Salin Artikel

Gubernur Kalbar Sependapat dengan Jokowi soal Penyebab Banjir di Kalimantan

PONTIANAK, KOMPAS.com – Gubernur Kalimantan Barat (Kalbar) Sutarmidji sependapat dengan Presiden Joko Widodo terkait penyebab banjir di Kalimantan karena kerusakan daerah tangkapan hujan.

“Seperti yang disampaikan Presiden, daerah tangkapan hujan itu, saya setuju 100 persen. Itulah kondisi sebenarnya. Ini yang perlu diperbaiki,” kata Sutarmidji kepada wartawan, Kamis (18/11/2021).

Menurut Sutarmidji, memperbaiki daerah tangkapan hujan tidak bisa instan. Bisa memakan waktu 10 tahun, 20 tahun atau bahkan 50 tahun.

“Tidak bisa hari ini tanam, lalu tidak banjir lagi. Tidak bisa instan, tapi setidaknya kita sudah memulai,” ungkap Sutarmidji.

Selain itu, Sutarmidji melanjutkan, jenis pohon yang ditanam juga harus sesuai dengan habitatnya. Seperti misalnya, hutan tersebut dulunya beridiri pohon tengkaawang, maka pohon itu yang ditanam.

“Kalau durian ya tanam durian. Kalau bengkirai, tanam bengkirai. Jangan ketika habitat bengkirai, kita tanam sengon,” ujar Sutarmidji.

Sutarmidji menerangkan, bencana banjir yang telah terjadi hampir satu bulan ini adalah sebuah pengalaman dan pembelajaran yang diberikan alam.

“Tinggal bagaimana kita merespons. Kalau tidak direspons pelajaran ini, mungkin alam berikan pelajaran yang lebih parah kepada kita,” ucap Sutarmidji.

Diberitakan sebelumnya, Presiden Joko Widodo mengatakan, banjir yang saat ini melanda Kalimantan disebabkan kerusakan daerah tangkapan hujan.

Menurutnya, kerusakan itu sudah terjadi bertahun-tahun dan harus segera diperbaiki.

"Ya itu (banjir di Kalimantan) memang karena kerusakan catchment area, daerah tangkapan hujan, yang sudah berpuluh-puluh tahun," ujar Jokowi di Serang, Banten, Selasa (16/11/2021).

"Itu yang harus kita hentikan. Karena memang masalah utamanya ada di situ. Sungai Kapuas meluber karena daerah tangkapan hujannya rusak. Itu yang nanti kita perbaiki," tegasnya.

Jokowi menuturkan, kemungkinan pada 2022 pemerintah akan membangun lokasi persemaian untuk penghijauan kembali. Penghijauan itu nantinya akan menyasar daerah-daerah hulu dan daerah tangkapan hujan.

Diberitakan, sudah hampir tiga pekan banjir melanda Kabupaten Sintang, Kalimantan Barat (Kalbar) dan tak kunjung surut.

Berdasarkan data Badan Nasional Penanggulangan Bencana (BNBP) pekan lalu, kerugian sementara tercatat sebanyak 21.000 unit rumah dan 5 jembatan terdampak, termasuk sejumlah sarana tempat ibadah terendam air.

Bahkan, dua warga dikabarkan meninggal dunia akibat banjir bandang dengan ketinggian 3-5 meter tersebut, masing-masing di Kecamatan Tempunak dan Binjai.

Kepala Bidang (Kabid) Kedaulatan dan Logistik BPBD Sintang, Sugianto mengatakan, meskipun situasi banjir di Kalbar dilaporkan sudah berangsur surut, di daerah perhuluan banjir kembali terjadi.

Seperti di Kecamatan Kayan Hulu, Kecamatan Kayan Hilir, Serawai dan Ambalau.

"Ketinggian air masih berkisar satu sampai tiga meter," jelas Sugianto dalam pemberitaan Kompas.com, Minggu (14/11/2021). 

https://regional.kompas.com/read/2021/11/18/190516478/gubernur-kalbar-sependapat-dengan-jokowi-soal-penyebab-banjir-di-kalimantan

Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Close Ads
Bagikan artikel ini melalui
Oke