Salin Artikel

Sakit hingga Tak Mau Sekolah, Ratusan Anak Terdampak Gempa Maluku Jalani Trauma Healing

Pemulihan psikologi anak dalam bentuk trauma healing ini dilakukan oleh seorang pendeta Gereja Betel yang jugaa jemaat GPM Bebar Timur, Eklin Amtor de Fretes di salah satu lokasi pengungsian di wilayah tersebut.

Menurut Eklin, banyak anak di Pulau Damer yang mengalami trauma, ketakutan hingga ada yang sakit dan tidak mau pergi ke sekolah karena dihantui kecemasan usai gempa.

“Sebagai seorang pendeta saya punya kegelisahan dan keprihatinan untuk para penyintas yang trauma akibat gempa ini. Banyak anak yang sakit, panas, ketakutan, tidak mau jauh dari orangtua, tidak mau ke sekolah karena trauma,” ungkap Eklin kepada Kompas.com via WhatsApp, Kamis (23/12/2201).

Lantaran tak ingin melihat kondisi anak-anak di wilayah itu terus diliputi ketakutan, dia lantas berkoordinasi dengan Ketua Sinode Gereja Protestan Maluku, Pdt. ET Maspaitela untuk melakukan trauma healing bagi anak-anak korban gempa.

“Saya didukung untuk mewakili Gereja Protestan Maluku menghelat psikososial,” katanya.

Adapun dalam kegiatan yang dilakukan itu, Eklin mengaku mendapat support dari berbagai pihak seperti teman-teman aktivis atau pelayanan anak di Jakarta dari TIM Ceria Indonesia dan teman-teman Muslim di Ambon dari Maluku Peduli.

“Teman-teman ini menyumbang makanan ringan untuk saya bagikan dari tenda ke tenda buat anak-anak,” ujarnya.

Eklin menuturkan, kegiatan trauma healing untuk anak-anak itu tidak dilakukan sendiri namun dibantu oleh teman-temannya dari pengasuh Jemaat GPM Bebar Timur dan juga Majelis Jemaat GPM Bebar Timur.

“Saya memulai di Jemaat GPM Bebar Timur dan akan mengunjungi serta melakukan psikososial kedua di desa lainnya yang terdampak. Sebab hanya tiga desa yang terampak yaitu Bebar Timur, Bebar Barat dan Ilih. Sedangkan desa lainnya tidak terdampak dalam artian tidak mengalami kerusakan,” ungkapnya.

Dia mengatakan, kegiatan trauma healing yang dilakukan bagi anak-anak korban gempa di wilayah itu bertujuan untuk mengembalikan keceriaan mereka.

“Tujuan saya hanya sederhana yaitu lewat psikososial ini, anak-anak bisa gembira, ketakutan bisa berangsur hilang, harapan dan keceriaan anak-anak bisa tumbuh kembali,” ujarnya.

Dalam kegiatan trauma healing yang dilakukan, Eklin dan teman-temannya kerap menggunakan baju santa klaus hingga kostum badut dan ibu peri. Anak-anak juga diberikan kue sehingga mereka sangat merasa senang.

“Untuk psikososial tahap pertama, kami berusaha edukasi anak-anak bahwa perasaan cemas, takut, khawatir, itu perasaan yang wajar. Untuk setiap perasaan itu kami ajak anak-anak untuk tenang,” katanya.

Dalam kegiatan itu pihaknya menggunakan beberapa metode seperti Living Values Education atau pendidikan menghidupkan nilai.

Mereka juga menggunakan metode ventriloquist yaitu seni berbicara tanpa menggerakkan bibir dengan menggunakan bantuan boneka.

“Respons masyarakat sangat antusias. Orang dewasa laki-laki dan perempuan sampai orangtua lanjut usia pun ikut bermain, bergoyang dan bernyanyi bersama-sama karena kami semua trauma,” ungkapnya.

“Saya juga trauma, tapi saya berusaha menyembuhkan trauma yang saya alami dengan menguatkan orang lain lewat cara psikososial ini. Sebab dengan menguatkan orang lain, beta yang lemah pun akan jadi kuat,” tambahnya.

Eklin mengaku trauma healing yang dilakukan bagi anak-anak di pulau tersebut akan terus berlanjut untuk memulihkan kembali kondisi psikologi anak.

Saat ini pihaknya masih fokus melakukan trauma healing di satu desa karena kondisi cuaca yang sangat buruk.

Ia pun berharap ada dukungan dari pihak lain untuk memulihkan kembali anak-anak di pulau tersebut

“Saya kekurangan mainan bagi anak-anak. Seperti congklak, ular tangga, mobil-mobilan, boneka, dll. Supaya setelah selesai psikososial dengan dua tahapan. saya bisa kasih anak-anak kado yaitu mainan untuk anak-anak main di tenda guna hilangkan ketakutan dan stres,” ungkapnya. 

https://regional.kompas.com/read/2021/12/23/154210578/sakit-hingga-tak-mau-sekolah-ratusan-anak-terdampak-gempa-maluku-jalani

Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Close Ads
Bagikan artikel ini melalui
Oke