Salin Artikel

Warga Kembali Gelar Aksi 1.000 Lilin, Tuntut Kasus Mayat Ibu dan Bayi dalam Kantong Plastik Dituntaskan

Kegiatan itu merupakan lanjutan dari aksi warga yang digelar di tempat yang sama sehari sebelumnya.

Warga menggelar aksi itu untuk mendukung polisi segera mengungkap pembunuh Astri Manafe (30) dan anaknya Lael Maccabe (1), yang ditemukan tewas dalam kantong plastik.

Hadir dalam aksi itu, puluhan keluarga dekat dan kerabat mendiang Astri Manafe.

Sebelum menggelar aksi nyalakan lilin di depan kantor Gubernur NTT, keluarga menyalakan lilin di lokasi penemuan mayat Astri dan Lael di Kelurahan Penkase Oeleta, Kecamatan Alak, Kota Kupang.

Aksi itu dihadiri ayah, ibu, kakak dan kerabat Astri sejak 18.00 Wita.

Puluhan kerabat korban mengenakan pakaian putih dan hitam.

Mereka membakar lilin di saluran pipa proyek SPAM, lokasi ditemukannya kantong hitam berisi jenazah Astri dan anaknya Lael akhir Oktober 2021.

Selain membakar lilin, keluarga juga berdoa dan melantunkan sejumlah lagu rohani.

Tidak sedikit anggota keluarga meneteskan airmata saat menyalakan lilin di lokasi penemuan jenazah korban.

Pantauan Kompas.com, dari lokasi penemuan jenazah korban, keluarga kemudian bergabung dengan ratusan warga Kota Kupang yang sudah memadati Jalan El Tari depan Kantor Gubernur NTT.

Sejumlah kendaraan roda empat dan roda dua berjejer rapi sepanjang Jalan El Tari.

Warga pun menyalakan lilin di trotoar persis di depan Kantor Gubernur NTT.

Sejumlah warga yang melintas juga ikut bergabung dalam aksi penyalaan lilin ini.

Warga menyampaikan turut berdukacita atas kematian korban dan dukungan terhadap penegak hukum agar cepat mengungkap pelaku dan motifnya.


Jack Manafe, kakak kandung Astri, merasa terharu dengan dukungan warga dalam bentuk aksi seribu lilin untuk Astri dan Lael.

"Kami berterima kasih atas simpatik warga melalui aksi seribu lilin. Mereka sudah datang meminta izin dan kami izinkan," ujar Jack di lokasi aksi, Minggu.

Saul Manafe (72), ayah sekaligus kakek kedua korban, ikut menyampaikan ucapan terima kasih kepada seluruh masyarakat, yang sudah mendukung pengungkapan kasus yang merenggut nyawa Astri dan Lael.

Menurutnya, aksi ini dilakukan dengan tujuan untuk mendukung pihak kepolisian dalam mengungkapkan siapa pelaku dan motif di balik kasus tersebut secara terang benderang.

Saul berharap dengan aksi tersebut, polisi secepatnya menangkap pelaku dan menghukum setimpal dengan perbuatannya.

"Kami keluarga sangat bersyukur karena sudah terbantu dengan kepedulian dari warga Kota Kupang ini," kata Saul.

Sementara itu salah seorang warga Kecamatan Oebobo, Kota Kupang, Damaris Ndun (36) usai membakar lilin mengaku mengetahui aksi seribu lilin tersebut dari media sosial.

Damaris merasa terpanggil dan mendatangi tempat tersebut untuk mendoakan agar kasus tersebut terungkap.

Ia menyatakan, sebagai seorang perempuan dan seorang ibu, dirinya sangat merasakan kesedihan dari keluarga atas meninggalnya anak dan cucu secara tidak wajar itu.

Damaris mengutuk keras perbuatan pelaku. Ia berharap polisi segera menangkap dan memberikan hukuman kepada pelaku sesuai perbuatannya.

"Saya sebagai peremuan mengutuk keras perbuatan pelaku. Pelaku pantas di hukum mati," katanya.

Warga lainnya Felensiani (25) juga mengutuk perbuatan sadis pelaku.

Menurutnya, polisi seharusnya sudah menangkap pelaku karena didukung dengan peralatan dan personel yang banyak.

"Untuk melacak pelaku, polisi ahlinya apalagi ada perlatan yang bisa membantu mereka mengungkap sebuah kasus," katanya.

Meski begitu, Felensiana tetap meyakini polisi bisa ungkap dalam waktu dekat.

"Kami tetap dukung dalam doa agar polisi bisa ungkap semuanya agar memberikan hukunan dan pemebelajaran bagi masyarakat sehingga tidak melakukan tindakan pidana lagi," ujar dia.


Kabid Humas Polda NTT Kombes Rishian Krisna, mengatakan, dalam kasus itu pihaknya telah memeriksa 24 orang sebagai saksi mata.

Dia menyebut, 24 orang saksi yang telah diminta keterangan oleh polisi tersebut merupakan orang yang tahu tentang Astri dan anaknya.

"Sampai saat ini, saksi yang diperiksa sebanyak 24 orang dari berbagai pihak yang dinilai berdasarkan hasil penyelidikan ini patut dan layak untuk dimintai keterangannya," ujar Krisna.

Dalam mengungkap kasus ini lanjut Krisna, melibatkan Polsek Alak, Polres Kupang Kota dan Polda NTT.

Kasus ini, kata Krisna, masih terus didalami untuk mengungkap pelaku, termasuk motif pembunuhan.

"Saat ini, masih dalam rangka mengidentifikasi korban dulu nanti ke depannya akan kita sampaikan lagi motif maupun pelaku kasus ini," kata Krisna.

Krisna mengatakan, dalam mengungkap kasus ini pihaknya sangat hati-hati, karena menjadi atensi publik.

"Kita tidak bisa mengambil langkah-langkah secara gegabah karena kasus ini mendapat atensi dari publik dan berkaitan dengan nyawa," ujar dia.

"Proses investigasi kasus ini, tentu sangat hati-hati dan cermat sehingga nanti akan memberikan kepastian hukum, keadilan hukum dan pemanfaatan hukum," kata Krisna lagi.

Sebelumnya diberitakan, seorang pekerja operator alat berat, Obetnego Benu (29), menemukan jenazah seorang perempuan dan bayi laki-laki di lokasi penggalian pipa proyek SPAM Kali Dendeng, Kelurahan Penkase Oeleta, Kecamatan Alak, Kota Kupang, Nusa Tenggara Timur (NTT).

Mayat tanpa identitas itu, ditemukan saat Obet dan rekannya Semi Leonard Toto (21), sedang mengerjakan penggalian tanah untuk saluran pipa air, Sabtu (30/10/2021).

Saat itu, Semi mulanya menginformasikan pada Obet kalau ada bangkai binatang yang terbungkus plastik warna hitam (kantong sampah) dan mengeluarkan bau, serta banyak lalat terletak di bekas galian.

Obet kemudian mengangkat bungkusan plastik itu menggunakan alat berat dan memindahkannya.

Kemudian, Obet pun berusaha membuka bungkusan plastik tersebut.

"Saya kaget karena saat bungkusan terbuka, terlihat sepasang kaki manusia," ujar Obet, kepada sejumlah wartawan, Minggu (31/10/2021).

https://regional.kompas.com/read/2021/11/28/204355678/warga-kembali-gelar-aksi-1000-lilin-tuntut-kasus-mayat-ibu-dan-bayi-dalam

Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Close Ads
Bagikan artikel ini melalui
Oke