Salin Artikel

Itinerary 4 Hari 3 Malam di Langkat, Bisa Wisata Religi hingga Bertemu Gajah dan Orangutan

Pengunjung bisa memilih wisata sejarah, religi, alam, atau menikmati semuanya apabila punya waktu liburan yang cukup panjang .

Kompas.com menyiapkan rancangan perjalanan wisata selama 4 hari 3 malam.

Waktu ini dirasa cukup untuk mengeksplorasi sebagian kecil tempat-tempat wisata di daerah yang dekat dengan Taman Nasional Gunung Leuser (TNGL) ini.

Namun, harap diingat bahwa jam operasional tempat wisata dapat berubah sewaktu-waktu, tergantung situasi dan kondisi setempat.

Jadwal hari pertama

Masjid Azizi

Masjid Azizi merupakan salah satu ikon Kabupaten Langkat. Masjid ini merupakan peninggalan Kesultanan Langkat yang kini berada di Kelurahan Tanjung Pura, Kecamatan Tanjung Pura.

Waktu tempuh menuju Masjid ini lebih kurang selama 1,5 jam dari Kota Medan.

Pada masa Kesultanan Langkat, Masjid ini dijadikan sebagai masjid istana.

Masjid ini juga pernah dijadikan pengadilan.

Corak-corak khas Melayu juga tergambar pada dinding dan ukiran.

Pada halaman Masjid yang dibangun pad 1899 ini terdapat makam keluarga kesultanan.

Makam di samping bangunan Masjid ini berlapis marmer dan sedikit menjulang, sehingga terlihat sangat estetis.

Sementara di bagian luar halaman Masjid terdapat juga lokasi pekuburan untuk masyarakat umum.


Sampai saat ini, keaslian Masjid itu masih dijaga. Pada bagian dalam, pengunjung akan disuguhi corak bernuansa Timur Tengah dan India.

Ketiga sisi Masjid dilengkapi dengan serambi. Tiang serambi yang berdiri di sisi kiri dan kanan berbentuk persegi delapan, mirip menara dalam ukuran kecil dengan bagian ujungnya berbentuk kuncup bunga.

Serambi dan teras Masjid dilengkapi dengan pilar-pilar dan lengkungan khas Timur Tengah dan Melayu, dihias dengan kaligrafi bentuk geometris dan ukiran floral.

Pengunjung boleh kapan saja memasuki Masjid ini. Hanya saja, bagi perempuan yang hendak masuk ke dalam harus berpakaian sopan, minimal berkerudung.

Masjid Babussalam Besilam

Masjid ini merupakan salah satu peninggalan sejarah Islam di Kabupaten Langkat.

Masjid kayu ini didirikan oleh Syekh Abdul Wahab Rokan atau lebih dikenal sebagai Tuan Guru Babussalam pada 1885. Ia adalah seorang ulama dan pemimpin Tarekat Naqsabandiyah.

Masjid tertua ini terletak di Desa Besilam, Kecamatan Padang Tualang, Kabupaten Langkat. Konon, desa ini juga didirikan oleh Tuan Guru Babussalam.

Sampai sekarang, bentuk Masjid masih dipertahankan. Masjid tua ini berkonsep seperti rumah panggung. Area utamanya difungsikan sebagai tempat ibadah lima waktu bagi umat Islam di sana, termasuk tempat bagi warga untuk menghafal Al Quran dan pendidikan agama untuk anak-anak.

Kemudian, pada ruangan dalam Masjid terlihat puluhan tiang besar menjulang tinggi dari dasar hingga bubungan. Ada mimbar kayu sederhana yang masih berdiri kokoh sampai saat ini.

Masjid ini sebagai saksi bisu penyebaran agama Islam dan pusat penyebaran Tarekat Naqsabandiyah.

Sebelah kanan masjid terhubung langsung dengan ruangan Tuan Guru dan tempat menerima tamu dari luar. Sejumlah pejabat sudah banyak berkunjung ke sini untuk meminta nasihat Tuan Guru.

Para pengunjung juga bisa membeli air doa yang diyakini bisa menyembuhkan berbagai macam penyakit. Persis di depan Masjid, ada beberapa warung yang menjual makanan dan berbagai cendera mata.


Hari kedua dan ketiga

Ekowisata Tangkahan

Ekowisata yang satu ini kerap dijuluki surga tersembunyi di Sumatera Utara. Lokasinya terletak di antara dua desa, yaitu Namo Sialang dan Sei Serdang.

Menuju lokasi ini hanya 2,5 jam dari Masjid Besilam, atau antara 3-4 jam dari Medan.

Banyak tempat-tempat indah di lokasi yang terletak di Taman Nasional Gunung Leuser ini.

