Salin Artikel

3 Tekanan Global yang Sedang Dihadapi Indonesia Menurut Erick Thohir

Yakni pasar global, transformasi atau disrupsi digital, dan ketahanan kesehatan.

"Kita sekarang mendapatkan tekanan di tiga hal. Satu, yang kita ketahui sekarang bagaimana pasar globalisasi terus dipaksakan dibuka. Kedua, transformasi atau disrupsi digital yang tidak bisa terbendung. Ketiga, bagaimana ketahanan kesehatan yang saat ini kita semua mengalaminya," kata Erick dalam Orasi Ilmiah 'Globalization and Digitalization: Strategi BUMN Pasca-Pandemi' di Universitas Brawijaya (UB) Kota Malang, Sabtu (27/11/2021).

Di pasar global, banyak negara maju yang berorientasi pada ekonomi hijau atau green economy.

Erick mengatakan, Indonesia mendukung gagasan itu karena aspek lingkungan hidup harus dijaga untuk generasi masa depan.

Namun, Indonesia menolak jika gagasan ekonomi hijau itu disusupi.

"Indonesia punya komitmen yang sama untuk melakukan transformasi itu. Tapi kalau green economy ini disusupi, hanya kepentingan untuk supaya kita tidak menjadi negara maju adalah sesuatu yang harus kita tolak," jelasnya.

Karena itu, Erick mengatakan, Presiden Joko Widodo tidak menandatangani perjanjian mengenai supply chain dalam pertemuan negara G20.

"Kenapa (tidak menandatangani), salah satunya bahwa kita ditekan supaya industri pertambangan dikirim sebanyak-banyaknya ke negara lain," katanya.

"Kita tidak mau sumber daya alam kita dipakai untuk pertumbuhan ekonomi bangsa lain. Kita tidak anti asing, tapi sudah sewajarnya sumber daya alam kita harus dipakai untuk pertumbuhan kita yang sebesar-besarnya," jelasnya.

Pada aspek disrupsi digital, Erick mengatakan bahwa gelombang digitalisasi sangat cepat. Saat ini bukan sekedar e-commerce, tetapi juga muncul healthtech, edutech dan fintech.


Erick berharap, ekonomi digital juga harus dihilirisasi.

"Sama, kalau kita bicara sumber daya alam, kita maunya dihilirisasi. Yang namanya ekonomi digital juga kita maunya dihilirisasi," ungkapnya.

Adapun pada aspek ketahanan kesehatan terkait dengan wabah Covid-19 yang sedang melanda dunia, Erick mengatakan, ketika kasus Covid-19 naik, pertumbuhan ekonomi menjadi menurun.

"Kalau kita lihat mengenai situasi kesehatan, kalau Covid-19-nya naik ekonominya turun. Ini musuh yang tidak terlihat," katanya.

Untungnya, kata Erick, dalam menghadapi tiga tekanan itu, Indonesia memiliki pasar yang cukup besar.

Pasar ini yang harus dimanfaatkan sebagai daya tawar Indonesia di kancah dunia.

"Kita untungnya punya pasar yang sangat besar. Pasar yang sangat besar ini jangan diobral. Jadi harus diposisikan sebagai nilai tawar yang mahal," jelasnya.

Dekan Fakultas Ekonomi dan Bisnis (FEB) Universitas Brawijaya (UB) Abdul Ghofar mengatakan, Indonesia sedang menghadapi tantangan yang sangat berat pada aspek digitalisasi dan globalisasi.

Namun, Indonesia memiliki pasar yang besar yang bisa dimanfaatkan untuk menghadapi tantangan itu.

"Indonesia ini, dengan penduduk 280-an juta itu kan market yang sangat luar biasa yang harusnya kita bisa berdikari sendiri di atas kemampuan sendiri. Tapi kita sekarang menjadi ajang marketing dari perusahaan-perusahaan asing," katanya.

Ghofar berharap, perusahaan-perusahaan Badan Usaha Milik Negara (BUMN) harus bisa menjadi pijakan untuk menghadapi perusahaan-perusahaan asing yang masuk ke Indonesia.

"BUMN itu menjadi tulang punggung sebenarnya. Kapal induk yang siap menghadapi perusahaan-perusahaan asing yang menyerbu kita. Bahkan BUMN sekarang didorong supaya bisa go international. Ini yang harus benar-benar dilakukan oleh BUMN kita," katanya.

https://regional.kompas.com/read/2021/11/27/202328878/3-tekanan-global-yang-sedang-dihadapi-indonesia-menurut-erick-thohir

Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Close Ads
Bagikan artikel ini melalui
Oke