Salin Artikel

Bisnis Jamu Buat Musisi Asal Magelang Bertahan di Tengah Pandemi

Haries tak pernah khawatir dengan kondisi keuangan, bahkan ketika pandemi Covid-19 melanda Indonesia awal tahun 2020.

Kelompok musik atau band Haries mulai sepi pesanan karena segala kegiatan masyarakat dibatasi untuk mencegah penyebaran Covid-19.

Namun Haries justru menganggap itu situasi yang menyenangkan karena ia bisa berkumpul bersama istri dan dua anaknya di rumah lebih lama.

Ia tetap hidup normal, berbelanja, dan kebutuhan rumah tangga masih aman.

"Awal masih santai, sedikit 'takabur' masih bisa belanja-belanja stok kebutuhan rumah," kata Haries, mengawali cerita di kediamannya di Desa Bayanan, Kecamatan Mertoyudan, Kabupaten Magelang, Rabu (17/11/2021).

Beberapa bulan setelahnya, kondisi keuangan pria yang jago main alat musik bass itu mulai mengkhawatirkan. Pengeluaran terus menerus tanpa ada pemasukan sama sekali.

Haries belum terpikirkan untuk berbisnis karena merasa tidak punya bakat untuk itu. Kondisi ekonomi memaksa Haries untuk putar otak agar dapur rumahnya tetap mengebul.

"Saya enggak tahu harus ngapain, karena passion saya di musik, dan mau bisnis pun ngga semudah itu," ungkapnya. 

Ia lantas tercetus ide untuk berbisnis jamu setelah minum jamu di penjual langganannya.

Menurutnya, pandemi adalah momentum tepat karena banyak orang yang membutuhkan asupan tambahan untuk menambah imunitas.

Berbagai cara ditempuh Haries untuk mendapatkan resep racikan jamu yang pas.

Ia tidak malu untuk belajar dari siapapun, mulai dari tukang jamu langganannya, dokter sampai tetangga rumahnya yang pakar herbal.

Hingga akhirnya Haries berhasil memproduksi jamu-jamu tradisional yang diberi nama Jamu Migunani sejak pertengahan April 2021.

Jamu racikannya memiliki rasa yang lebih enak tanpa mengurangi manfaatnya, kemasannya pun dibuat lebih modern. Sehari-hari ia dibantu sang Istri, Novi Karlinasari (34).

"Jamu selama ini identik dengan rasa pahit, tapi saya coba ubah mindset itu bahwa jamu juga bisa enak, bisa dinikmati siapa saja, dan khasiatnya luar bisa bagi kesehatan tubuh," terang Haries.

Jamu produksinya beraneka macam, ada jamu kunir asam, beras kencur, jahe merah, temulawak, hingga jamu pahitan.

Ia selalu menggunakan bahan-bahan dasar pilihan yang dibeli di pasar maupun petani. Harga yang dibanderol berkisar Rp 12.500 - 13.500 per botol kemasan 250 mililiter.


Moncer berkat Lapak Ganjar

Jamu racikan Haries tidak serta merta digemari konsumen. Ia gencar berpromosi mulai dari lingkungan sekitarnya, juga lewat media sosial. Sedikit demi sedikit Haries mulai menerima pesanan.

Apalagi setelah ikut berpromosi menggunakan Lapak Ganjar yang diinisiasi oleh Gubernur Jawa Tengah Ganjar Pranowo di media sosial Instagram.

Lapak Ganjar adalah program untuk mengangkat UMKM utamanya pada saat pendemi Covid-19.

Alumni SMK Adipura Kota Magelang itu menceritakan awal mula melihat akun Instagram Ganjar Pranowo yang membuka Lapak Ganjar khusus untuk produk-produk UMKM khusus herbal.

Haries kemudian iseng mengikuti program itu dan mengunggah foto produknya dengan menyebut akun Instagram Ganjar Pranowo dan Lapak Ganjar.

