Maya mengaku tidak mempermasalahkan harus menjelupkan jari ke tinta saat akan membeli minyak goreng di swalayan tersebut.

"Tidak masalahnya bagus juga kaya ini. Saya beli minyak goreng dengan ukuran 2 liter dengan harga Rp 28.000," kata Maya dikutip dari Kompas TV.

 

Sementara itu, di Solo, Jawa Tengah, warga rela antre panjang untuk mendapatkan minyak goreng murah seharga Rp 14.000 per liter.

Syarat yang diberikan kepada warga adalah menunjukkan KTP untuk setiap orang. Setiap orang dijatah maksimal membeli enam liter minyak goreng. Warga mengaku, sangat sulit mendapatkan minyak goreng murah.

Salah satu warga bernama Titin Widya mengatakan, saat ini sangat sulit untuk mendapatkan minya goreng.

"Biasanya saya beli di Pasar Legi, tapi sekarang lagi kosong," katanya dikutip dari Kompas TV.

Sementara di Madiun, Jawa Timur, warga diwajibkan membawa KK untuk mendapatkan minyak goreng.

Hal itu dilakukan agar warga tidak membeli berulang kali dan sebagai pemerataan.

 

Sumber: Kompas.com (Penulis : Kontributor Polewali, Junaedi | Editor : Ardi Priyatno Utomo)/Suryamalang.com, Kompas TV, Kompas.id

https://regional.kompas.com/read/2022/02/20/141120578/sederet-cerita-ibu-ibu-saat-berburu-minyak-goreng-rela-antri-berjam-jam

Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Close Ads
Bagikan artikel ini melalui
Oke