Salin Artikel

Viral di TikTok, Ini Kisah Biro Jodoh Milik Sanusi di Blitar, Pertemukan 5 Pasangan Dalam 2 Bulan

Tertulis di bawahnya dengan cetakan lebih kecil dan warna yang tidak menonjol "gadis, jejaka, duda dan janda".

Lalu di salah satu sudut bawah tertulis cetak tebal "P. SANUSI".

Biro Jodoh milik Sanusi itu viral usai sebuah akun TikTok mengunggah video yang mengambil banner biro jodoh tersebut.

Ketika Kompas.com bertandang ke rumah di Desa Sidodadi, Kecamatan Garum, Kabupaten Blitar, Jawa Timur, Sabtu siang (13/11/2021), seorang laki-laki tua memakai sarung dan songkok hitam sedang duduk di teras.

"Saya Sanusi. Baru dua apa tiga bulan lalu saya pasang spanduk itu. Tapi saya menjodohkan orang sudah lama," ujar Sanusi menggunakan bahasa Jawa ketika ditanya awal mula dirinya membuka layanan biro jodoh.

Pria berusia 79 tahun yang ditinggal istrinya meninggal tiga tahun lalu itu buru-buru menuju ke sebuah lemari di ruang tengah dan mengambil beberapa lembar foto berwarna ukuran postcard.

"Ini, ini. Ada berapa ini. Ini sisa yang belum laku," ujarnya disusul dengan tawa lebar sembari memajang tujuh lembar foto terdiri dari dua perempuan dan lima laki-laki.

Foto itu sengaja dipajang di meja, karena begitulah cara Sanusi memulai proses layanan perjodohan bagi mereka yang datang kepadanya.

"Dilihat dulu fotonya, kalau cocok balik fotonya. Di belakang ini ada nama dan nomor telepon pemilik foto," tutur Sanusi yang pernah menjadi marbot di sebuah masjid di Kota Blitar itu.

Pria yang terlihat masih sehat dan lebih muda dari usianya itu rupanya suka bercerita panjang lebar.

Keramahan dan kesukaannya bercerita itu yang bisa jadi membuatnya memiliki "bakat" menjodohkan orang.

Beberapa kali dia bercerita tentang salah satu dari dua perempuan yang belum berhasil mendapatkan jodoh.

Perempuan itu, kata dia, berasal dari Kecamatan Ponggok, Kabupaten Blitar yang bukan hanya cantik tapi juga kaya.

"Dia juga alim, rajin sembahyang. Janda 31 tahun, punya satu anak. Punya rumah, usaha salon, dan punya mobil," tuturnya.

Disinggung alasan perempuan tersebut sulit dapat jodoh, kakek satu cucu ini menilai kliennya itu memang belum bertemu jodoh yang tepat.

Beberapa hari lalu, katanya, seorang pria datang mencari jodoh dan tertarik pada perempuan berinisial R tersebut.

Namun, menurut Sanusi, perempuan itu mengaku tidak menyukai pria yang sedang bekerja di Papua ini.

Padahal, kata Sanusi, pria itu sudah menyanggupi akan membelikan mobil baru sebagai pengikat jika R mau menikah dengannya.

Mobil itu menjadi pengikat selama pria tersebut melanjutkan pekerjaannya selama satu tahun lagi di Papua.

"Apa mungkin banyak laki-laki yang takut, minder," ujarnya kembali disusul dengan tawa.

Jika orang yang datang pada Sanusi merasa tertarik dengan seseorang yang dalam foto, Sanusi akan meminta kliennya untuk mencatat nomor telepon yang ada di belakang foto.

Lalu dia akan minta orang itu untuk menelepon dan mengundangnya bertemu di rumah Sanusi.

"Kalau bisa saat itu juga ya lebih baik. Kalau tidak bisa ya lain waktu. Tapi saya selalu minta mereka bertemu di sini dengan saya saksikan," ujarnya.

