Salin Artikel

Berusia 136 Tahun, Ini 5 Fakta Kebakaran Kelenteng Poo An Kiong Blitar

Kebakaran tersebut menghanguskan ruang sembahyang yang menyimpan patung dewa-dewi agama Konghucu.

Salah satu patung yang terbakar adalah patung Kong Tek Cun Ong yang dibawa dari Tiongkok yang sudah ada jauh sebelum kelenteng itu didirikan pada tahun 1885.

Tak hanya menghabiskan ruang sembahyang, kebakaran juga meluluhlantakkan ruang depan kelenteng.

Berikut 5 fakta kebakaran Kelenteng Poo An Kiong Blitar:

Dikutip dari Budaya Indonesia.org, Poo An Kiong berati keselamatan. Kelenteng tersebut dibangun oleh komunitas Tionghoa yang bermukim di Blitar.

Di kiri dan kanan pintu utama terdapat lukisan Tjin Siok Po dan Oet Ti King, yakni dewa penjaga pintu.

Klenteng Poo An Kiong memiliki patung tuang rumah yang bernama Kongco Kong Tek Cun Ong.

Secara arsitektural, bangunan kelenteng ini bergaya arsitektur tradisiona Tiongkoa. Di atas bangunan terdapat huo zhu, bentuk bola api sebagai lambang mutiara Budha, yang diapit dengan kedua naga yang sedang berjalan yang dikenal dengan xon long.

Sebagai kelenteng kuno, bangunan peribadatan Tridharma ini adalah salah satu bangunan cagar budaya yang bercirikan tradisional Tonghoa dan menjadi salah satu ikon di Kota Blitar.

Pengurus Kelenteng Poo An Kiong, Alik Swan Kiang, mengatakan setidaknya terdapat 7 patung dewa-dewi yang sudah berusia lebih dari 100 tahun berada di ruang tersebut.

"Yang paling tua patung Kong Tek Cun Ong yang dibawa dari Tiongkok sebelum kelenteng ini didirikan tahun 1885. Waktu itu patung itu juga sudah tua, jadi pasti usia patung jauh lebih tua dari klenteng ini," ujar Alik yang berada di lokasi kebakaran, Senin.

Alik tidak yakin patung Kong Tek Cun Ong itu selamat dari musibah kebakaran lantaran patung tersebut terbuat dari kayu.

Patung Dewa Kong Tek Cun Ong adalah patung dewa tuan rumah di kelenteng Poo An Kiong yang pertama yang menempati klenteng tersebut.

Sebanyak 5 mobil pemadam kebakaran milik Pemerintah Kota dan Pemerintah Kabupaten Blitar telah dikerahkan guna memadamkan api.

Sekitar pukul 17.45 WIB api telah sepenuhnya dapat dipadamkan sebelum sempat merembet ke bangunan lain di kawasan padat penduduk di tengah Kota Blitar itu.

Pengurus berharap tak terjadi kerusakan parah di runga perpustakaan dna ruang sembahyang lain yang ada di bangunan belakang lantai dua.

Ia baru dua bulan bekerja di kelenteng tersebut. Awalnya pengurus kelenteng sedang berkumpul di teras klinik kesehatan dan saat itu Santi terus menangis.

Perempuan muda tersebut kemudian mendekat ke arah kelenteng untuk melihat kondisi tempat tersebut.

Sata itu api sudah mulai padam, sehingga kerusakan mulai terlihat jelas saat konstruksi penahan genteng roboh dan berjatuhan.

Saat itu, Santi yang berada di dekat pintu gerbang kelenteng tiba-tiba histeris dan pingsan.

Di ruangan itu, patung desa-dewi diletakkan. Alik mengaku sempat menyemprot api dengan alat pemadam kebakaran tapi tak padam karena api sudah membesar.

Ditanya apakah api mungkin berasal dari lilin atau dupa, Alik mengaku tidak yakin karena sebelum kelenteng ditutup pukul 15.00 WIB semua lilin dan dupa dimatikan.

Menurut Alik kelenteng ditutup dengan pintu dikunci dari luar termasuk gerbang. Alik menduga kebakaran terjadi akibat korsleting.

Sejumlah saksi mata memperkirakan kebakaran terjadi hanya beberapa menit setelah kelenteng ditutup pada pukul 15.00 WIB. Warga mulai meihat asap dan api di atas kelenteng sekitar pukul 15.30 WIB.

SUMBER: KOMPAS.com (Penulis: Asip Agus Hasani | Editor : Dheri Agriesta, Priska Sari Pratiwi)

https://regional.kompas.com/read/2021/11/23/062000578/berusia-136-tahun-ini-5-fakta-kebakaran-kelenteng-poo-an-kiong-blitar

Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Close Ads
Bagikan artikel ini melalui
Oke