Salin Artikel

Si Abah, Macan Tutul Ikon Gunung Sawal Ciamis Ditemukan Mati

CIAMIS, KOMPAS.com - Si Abah, macan tutul yang menjadi ikon Gunung Sawal, Kabupaten Ciamis, Jawa Barat, ditemukan mati.

Macan tutul ini ditemukan tinggal tulang di kaki Gunung Sawal, tepatnya di daerah Jalatrang, Kecamatan Cipaku.

"Kita menduga mati secara alami. Kulitnya sudah luluh sempurna," kata Kepala Bidang Konservasi Sumber Daya Alam (KSDA) Wilayah III Ciamis, Andi Witria melalui sambungan telepon, Rabu (9/2/2022).

Awalnya, kantor KSDA mendapat laporan dari warga yang sedang berkebun terkait penemuan tulang belulang hewan, Kamis (3/2/2022).

Saat itu warga menduga itu tulang kambing atau domba.

"Namun ada taringnya. Temuan itu dilaporkan ke KSDA karena diduga macan tutul," kata Andi.

Tim dari KSDA kemudian menuju lokasi penemuan tulang belulang tersebut.

Lokasinya berada di kebun warga, jaraknya sekitar 500-600 meter dari batas kawasan Suaka Margasatwa Gunung Sawal.

Setelah dilihat ke lokasi, lanjut Andi, memang benar yang tersisa hanya tulang. Petugas kemudian memeriksa lebih lanjut tulang tersebut.

"Kami punya data morfometrik si Abah, gigi dan tengkorak. Setelah dicocokkan itu sama dari susunan giginya. Itu juga diperkuat oleh pernyataan dokter hewan," kata Andi.

Setelah menjalani pemeriksaan, lanjut dia, pihaknya cukup yakin bahwa tulang belulang itu adalah si Abah, sang Penguasa Gunung Sawal.

"Dugaan 99 persen itu adalah Abah," jelas Andi.

Hasil pemeriksaan, si Abah diperkirakan mati 2 bulan lalu. Kematian macan ini kemungkinan secara alamiah.

Selain itu, kata Andi, terdapat sisa-sisa belatung di tulang belulang hewan itu.

Hal ini menandakan si Abah bukan mati akibat diracun.

"Ada belatung hidup di tulangnya. Tidak ada zat-zat kimia," jelasnya.

Pihaknya juga memeriksa tulang belulang itu dengan alat pendeteksi logam. Hasilnya tidak ditemukan ada logam di tulang belulang.

"Khawatir ada peluru, hasil metal detektor tak ada," katanya.

Menurut Andi, tulang belulang si Abah dalam kondisi baik. Tidak ada bekas pukulan pada tulang tersebut.

Ia memperkirakan si Abah mati karena usianya yang sudah tua. Menurutnya, macan ini sudah berusia 14 tahun dan hampir 15 tahun.

Menurutnya, berdasarkan hasil penelitian, rata-rata macan tutul di alam disebut tua saat berusia 12-18 tahun.

Apabila di kebun binatang, usianya bisa saja lebih lama karena dikasih makan.

Menurut Andi, saat terakhir ditangkap dua tahun lalu, gigi taring si Abah sudah tanggal, gigi seri sebelah kanan rusak, gigi geraham sudah patah.

Karena usianya sudah senja, kemampuan berburu macan ini juga sudah berkurang.

Hal lainnya, tambah Andi, si Abah tergeser oleh jantan muda yang lebih kuat sehingga tidak bisa bersaing di alam.

"Dia mati dengan tenang di habitatnya," ujarnya.


Populasi macan tutul di Gunung Sawal

Sementara itu, macan tutul dewasa yang sudah terekam kamera jumlahnya 10 ekor. Jumlah ini terdiri dari empat jantan dan enam betina.

Macan tutul jantan, menurut Andi, rata-rata berusia 6-8 tahun. Sedangkan macan betina ada yang usianya sudah 12 tahun.

"Ada istri si Abah dua ekor, usianya 12 tahun," katanya.

Menurut Andi, macan tutul di Gunung Sawal sangat bisa berkembang biak. Bahkan, kata dia, ada warga yang sempat melihat anak macan tutul di Gunung Sawal.

"Kami juga sempat mendapat laporan adanya anak macan tutul. Namun, keberadannya belum terekam kamera. Itu kan tetap harus dibuktikan keberadaannya, harus terekam," katanya.

"Si Abah ini simbol spirit. Jadi ikon Ciamis. Si Abah punya nilai historis," katanya.

Andi menginginkan spirit si Abah tetap ada. Sebelumnya, si Abah sempat tertangkap dua kali hingga dikembalikan ke Gunung Sawal.

"Sampai menutup mata di Gunung Sawal, ini jadi edukasi yang baik," jelasnya.

https://regional.kompas.com/read/2022/02/09/212711878/si-abah-macan-tutul-ikon-gunung-sawal-ciamis-ditemukan-mati

Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Close Ads
Bagikan artikel ini melalui
Oke