Melalui cara itu, sejak dia pasang banner di teras rumahnya 2,5 bulan lalu, dia mengklaim sudah lima pasangan yang berjodoh dan menikah.

Jumlah itu tidak termasuk mereka yang perjodohannya terjadi berkat bantuan yang dia berikan sebelum memasang banner.

Bayar pendaftaran Rp 100.000

Sanusi memasang tarif Rp 100.000 sebagai uang pendaftaran yang harus dibayar setiap orang untuk dicarikan jodoh.

Selain membayar uang pendaftaran, mereka juga diminta menyerahkan foto diri dan fotokopi KTP.

Kemudian Sanusi juga akan meminta mereka menuliskan nama dan nomor telepon di belakang foto yang mereka serahkan.

Klien yang kemudian menemukan jodoh berkat jasa Sanusi biasanya akan memberikan uang ekstra.

"Seikhlasnya. Tapi biasanya ngasih Rp 300.000 setiap pasangan," ujarnya.

Menurut Sanusi, meski jumlah perempuan yang belum menemukan jodoh jumlahnya banyak, tapi orang yang datang padanya lebih banyak laki-laki.

"Saya sendiri heran. Kadang yang datang perempuan, perempuan, terus perempuan. Berapa hari yang datang laki-laki terus," ujarnya.

Dia kembali menunjukkan tujuh orang klien yang belum menemukan jodoh, mayoritas laki-laki, yakni tujuh orang.

Kata Sanusi, mungkin perempuan cenderung gengsi kalau terang-terangan mencari jodoh.

Terkait status perkawinan, meski terdapat klien yang lajang, memang lebih banyak duda dan janda yang datang padanya untuk mencari jodoh.

"Perempuan yang satunya lagi itu, itu masih perawan umur 38 tahun. Dia sekarang masih kerja di Hongkong, tapi sudah waktunya pulang. Makanya minta dicarikan jodoh," tuturnya.

Sanusi mengaku sudah puluhan tahun memiliki "bakat" menjodohkan orang. Kata Sanusi, sejak dirinya pulang dari pengembaraan ke banyak daerah hingga di luar Pulau Jawa.

Pengalamannya itu membuatnya dapat berkomunikasi supel dengan orang dengan berbagai latar belakang usia dan status sosial.

Pengalamannya selama beberapa tahun menjadi tukang ojek di Pasar Kutukan, pasar tradisional sekitar 500 meter dari rumahnya, membuatnya memiliki banyak kenalan.

Dari sanalah bakat membantu perjodohan itu muncul dan bekerja secara alami.

Ia akhirnya berhenti menjadi tukang ojek usai sepeda motor seken yang digunakan untuk bekerja sehari-hari ditarik pihak toko karena dirinya menunggak angsuran. 

 Melalui proses yang panjang, orang banyak mengenal dirinya sebagai tukang mencarikan jodoh.

"Kalau perempuan, biasanya yang minta tolong ke saya orangtuanya. Minta tolong anaknya dicarikan jodoh," ujarnya.

Biro jodoh lewat HP

Sanusi tak menampik bahwa "peran tradisional" sebagai pencari jodoh lambat laun mulai pudar.

Saat ini, orang dapat dengan mudah mencari jodoh menggunakan aplikasi yang ada di ponsel. 

"Katanya orang sekarang bisa cari jodoh lewat HP," ujar Sanusi yang buta huruf itu.

Namun pengalamannya dalam perjodohan, memberinya cukup banyak pengalaman. Salah satunya tentang adanya siklus "musim kawin".

Kata Sanusi, manusia juga terikat pada siklus alami musim kawin yang datang pada musim penghujan.

Atas dasar itulah, Sanusi memaksakan diri membuka biro jodoh sejak 2,5 bulan lalu menjelang datangnya "musim kawin".

https://regional.kompas.com/read/2021/11/13/174549978/viral-di-tiktok-ini-kisah-biro-jodoh-milik-sanusi-di-blitar-pertemukan-5

Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Close Ads
Bagikan artikel ini melalui
Oke