Salin Artikel

Jenazah TKW Terkatung-katung 1,5 Bulan di Taiwan, Anak Kerap Menangis Tengah Malam

Hari Jumat, tanggal 17 September 2021, sang suami, Sumanto menerima kabar, Suprihatin meninggal dunia setelah dirawat di rumah sakit di Taiwan.

Kabar itu disampaikan oleh pihak agensi tenaga kerja Indonesia yang memberangkatkan Suprihatin ke Taiwan tahun 2018 lalu untuk bekerja sebagai pembantu rumah tangga.

Namun 1,5 bulan berlalu sejak kabar perih itu dia terima, hingga kini jenazah ibu dari dua anak itu belum dapat dipulangkan ke Indonesia.

"Walaupun istri saya itu asal Ponorogo, kami akan menguburkan jenazahnya di Blitar, di rumah kami," kata Sumanto melalui telepon kepada Kompas.com, Rabu (3/11/2021).

Sumanto berharap, jenazah istrinya segera dipulangkan ke Indonesia dan dikuburkan di Desa Babadan, Kecamatan Wlingi, Kabupaten Blitar.

Dia mengaku secara emosional sudah mampu menerima kepergian sang istri

Apalagi, Sumanto sudah mengetahui gangguan kesehatan yang dialami istrinya sejak sebulan sebelum menerima kabar duka itu.

Namun setiap kali melihat kedua anak mereka, kesedihan kembali menyelimuti hatinya.

Dua anak Sumanto yakni seorang laki-laki yang duduk di bangku kelas II SMP dan satu orang perempuan yang masih kelas I SMP.

"Apalagi yang perempuan yang nomor dua itu, sering setiap tengah malam terbangun lalu menangis teringat ibunya," kata Sumanto.

Sumanto berharap, kedua anaknya perlahan akan menerima kehilangan orang terkasih mereka jika jenazah Suprihatin telah dipulangkan dan dikuburkan di desa mereka.

"Baru kemarin saya dapat telepon dari agen lagi, katanya jenazah istri saya sudah siap diberangkatkan, tapi tinggal menunggu surat dari KJRI. Tapi enggak tahu," ujarnya.

Pandemi dan masalah asuransi

Kepala Dinas Ketenagakerjaan dan Transmigrasi Kabupaten Blitar Mujianto belum menjawab permintaan konfirmasi yang diajukan Kompas.com.

Tapi sebelumnya, pada Senin (1/11/2021), Mujianto mengatakan bahwa jenazah Suprihatin belum dapat dipulangkan ke Blitar karena masih menunggu jadwal penerbangan pesawat kargo.

Dia tidak menyebutkan adanya masalah lain dan juga kapan Suprihatin meninggal dunia.

Sementara menurut informasi yang diterima Sumanto dari agensi, pandemi Covid-19 merupakan salah satu sebab jenazah istrinya tidak dapat segera dipulangkan.

Namun Sumanto juga mengungkapkan penyebab lain, yaitu tidak adanya asuransi yang mengcover biaya perawatan kesehatan dan pemulangan jenazah istrinya.

"Karena sudah keluar dari majikan jadi katanya gak ada asuransinya. Enggak tahu, tapi katanya begitu," ujar Sumanto.

Masalah kesehatan, suami minta istrinya pulang

Menurutnya, sekitar sebulan sebelum Suprihatin masuk rumah sakit, istrinya mengeluhkan masalah kesehatan.

Sumanto mengaku segera meminta istrinya untuk keluar dari pekerjaannya dan mengurus kepulangan ke Indonesia.

Suprihatin setuju karena selama ini sering mengeluh kelelahan. Dia juga mengaku jarang mendapatkan cuti kerja seperti rekan-rekannya yang lain sesama TKW di Taiwan.

Berdasarkan pemeriksaan kesehatan, Suprihatin mengalami gangguan tekanan darah dan jantung. Gangguan kesehatan itu baru dialaminya setelah bekerja di Taiwan.

Suprihatin pun sudah keluar dari pekerjaannya dan berada di bawah tanggung jawab pihak agensi.

Meski tidak begitu yakin dengan kebenaran masalah asuransi dan lainnya, Sumanto mengaku pasrah.

Baginya, yang terpenting adalah jenazah istrinya dapat segera dikuburkan di desanya.

Sumanto menuturkan, dirinya pernah diminta mengisi formulir yang intinya berisi permohonan bantuan dana ke pihak perwakilan pemerintah Indonesia yang ada di Taiwan.

Formulir itu sudah dia isi dan serahkan ke agensi.

"Saya juga tidak tahu pasti apakah gaji istri saya sudah dibayarkan semua tapi yang paling penting jenazahnya dapat segera kami kuburkan disini," ujar Sumanto.

Sebelumnya, Mujianto mengatakan selama kurun waktu 10 bulan hingga Oktober 2021, terdapat 43 pemulangan tenaga kerja Indonesia (TKI) asal Kabupaten Blitar karena beragam sebab.

Namun 11 di antaranya karena meninggal dunia di negara tempat mereka bekerja.

Di antara 11 kasus kematian itu ada satu kasus jenazah TKI atas nama Suprihatin yang belum dapat dikirim ke Indonesia.

Sebagai informasi, Kabupaten Blitar adalah pemasok TKI terbesar di Jawa Timur setelah Ponorogo dan Banyuwangi.

Sebelum pandemi, setidaknya 5.000 warga Blitar berangkat ke luar negeri untuk bekerja.

Namun lembaga pemantau isu buruh migran seperti Migrant Care menyebutkan, jumlah itu bisa dua kali lipat dari angka resmi.

Mayoritas dari TKI adalah kaum perempuan yang bekerja di sektor informal yaitu sebagai pembantu rumah tangga. 

https://regional.kompas.com/read/2021/11/03/121014578/jenazah-tkw-terkatung-katung-15-bulan-di-taiwan-anak-kerap-menangis-tengah

Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Close Ads
Bagikan artikel ini melalui
Oke