Salin Artikel

6 Fakta Menarik Suku Minangkabau, dari Tradisi Merantau hingga Warisan Diturunkan pada Anak Perempuan

KOMPAS.com - Suku Minangkabau merupakan suku asli Indonesia yang berada di Sumatera Barat (Sumbar).

Layaknya suku-suku di Tanah Air, suku Minangkabau memiliki beragam tradisi. Tradisi itu merupakan adat sebagai bagian kehidupan suku Minangkanau.

Berikut fakta-fakta adat suku Minangkabau:

1. Memiliki Kebiasaan Merantau

Suku Minang berusaha keluar dari kampung halaman atau pergi meninggalkan kampung halaman untuk menyambung hidup di daerah atau negeri orang. Peristiwa ini disebut "merantau".

Daerah yang dituju adalah perkotaan yang ramai. Rata-rata, usaha yang dilakoni orang Minangkabau adalah berdagang.

Saat merantau, mereka tidak membawa modal berupa uang, melainkan semangat dan keuletan.

Bagi orang Minang, merantau untuk melawan kemiskinan. Orang Minang menyadarai bahwa pengangguran adalah hal yang memalukan

2. Sistem Kekeluargaan Matrilineal

Sistem kekeluargaan matrilineal berarti mengatur hubungan kekerabatan berdasarkan garis ibu. Prinsipnya, seorang anak akan mengambil suku ibunya.

Harta warisan

Garis turunan ini mempunyai arti bahwa anak anak akan memperoleh warisan menurut garis keturunan ibu. Warisan yang dimaksud harta peninggalan secara turun-temurun.

Harta warisan dapat dikelompokkan sebagai warisan (pusaka) tinggi atau pusaka rendah.

Harta warisan pusaka tinggi adalah harta yang diwarisi ibu secara turun-temurun. Sedangkan, harta warisan pusaka rendah adalah warisan dari hasil usaha ibu dan bapak selama mereka terikat perkawinan.

Sistem harta warisan pusaka tinggi, setiap warisan akan jatuh ke anak perempuan. Ia memiliki hak memiliki dan akan diwariskan pula kepada anaknya.

Sedangkan anak laki-laki tidak memiliki hak pusaka tinggi, tetapi ia hanya berhak mengusahakan. Seorang laki-laki hanya boleh mengambil sebagian dari hasil harta warisan sesuai usahanya. Tetapi, dia tidak dapat mewariskan pada anaknya.

Kalau, ia meninggal maka harta itu akan kembali ke ibunya atau adik perempuan maupun kemenakan perempuannya.

Rumah Gadang

Dalam sistem matrilineal, satu rumah gadang dihuni oleh satu keluarga. Rumah ini berfungsi untuk kegiatan-kegiatan adat dan tempat tinggal.

Keluarga yang mendiami rumah gadang adalah orang-orang yang seketurunan yang dinamakan saparuik (dari satu perut) atau setali darah menurut garis keturunan ibu.

Yang disebut saparuik adalah ibu, anak laki-laki dan anak perempuan dari ibu, saudara laki-laki ibu, saudara perempuan ibu beserta anak-anaknya, atau cucu-cucu ibu dari anak perempuannya disebut saparuik.

Sedangkan ayah (suami ibu) tidak termasuk keluarga di rumah gadang istrinya. Tetapi, dia menjadi anggota keluarga dari paruik rumah gadang tempat ia dilahirkan (ibunya).

3. Tradisi Bajapuik (dijemput)

Tradisi Bajapuik budaya orang minang dalam prosesi perkawinan. Karena orang minang menganut sistem matrilenial atau garis keturunan ibu. Posisi laki-laki dalam rumah gadang adalah "pendatang".

Maka, pihak perempuan harus menjemput pihak laki-laki agar datang ke rumah gadang dan menjadi bagian keluarga besar.

Dalam perkawinan di masyarakat Pariaman disebut dengan manjapuik marampulai (menjemput pengantin pria).

Dalam tradisi di daerah Pariaman, tradisi manjapuik diikuti tradisi bajapuik, dimana pihak perempuan memberikan sesuatu kepada pihak laki-laki berupa uang jupuik (uang jemput) dan uang hilang.

Kebanyakan uang japuik dan uang hilang ditentukan dari status sosial marampulai (pengantin pria).

4. Mandi Balimau

Mandi Balimau merupakan tradisi, khususnya warga Kota Padang setiap menyambut bulan suci ramadan. Sehari sebelum pelaksanaan puasa akan terlihat masyarakat berbondong-bondong mandi bersama di Sungai Batang Kuranji dan Sungai Lubuk Mintutun.

Anehnya ditempat pemandian itu, laki-laki dan perempuan mandi bersama meskipun menggunakan pakaian yang tidak terlalu mencolok.

Tradisi ini dilakukan oleh semua kalangan mulai anak-anak hingga orang dewasa di aliran sungai tersebut.

Mandi balimau merupakan salah satu cara masyarakat mensucikan diri sekaligus sebagai ajang silaturahmi masyarakat sekitar.

5. Makan Bajamba

Tradisi makan bajamba ditemui dalam penyelenggaraan acara adat Minangkabau, hari besar keagamaan, dan hari penting lainnya.

Makan bersama yang diikuti ratusan orang. Mereka dibagi dalam kelompok berjumlah 5-7 orang.

Dalam tradisi yang disebut juga makan barapak ini, setiap kelompok akan mendapatkan aneka nasi beserta lauk pauknya, (gulai babat, ayam, daging masak asam padeh, dan lain-lain) dalam sebuah wadah.

Tradisi ini memiliki aturan makan, yaitu peserta tidak boleh mengambil makanan dihadapan mereka kalau ada orang tua yang belum mengambil. Selain itu, ketika makan peserta harus mengambil nasi dan lauk pauk secukupnya dengan tangan kanan.

Setelah itu, nasi dilempar ke mulut secara cepat, sedangkan tangan kiri berfungsi menabung makanan yang berceceran dari mulut.

6. Batagak Pangulu

Batagak Pangulu adalah ritual penobatan penghulu baru atau Batagak Pangulu. Upacara dilakukan selama 3 sampai 7 hari dengan memotong kerbau. Upacara dilakukan secara meriah dengan adanya pencak silat dan iring-iringan.

sumber: http://kotaku.pu.go.id:8/, ejurnal.esaunggul.ac.id, https://isi-dps.ac.id/beri, https://sumbarprov.go.id/, dan
https://student-activity.binus.ac.id/h

https://regional.kompas.com/read/2022/01/20/224830778/6-fakta-menarik-suku-minangkabau-dari-tradisi-merantau-hingga-warisan

Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Close Ads
Bagikan artikel ini melalui
Oke