Salin Artikel

Kisah Balita Alfarizi Alami Gangguan Pendengaran, Tak Mampu Beli Alat Bantu Dengar hingga Pemkot Turun Tangan

Hasil pemeriksaan rumah sakit (RS) menyatakan, balita tersebut harus menggunakan alat bantu dengar.

Namun, karena harga alat bantu dengar cukup mahal, pihak keluarga tidak sanggup untuk membeli.

Apalagi, sang balita kini harus diasuh oleh sang nenek karena ibundanya sudah meninggal beberapa waktu lalu.

Berikan bantuan alat pendengaran

Camat Simokerto Kota Surabaya, Deddy Sjahrial Kusuma mengatakan, pihaknya sudah melakukan outreach (pelayanan luar panti) ke rumah balita itu.

Ia bersama pihak kelurahan dan puskesmas juga turut serta mengantar balita dan neneknya ke RSUD dr Soewandhie untuk dilakukan pemeriksaan intensif.

"Besok kembali lagi ke rumah sakit untuk dilakukan pengukuran alat bantu dengar. Nanti, setelah itu tiga minggu alatnya datang, karena harus pesan dulu dari Jakarta," kata Deddy dikonfirmasi, Kamis (2/12/2021).

Ia memastikan, Dinas Kesehatan Kota Surabaya sudah memberikan intervensi kepada balita tersebut berupa bantuan alat dengar.

Selain itu, intervensi berupa bantuan bahan makanan juga sudah diusulkan ke Dinas Sosial.

"Untuk permakanan juga sudah dibantu. Kemudian terkait bantuan PKH (Program Keluarga Harapan) juga sudah diurus oleh Dinas Sosial," ucap Deddy.

Masuk KK nenek

Deddy menyebutkan, balita tersebut kini tercatat ke dalam Kartu Keluarga (KK) Sulikah atau sang nenek di alamat RT 12 RW 05, Kelurahan Simolawang, Kecamatan Simokerto.

Sedangkan alamat ayah dari balita itu, masih berada di Perak.

"Nah, balita ini sudah masuk ke KK neneknya. Ini dulu memang rencana mau dipindah ke alamat Simolawang, tapi kemudian belum sampai ibunda si balita meninggal," ujar dia.


Untuk itu, ia juga melakukan intervensi terkait administrasi kependudukan balita tersebut supaya langkah ke depannya lebih mudah dilakukan.

"Kita juga bantu urus KK-nya, saya minta ayahnya agar pindah alamat dari Perak ke Simolawang. Karena kalau di Simolawang rumah sendiri, peninggalan orang tua," ujar dia.

Alami keterlambatan bicara

Pelaksana Tugas (Plt) Kepala Puskesmas Simolawang, Kecamatan Simokerto Kota Surabaya, dr. Dwi Sapta Edy Purnama menjelaskan, balita tersebut sebelumnya pernah diperiksa di Puskesmas pada 20 Agustus 2021.

"Setelah diperiksa kok ada keterlambatan bicara dan gangguan pendengaran, lalu kami beri rujukan ke rumah sakit RSUD dr Soewandhie," kata Edy, sapaan akrabnya.

Namun, kata Edy, sang nenek ingin agar cucunya dirujuk saja ke rumah sakit Al-Irsyad Surabaya agar lebih dekat dari rumah.

Seiring berjalannya waktu, sang nenek juga sempat memeriksakan cucunya itu ke rumah sakit swasta dan dokter spesialis Telinga Hidung Tenggorokan (THT) di kawasan Bronggalan.

"Jadi saat bulan Agustus itu memang neneknya yang minta agar cucunya dirujuk ke RS Al-Irsyad. Meski bekerj asama dengan BPJS, tapi kan bukan rumah sakit milik pemkot, akhirnya pemkot tidak bisa intervensi lebih lanjut sampai muncul di medsos itu," ujar dia.

Sudah disarankan ke RS

Kader Kesehatan Posyandu RW 5 Kelurahan Simolawang, Kecamatan Simokerto Surabaya, Linda Jaljaliyuta mengaku turut serta mengantar sang nenek saat melakukan pemeriksaan cucunya ke Puskesmas Simolawang pada bulan Agustus 2021.

"Sekitar bulan Agustus saya ikut mengantar nenek untuk memeriksakan cucunya. Kemudian puskesmas menyarankan dirujuk ke RSUD Soewandhie, tapi neneknya tidak mau karena jauh nanti tidak ada yang antar," kata Linda.

Meski demikian, Linda mengaku bahwa sejak usia Alfarizi 9 bulan, kader kesehatan telah beberapa kali menyarankan keluarga agar balita itu diperiksakan ke puskesmas atau rumah sakit, namun baru terlaksana pada Agustus 2021.

"Sudah dari awal kader kesehatan menyarankan, mulai umur balita itu masih 9 bulan sudah menyarankan keluarga ke puskesmas atau RSUD dr Soewandhie," katanya.

Ketika dilakukan pemeriksaan pada Agustus 2021, pihak Puskesmas Simolawang juga menyarankan agar dirujuk ke RSUD dr Soewandhie.

"Awal-awal dulu neneknya tidak mau dirujuk, karena alasannya tidak ada yang anterin. Tapi kita dorong terus, dan akhirnya tadi mau untuk dirujuk ke RSUD Soewandhie," ujar dia.

https://regional.kompas.com/read/2021/12/02/105922778/kisah-balita-alfarizi-alami-gangguan-pendengaran-tak-mampu-beli-alat-bantu

Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Close Ads
Bagikan artikel ini melalui
Oke