Salin Artikel

Kisah Nenek Murtiah Produksi Tempe Dibungkus Daun Jati, Sudah Berjualan Sejak 1978

Saat itu, ia bersama suaminya menjalankan usaha tersebut. Produk tempe yang diolahnya memiliki keunikan tersendiri, dibungkus menggunakan daun jati.

Murtiah memilih daun jati sebagai kemasan tempe karena mudah didapatkan. Selain itu, daun jati memberikan aroma khas tersendiri.

Menurut Murtiah, tempe yang dibungkus daun jati bisa bertahan lebih lama, sampai dua hari. Jika dibungkus plastik, tempe biasanya bertahan sekitar sehari.

“Aromanya itu beda, ada sedikit aroma daun jati. Rasa tempenya juga lebih gurih dan lebih nikmat,” kata Murtiah saat ditemui di rumahnya, Senin (22/11/2021).

Pembeli tempe yang dibuat Murtiah cukup ramai. Dulu, suaminya menjual tempe itu dengan cara berkeliling.

Setelah sang suami meninggal, Murtiah memproduksi sendiri tempe itu sesuai kemampuannya.

Dalam sehari, Murtiah mengeluarkan modal sekitar Rp 120.000. Modal itu dipakai membeli kedelai untuk diolah menjadi tempe.

Murtiah telah memiliki pelanggan tetap yang hanya ingin membeli tempe menggunakan daun jati. Selain itu, banyak warga yang datang membeli tempe daun jati sebagai oleh-oleh.

“Sering warga sini pesan untuk dibawa ke Surabaya, Bali, Madura dan kota-kota lain untuk bingkisan oleh-oleh,” jelas dia.

Tempe buatan Murtiah juga ditunggu para pengecer sayur sebagai bahan dagangan. Hanya saja, keterbatasan tenaga yang dimiliki membuatnya hanya mampu memproduksi delapan kilogram kedelai dalam sehari.

“Tenaga saya sudah tidak kuat lagi. Jadi saya produksi hanya sekadar untuk melayani pelanggan yang biasa ngambil ke rumah saja. Capek mau buat terlalu banyak. Kecuali memang ada pesanan khusus,” papar dia.


Murtiah juga tak mengharapkan penghasilan yang banyak dari berjualan tempe. Sekali produksi dalam sehari, dia hanya mendapatkan omzet sekitar Rp 150.000.

Uang itu diputar terus untuk kebutuhan sehari-harinya.

Kegiatan Murtiah dalam membuat tempe mendapat bimbingan dari Sekolah Tinggi Ilmu Administrasi (STIA) Pembangunan Jember, yakni melalui program KKN yang menugaskan mahasiswa untuk membantu mengembangkan usaha kecil di desa.

“Salah satunya adalah usaha tempe Mbah Murtiah. Selain membantu dalam perihal kemasan dan pengembangan produk, mahasiswa juga membantu mengenalkan produk melalui media online supaya tempe daun jati ini lebih dikenal,” kata koordinator program KKN STIA Pembangunan Rohim.

Meskipun pembuatan tempe daun jati itu terbatas, pihaknya berharap produksi tempe itu bisa dilanjutkan dan dikembangkan oleh anak-anak Murtiah.

Ia berharap produksi tempe itu itu ditingkatkan dan mengembangkan penjualan secara online. Hal itu perlu dilakukan karena tempe Murtiah telah memiliki ciri khas tersendiri.

https://regional.kompas.com/read/2021/11/23/053500478/kisah-nenek-murtiah-produksi-tempe-dibungkus-daun-jati-sudah-berjualan

Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Close Ads
Bagikan artikel ini melalui
Oke