Salin Artikel

Tari Kejei Asal Bengkulu: Sejarah, Rangkaian, dan Makna Gerakan

Salah satu tari adat Bengkulu yaitu Tari Kejei yang biasa ditampilkan dalam upacara adat kejei oleh masyarakat Suku rejang.

Suku Rejang sendiri merupakan suku bangsa yang mendiami sejumlah wilayah di Provinsi Bengkulu.

Wilayah teritorial Rejang sendiri berada di beberapa kabupaten di Bengkulu, seperti Lebong, Rejang Lebong, dan Kabupaten Kepahiang.

Sejarah Tari Kejei

Tari Kejei adalah tarian tradisional masyarakat Rejang yang ditampilkan saat upacara Kejei, dan dibawakan oleh Anak Sangei atau pemuda-pemudi penari.

Upacara Kejei merupakan salah satu upacara terbesar masyarakat Rejang, yang diwarnai dengan pemotongan kerbau, kambing, dan sapi.

Upaca Kejei sendiri merupakan acara adat yang diselenggarakan cukup lama, mulai dari 3 hari, 15 hari, 3 bulang, hingga 9 bulan.

Dengan demikian, Tari Kejei dianggap sakral dan diyakini mengandung nilai dan makna tersendiri bagi masyarakat Suku Rejang.

Tari Kejei diyakini sudah ada sejak sebelum era Kerajaan Majapahit. Konon tarian ini pertama kali dipentaskan dalam pernikahan Putri Senggang dan Biku Bermano.

Namun dari keterangan sejarah, Tari Kejei pertama kali dilaporkan oleh seorang pedagang Pasee bernama Hassanuddin al-Pasee.

Al-Pasee pernah berniaga ke wilayah Bengkulu sekitar tahun 1468 dan menyaksikan pementasan tarian ini.

Pada tahun 2017, Kementerian Pendidikan dan Kebudayaan Indonesia menetapkan Tari Kejei sebagai Warisan Budaya Takbenda.

Saat ini ada beberapa sanggar tari yang mengajarkan Tari Kejei, seperti Sanggar Depun Keme di Kelurahan Durian Depun, Kecamatan Merigi, Kepahiang, Bengkulu.

Rangkaian Tari Kejei

Tari Kejei dipentaskan dengan beberapa rangkaian yang masing-masing memiliki makna mendalam bagi masyarakat Rejang.

Berikut beberapa rangkaian Tari Kejei:

1. Ritual Temu’un gong

Rangkaian Tari Kejei pertama berupa Ritual Temu’un Gong. Ritual ini dilakukan untuk meminta izin kepada leluhur agar pelaksanaan Tari Kejei dapat berjalan lancar.

Ritual Temu’un gong dilaksanakan dengan pembacaan doa sebanyak tiga kali oleh Tuwei Batin. Lalu alat musik akan diasapi dengan kemenyan.

2. Jampi Limau Anak Sangei

Ritual ini dilakukan untuk penguatan agar para penari yaitu Anak Sangei tidak diganggu oleh roh jahat.

Ritual ini dilakukan dengan pemberian jampi limau dan tepung setawar oleh Tuwei Batin kepadapara penari dengan cara dipercikkan.

Namun, seiring dengan menyebarnya ajaran Islam, ritual Jampi Limau ini tidak lagi dipraktikkan.

Rangkaian berikutnya berupa tari penyambutan, yaitu mnenyambut orang yang dianggap penting.

Tari penyambutan juga berfungsi untuk mengantarkan tamu dari pintu masuk menuju tempat yang telah disediakan saat Upacara Kejei berlangsung.

Tari ini dibawakan oleh 5 orang penari perempuan atau lebih, dengan catatan jumlahnya harus ganjil.

4. Inti Tari Kejei

Rangkaian inti Tari Kejei dilakukan dengan membawakan gerakan Tari Kejei oleh para penari atau Anak Sangei.

Saat tarian inti dimulai, penari akan membentuk dua baris berbanjar, yaitu satu barisan penari laki-laki, dan satu lagi barisan penari perempuan.

Posisi ini sebagai simbol perbedaan dan batas antara laki-laki dan perempuan, dimana keduanya tidak boleh membaur.

Masyarakat Rejang meyakini bahwa anak perempuan harus dijaga dan tidak boleh bercampur dengan lawan jenis.

Seorang penari perempuan akan bertugas menyambei atau bersyair. Tarian dimulai setelah gong berbunyi.

Gerakan Tari Kejei

Tari Kejei memiliki sejumlah gerakan yang masing-masing merupakan simbol dan memiliki makna tersendiri.

- Gerak Sembah Menari

Gerakan pertama yaitu Gerak Sembah Menari. Gerakan ini dilakukan sebanyak tiga kali oleh para penari.

Gerak sembah pertama bermakna penghormatan kepada para leluhur. Sembah kedua untuk menyambut dan menghormati tamu.

Sementara sembah ketiga bermakna penghormatan kepada sesama penari laki-laki dan perempuan, atau juga dimaknai sebagai perkenalan agar saling akrab.

- Gerak Bederap Salah

Gerak Berderap Salah untuk penari laki-laki dan perempuan berbeda. Penari laki-laki akan berdiri pelan dari posisi duduk sembah.

Sementara penari perempuan akan berdiri pelan dengan posisi tangan berada di belakang pinggang.

Gerakan ini memiliki makna sebagai langkah kebaikan, dimana setiap orang harus bisa membawa diri menuju ke arah yang lebih baik.

- Gerak Metik Jari

Gerakan ini dilakukan dengan penari laki-laki dan perempuan berjalan mengelilingi penei.

Gerak Metik Jari bermakna bahwa laki-laki dan perempuan harus saling bertukar pikiran, meski yang bertindak sebagai pemimpin adalah laki-laki.

- Gerak Mateak Dayung

Gerakan ini dilakukan dengan para penari mengelilingi sesaji. Penari perempuan mengubah posisi tangan lurus ke bawah dan semua ujung jari menghadap ke belakang sambil memegang selendang.

Sementara penari laki-laki akan mengubah posisi tangan lurus ke samping.

Gerakan ini merupakan simbol penyerahan diri kepada sang pencipta yang maha kuasa.

- Gerak Sembah Penyudo

Gerakannya sama dengan gerak sembah di awal tadi. Namun gerakan ini bermakna sebagai pamitan para penari kepada leluhur, tamu agung, dan para penonton.

- Gerak Mendayung

Gerakan ini menandakan berakhirnya pementasan Tari Kejei, serta sebagai simbol perpisahan.

Para penari akan berjalan di tempat sebanyak delapan hitungan yang dimulai dengan kaki kanan.

Posisi badan penari tegak lurus, pandangan ke depan, kemudian perlahan melangkah mundur membentuk satu barisan.

Sumber:
Unib.ac.id

https://regional.kompas.com/read/2022/02/06/171500678/tari-kejei-asal-bengkulu--sejarah-rangkaian-dan-makna-gerakan

Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Close Ads
Bagikan artikel ini melalui
Oke