Namun, yang paling banyak diminati adalah atraksi memandikan gajah. Atraksi ini dilakukan pada pagi hari, sebelum gajah-gajah tersebut dibawa ke dalam hutan oleh pawangnya untuk mencari makan.

Selain itu, pengunjung juga bisa diajak untuk menggembala gajah ke dalam hutan hingga sore hari.

Satu hal yang perlu dicatat, setiap hari Jumat, atraksi memandikan gajah ini ditiadakan.

Usai memandikan gajah, pengunjung bisa menikmati segarnya mandi sungai.

Lokasinya yang berada di tengah hutan, serta alirannya yang relatif dangkal, menjadikan sungai ini sangat aman untuk digunakan berenang.

Jika ingin atraksi yang lebih menantang, pengunjung bisa mengikuti susur sungai atau tubing dengan ditemani pemandu wisata.

Pada sore hari, pengunjung bisa duduk menikmati pemandangan dari teras penginapan atau dari pinggir sungai sambil menikmati kopi.

Penginapan di sana juga tergolong murah, mulai Rp 100.000 hingga Rp 250.000 per malam.

Untuk atraksi gajah, biayanya Rp 150.000 per orang.

Apabila memiliki waktu lebih, ada banyak tempat-tempat yang bisa dikunjungi, mulai dari Danau Tangkahan Bah Alip, Air Terjun Tangkahan dan lokasi lainnya.

Namun, apabila hendak mengunjungi berbagai destinasi itu, pengunjung perlu menginap di sana lebih dari dua malam.


Hari keempat

Ekowisata Bukit Lawang, Bahorok

Wisata alam yang menjadi favorit para wisatawan saat mengunjungi Kabupaten Langkat adalah Bukit Lawang di Kecamatan Bahorok.

Lokasi ini sebenarnya bisa ditempuh selama 2 jam dari Tangkahan.

Namun, karena jalan potong itu dalam kondisi rusak berat, pengunjung harus memutar kembali melewati Stabat dan Binjai, sehingga jarak tempuhnya bisa mencapai 5-6 jam perjalanan.

Tetapi, letih di perjalanan akan terbayar dengan sejuknya pemandangan Sungai Bahorok yang berhulu di tengah Taman Nasional Gunung Leuser itu.

Lokasi ini sangat nyaman untuk tempat berendam atau mandi-mandi.

Bagi pecinta alam bisa mendaki ke dalam hutan di sekitar sungai untuk berinteraksi dengan orangutan.

Lokasi itu memang sudah sejak lama dijadikan tempat rehabilitasi orangutan.

Pengunjung memang harus menyiapkan stamina yang cukup untuk menyusuri hutan, karena jalur yang dilalui naik dan turun.

Sepanjang jalur, pengunjung akan ditemani oleh dua atau tiga orang pemandu.

Satu pemandu khusus untuk mencari jejak orangutan sebelum bertemu dengan pengunjung.

Para orangutan yang ditemukan sebagian besar sudah jinak dengan manusia. Namun perlu waspada, karena sekali-kali mereka bisa menyerang orang yang tak dikenal.

Perlu dicatat, pengunjung tidak diperbolehkan memberi makan orangutan selain makanan yang diberikan pemandu wisata.

Selain orangutan, pengunjung juga bisa menjumpai beberapa primata lain seperti thomas monkey dan siamang. Berbagai jenis burung juga bisa ditemukan di dalam hutan.

Sampai di ujung jalur trakking, pengunjung langsung disuguhi segarnya air Sungai Bahorok. Di sana, pengunjung bisa berendam dan berenang, sebelum melanjutkannya dengan susur sungai atau tubing.

Susur sungai cukup menantang, karena aliran sungai yang cukup deras dan berkelok-kelok. Tentu pengunjung harus ditemani oleh pemandu untuk melakukan tubing, karena jalur yang berbahaya itu.

Jelajah hutan, berinteraksi dengan orangutan dan tubing biasanya dijual satu paket. Satu orang dikenakan tarif Rp 150.000.

Usai melakukan tubing, atau ketika sampai di hilir, pengunjung bisa memilih menikmati sungai atau langsung ke penginapan. Sungai ini juga sangat asyik dinikmati pada sore hari.

Pada malam hari, banyak kafe dan rumah makan yang menyediakan beraneka makanan dan minuman.

Masyarakat di sana juga ramah dan siap menyambut para wisatawan.

https://regional.kompas.com/read/2021/11/09/060000278/itinerary-4-hari-3-malam-di-langkat-bisa-wisata-religi-hingga-bertemu-gajah

Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Close Ads
Bagikan artikel ini melalui
Oke