Salin Artikel

Gulat Okol dari Gresik Ditetapkan Jadi Warisan Budaya Tak Benda Nasional, Ini Sejarahnya

Tradisi ini biasa dilaksanakan di Desa Setro, Kecamatan Menganti, Kabupaten Gresik, Jawa Timur.

Ada sebanyak 16 karya budaya asal Jawa Timur yang ditetapkan menjadi WBTB pada tahun ini.

Termasuk gulat okol asal Gresik dan ritual adat Mendak Sangring yang ada di Lamongan.

16 karya budaya asal Jawa Timur tersebut merupakan bagian dari 289 karya budaya yang ditetapkan oleh tim ahli sebagai WBTB dari berbagai provinsi di seluruh Indonesia.

"Untuk tahun ini, kami memang hanya mengajukan satu, hanya gulat okol saja. Sebab semua kan ada prosesnya, tidak serta-merta langsung bisa," ujar Kepala Dinas Pariwisata dan Kebudayaan (Disparbud) Gresik Sutaji Rudi, Senin (1/11/2021).

Sutaji menjelaskan, pada kesempatan berikutnya, pihaknya bakal kembali mencoba untuk mengajukan kembali budaya asli Gresik agar diakui menjadi WBTB.

Karena menurutnya, Gresik memiliki banyak karya budaya.

"Kami kemarin sudah sepakat, tahun ini satu dulu yang diajukan, tahun depan ada lagi yang diajukan. Beberapa budaya Gresik juga ada yang sudah diakui, meski saya sendiri tidak hafal satu per satu, karena masih baru di sini (Disparbud)," ucap dia.

Tradisi ini merupakan wujud rasa syukur atas hasil bumi yang diperoleh para petani.

Seusai panen dan pada musim kemarau, mereka menggelar sedekah bumi, remo kaulan dan gulat tradisional yang oleh warga setempat disebut okol.

Gulat okol menjadi agenda rutin tahunan, yang saat ini menjadi bagian dari wisata budaya.

Okol berasal dari istilah srokol-srokolan.

Sejarah okol dimulai ratusan tahun lalu, sekitar awal abad ke-19, ketika Desa Setro dan wilayah Kecamatan Menganti dilanda kemarau panjang.

Pada saat itu, ladang menjadi kering, tumbuhan banyak yang mati, bahkan hewan ternak pun kesulitan mencari makan.

Kemudian oleh pemimpin desa, cah angon alias penggembala dan warga desa mengadakan doa bersama.

Atas kehendak Tuhan YME, beberapa hari kemudian hujan turun, sehingga warga bisa kembali bercocok tanam, tumbuhan bisa segar kembali dan hewan ternak bisa mendapat makanan.

Atas berkah yang diperoleh lantaran hujan turun sesuai harapan pada saat itu, cah angon kemudian saling berpelukan dan mendorong (srokol-srokolan) di atas jerami padi hasil panen, dengan maksud meluapkan kegembiraan dan rasa syukur kepada Tuhan YME.

"Zaman dahulu kan sempat terjadi, kata orang Jawa itu plait (masa susah), di mana di sekitar daerah Menganti itu petani sempat kesulitan mencari air untuk kelangsungan hidup tanaman padi mereka, karena lama tidak turun hujan," tutur Sutaji.

"Kemudian turun hujan, dengan mereka saat itu meluapkan kegembiraan melalui gulat okol tersebut. Sebenarnya tidak hanya gulat okol, tapi ada semacam ritual sedekah bumi yang dilaksanakan bersamaan gulat okol. Namun yang dinilai oleh tim ahli kemarin itu, cuma tradisi gulat okolnya saja, karena mungkin itu yang lebih populer," jelas Sutaji.

Oleh warga, kata srokol-srokolan tersebut lebih dikenal dengan sebutan okol, yang lambat laun terus berkembang dan rutin dilakukan oleh warga

Seiring perkembangan zaman, agenda tersebut kemudian menjadi tradisi dan terus dilaksanakan oleh warga setempat hingga saat ini.

Namun sekarang seiring perkembangan zaman, gulat okol dilaksanakan oleh masyarakat di atas tumpukan jerami padi.

Bahkan kini, gulat okol lebih sering digelar di panggung dengan matras dari karung goni dengan bagian bawahnya diletakkan tumpukan jerami, demi keamanan petarung yang terlibat.

Untuk gelanggang arena permainan ini, biasanya memiliki ukuran 6x8 meter dan dibuat seperti ring tinju dengan dua sudut. Adapun sekeliling panggung diberi tali tambang besar.

"Kini biasanya saat ada acara sedekah bumi saja, sebab gulat okol itu satu rangkaian dengan sedekah bumi. Tradisi yang memang rutin dilaksanakan setiap tahun oleh warga di sana," kata Sutaji.

Pelestarian budaya

Selain meneruskan tradisi, kini gulat okol juga menjadi atraksi hiburan bagi masyarakat.

Dalam pelaksanaan, gulat okol di Desa Setro tidak dapat dipisahkan dengan acara sedekah bumi desa setempat.

Karena tradisi gulat okol biasa dilaksanakan, setelah prosesi acara sedekah bumi.

"Sebenarnya ada dua desa di Kecamatan Menganti yang rutin menggelar gulat okol, di Desa Setro dan Pengalangan," ucap Camat Menganti Sujarto, ketika dikonfirmasi terpisah.

Agenda ini biasanya dilaksanakan setelah musim panen, antara Agustus, September maupun Oktober. Namun biasanya, lebih sering diadakan pada Oktober.

"Baik di Desa Setro maupun Pengalangan, biasanya dilaksanakan satu paket dalam rangkaian acara sedekah bumi. Setelah tumpeng diarak keliling kampung, baru kemudian ada gulat okol di pentas yang telah disediakan. Bahkan, pesertanya itu kadang ada juga yang dari luar desa," kata Sujarto.

https://regional.kompas.com/read/2021/11/01/133725178/gulat-okol-dari-gresik-ditetapkan-jadi-warisan-budaya-tak-benda-nasional

Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Close Ads
Bagikan artikel ini melalui
Oke