Haries tidak menyangka beberapa saat setelahnya unggahannya itu diunggah kembali (repost) oleh Ganjar Pranowo langsung yang pengikutnya sudah mencapai lebih dari 4 juta itu. 

"Saya spekulasi aja, kalau bisa masuk, ya syukur. Kalau nggak, ya nggak apa-apa. Ternyata saya masuk ke lapak Pak Ganjar. Setelah direpost langsung di IG (Instagram)-nya Pak Ganjar, feedback-nya bagus banget," kisah Haries. 

Setelah itu, lanjut Haries, banyak pesan yang masuk ke akun IG Jamu Migunani untuk memesan jamu racikannya.

Pesanan datang tidak hanya dari Magelang tapi juga luar kota, bahkan dari luar Jawa.

"Tahu sendiri IGnya Pak Ganjar followers-nya itu berapa juta ya. Yang komen di situ responsnya bagus. Setelah di-upload di feed-nya pak ganjar itu, yang DM ke tempat saya itu hampir ratusan orang yang pengen nyobain Jamu Migunani," ungkapnya.

Dari pengalaman itu, Haries sangat bersyukur karena penjualannya meningkat.

Sebelumnya ia hanya mampu menjual puluhan botol saja per bulan, kini ia bisa menjual 500-600 botol per bulan. Pesanan juga datang dari luar kota.

Kisah perjuangan Haries dari musisi yang berjualan jamu membuat banyak warga datang ke rumahnya untuk belajar bisnis produk minuman tradisional ini.

Salah seorang pelanggan, Setiawan Widodo asal Sleman, Yogyakarta, mengaku menyukai Jamu Migunani karena rasanya enak dan kemasannya yang praktis.

Awalnya Widodo hanya penasaran dengan sebuah unggahan di akun Instagram Ganjar Pranowo tentang Jamu Migunani milik musisi tersebut.

"Saya awalnya lihat postingan di IGnya Pak Ganjar, beliau kan memang sering posting Lapak Ganjar itu ya. Ini kok musisi jualan jamu? lalu saya penasaran setelah saya coba memang beneran enak," kata Widodo, yang saat itu sedang mengambil pesanan jamu di rumah Haries.

Menurutnya, kisah Haries patut diapresiasi serta menjadi inspirasi bagi masyarakat, khususnya anak muda, supaya tidak takut untuk memulai bisnis.

Apalagi di tengah pandemi Covid-19 saat ini masyarakat harus bangkit.


Mengutip portal resmi Pemerintah Provinsi Jawa Tengah https://jatengprov.go.id/, Lapak Ganjar adalah upaya untuk membantu pengembangan produk usaha mikro kecil dan menengah (UMKM) di wilayah Jawa Tengah. 

Salah satu caranya, membantu pemasaran produk UMKM asli Jawa Tengah, dengan membuka “Lapak Ganjar” melalui tampilan Instagram story di akun milik Ganjar Pranowo.

Dinkop UKM Jawa Tengah, Ema Rachmawati mendorong para pelaku UMKM bisa ikut ambil bagian, dengan cara memanfaatkan program Lapak Ganjar tersebut.

Harapan ke depan penjualan mereka meningkat.

“Yang jelas UKM buat kesan produknya bagus, saat meng-upload foto produk. Beri narasi yang menarik tentang UKM dan produk, serta harga,” ucap Ema.

Selain Jamu Migunani di Magelang, sudah banyak UMKM yang terbantu dengan Lapak Ganjar di antaranya kerajinan logam milik Bayu Dwi Hartono asal Boyolali dan kerajinan tas kertas (paper bag) milik Yuni Kurniawati asal Semarang. 

https://regional.kompas.com/read/2021/11/18/075805078/bisnis-jamu-buat-musisi-asal-magelang-bertahan-di-tengah-pandemi

Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Close Ads
Bagikan artikel ini melalui
Oke