Salin Artikel

Balada Minyak Goreng, Langka di Pasaran, Berlimpah Ruah di Medsos

LAMPUNG, KOMPAS.com – Warga Bandar Lampung mengeluhkan kesulitan mendapatkan minyak goreng harga subsidi pemerintah.

Stok minyak goreng harga subsidi di minimarket langsung ludes kurang dari dua jam setelah jam penjualan dibuka.

Ida Laeli (53) warga Kelurahan Sumber Rejo, Kecamatan Kemiling mengaku kecewa karena tidak mendapatkan minyak goreng itu meski sudah mengantre sejak pagi.

Bersama sejumlah tetangganya, Ida datang ke toko minimarket di Jalan Teuku Cik Ditiro pada Sabtu (19/2/2022) sekitar pukul 08.00 WIB.

"Tadi ambil kupon dulu, baru bisa beli (minyak goreng)," kata Ida ditemui di lokasi, Sabtu pagi.

Penjualan minyak goreng seharga Rp14.000 per liter di minimarket itu menggunakan sistem antrean kupon. Warga yang bisa membeli hanya memiliki kupon dan dibatasi 2 liter per orang.

Tetapi meski sudah memiliki kupon dan mengantre, Ida tetap tidak kebagian minyak goreng.

Menurutnya, saat antrean sekitar tujuh orang di depannya, karyawan toko mengatakan stok untuk saat itu sudah habis.

"Nggak sampai ke saya, paling baru satu jam lebih sedikit sudah habis," kata Ida.

Berlimpah di marketplace dan medsos

Meski ketersediaan minyak goreng harga subsidi di pasaran disebutkan langka, hal ini tidak berlaku di media sosial.

Di sejumlah grup media sosial, banyak warganet menawarkan minyak goreng dengan harga yang lebih tinggi dan stok berlimpah.

Kebanyakan warganet ini tidak menjual secara eceran, melainkan per karton (dus).

Salah satu penjual yang dihubungi via Facebook Messenger, YDP mengaku menjual minyak goreng kemasan 2 liter per kardus seharga Rp 290.000.

Setiap kardus berisi enam bungkus. Sehingga harga per bungkusnya sekitar Rp 48.000. YDP mengaku memiliki stok yang agak banyak, meski tidak menyebut jumlahnya.

"Dari sananya (agen) sudah mahal, jadi kalau saya jual harga subsidi nggak bakal balik modal," kata YDP.

YDP mengatakan baru sekitar satu bulan berjualan minyak goreng sejak awal Januari 2022 kemarin.

"Biasanya memang setiap deket bulan puasa sama lebaran saya jualan sembako," kata YDP.

Warganet lainnya, DWY mengaku memiliki stok 100 kardus.

Meski tidak menyebut harga, DWY mengatakan harga jual lebih tinggi dibanding harga subsidi pemerintah.

"Harganya sudah tinggi dari sananya (agen), kalau mau murah di minimarket. Saya cuma ambil untung sedikit," kata DWY.

Seperti YDP yang berjualan sembako menjelang puasa, DWY juga mengaku tidak membuka toko grosir ataupun toko sembako.

"Cuma jualan pas mau (bulan) puasa aja," kata DWY.

Banyak pedagang dadakan

Selain ketimpangan ketersediaan di pasaran dan media sosial, diduga juga banyak warga yang menjadi pedagang dadakan.

Zulfiandi (38) warga Kelurahan Sukajawa, Kecamatan Tanjung Karang Barat menduga banyak pedagang dadakan setelah minyak goreng dianggap langka di pasaran.

Hal ini dilihatnya sendiri saat hendak membeli minyak goreng kebutuhan pribadi di salah satu toko grosir di wilayah Pasar Tamin pada Kamis (17/2/2022) kemarin.

Ketika itu, toko tersebut baru masuk stok minyak goreng sekitar 500 dus.

"Nggak nyampe 1 jam sudah habis terjual, kebanyakan yang beli di atas lima dus," kata Zulfiandi saat dihubungi, Sabtu siang.

Dari informasi karyawan toko, kebanyakan warga yang membeli berdus-dus minyak goreng itu bukan pelanggan tetap toko.

"Katanya sih kebanyakan orang baru, bukan pelanggan," kata Zulfiandi.

Tak hanya itu, Fitri Andriyani (27) warga Kelurahan Beringin Jaya, Kecamatan Kemiling membenarkan banyak pedagang dadakan saat ini.

Bahkan, ada tiga tetangga satu blok perumahannya yang kini berjualan minyak goreng.

"Dijual di grup WhatsApp perumahan, harganya yang kemasan 1 liter dijual Rp21.000," kata Fitri.

https://regional.kompas.com/read/2022/02/19/151819178/balada-minyak-goreng-langka-di-pasaran-berlimpah-ruah-di-medsos

Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Close Ads
Bagikan artikel ini melalui
Oke