Salin Artikel

Harsi 20 Tahun Jualan Tengkleng Tak Pernah Dipermasalahkan soal Harga, Sedih Kini Warungnya Sepi Setelah Viral Dianggap Mahal

SUKOHARJO, KOMPAS.com - Harsi (60) masih terlihat sedih. Sesekali menangis.

Ia masih teringat warung tengklengnya beberapa hari terakhir viral di media sosial karena dianggap harganya mahal.

Padahal, selama puluhan tahun berjualan tengkleng tidak pernah ada pembeli yang mempermasalah soal harga.

Harsi berjualan tengkleng di Kawasan Jalan Kunir V Grogol, Solo Baru, Sukoharjo, Jawa Tengah sejak masih usia 40 tahun.

Sebelum membuka warung sendiri dengan nama "Tengkleng Kambing dan Sapi Bu Harsi", dia ikut membantu tetangganya berjualan tengkleng.

Harsi banyak belajar bagaimana membuat tengkleng dari tetangganya.

Setelah itu, ia memberanikan diri untuk membuka warung sendiri.

Awalnya, ia membuka warung tengkleng di sisi utara Jalan Kunir V Grogol.

Karena ada penataan kawasan, ia pun pindah di selatan jalan hingga sekarang.

"Dulu saya ikut tetangga jualan tengkleng. Jualannya dulu digendong. Lha saya ikut," kata Harsi sambil terbata-bata ditemui Kompas.com di warungnya, Rabu (8/12/2021).

Harsi membeli bahan tengkleng di Semanggi, Solo. Karena langganannya itu sudah tidak lagi melayani pembelian, Harsi pindah langganan di Sukoharjo sampai sekarang.

Harsi menuturkan, jarak dari rumah untuk membeli bahan tengkleng cukup jauh sehingga harus meminta bantuan ojek. Harsi harus merogoh kocek Rp 20.000 pulang-pergi.

"Sore saya pesan dulu. Terus Subuh saya ambil naik ojek ongkos PP Rp 20.000," kata dia.

Bahan tengkleng yang dia beli dari langganannya berupa kepala kambing dan balungan. Sedangkan untuk iga sapi Harsi membelinya di Pasar Kadipolo Solo.

Harsih harus mengeluarkan uang sebesar Rp 360.000 setiap kali kulakan bahan tengkleng.

Belum lagi kalau harganya naik. Ia harus menyesuikan kemampuan keuangannya.

Selama ini, Harsi memang tidak pernah membuat daftar harga tengklengnya secara lengkap karena tidak tahu baca dan tulis.

Dia hanya menuliskan dalam MMT yang terpasang di depan warung tengkleng porsi besar Rp 30.000 dan porsi kecil Rp 15.000.

"Tapi setelah dijual banyak pembeli minta bayarnya murah. Banyak yang protes harganya mahal. Saya orang bodoh, tidak sekolah," ungkap dia.

Harsi mengatakan yang membuat dirinya sakit hati ketika ada pembeli yang meminta tambahan porsi tetapi tidak mau membayar.

"Pembeli itu ada yang minta porsi kecil, porsi besar. Ada yang minta tambah tapi tidak mau dihitung tambahannya malah protes," tambah dia.

"Ada pembeli suami istri membeli tengkleng komplit satu porsi, dua nasi dan es teh dua. Tengkleng komplit itu dihitung porsi besar tidak mau. Nasi tambah juga tidak mau dihitung tarif," sambung dia.

Harsi terpaksa mengurangi olahan tengklengnya karena khawatir tidak habis.

Sejak viral di media sosial karena dianggap harganya mahal, warungnya sepi pembeli.

Biasanya sehari bisa mengolah tengkleng sebanyak 5 kilogram, sekarang hanya 2 kilogram terkadang tidak habis lantaran sepinya pembeli.

"Saya kulakan itu harganya sudah mahal. Kok yang beli bilang tengkleng Bu Harsi harganya mahal. Saya tidak tahu kalau jadi viral begini," ucap Harsi.

Dirinya berharap warung tengklengnya bisa kembali ramai. Selama ini, keuntungan sedikit dari jualan tengkleng dia gunakan untuk kebutuhan sehari-hari.

"Untung sedikit saya buat beli beras, bumbu-bumbu. Saya di rumah sendiri. Anak-anak sudah hidup sendiri-sendiri," kata Harsi.


Sebelumnya, Ketua Paguyuban Pedang Kaki Lima (PKL) Setia Kawan Solo Baru Sudarsi (51) mengatakan akan memfasilitasi Harsi agar tidak kembali viral karena harganya dianggap terlalu mahal.

Darsi mengatakan, paguyuban sempat khawatir dengan viralnya warung tengkleng Bu Harsi karena harganya mahal sehingga dapat berdampak pada pedagang lainnya.

"Teman saya sendiri sudah pernah tapi masih di sana (utara jalan). 15 tahun yang lalu mungkin. Dua porsi Rp 150.000. Memang saya merasakan ada lidah, telinga, otak memang lengkap tarifnya segitu," ungkap dia.

Agar tidak kembali terulang, kata Darsi, paguyuban akan membantu Harsi untuk membuat daftar harga olahan tengklengnya.

Di sisi lain pihaknya akan memasukkan Harsi dalam anggota paguyuban agar dapat mengetahui informasi dan perkembangan terkait pedagang kaki lima.

https://regional.kompas.com/read/2021/12/08/180431478/harsi-20-tahun-jualan-tengkleng-tak-pernah-dipermasalahkan-soal-harga-sedih

Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Close Ads
Bagikan artikel ini melalui
Oke