Salin Artikel

Di Balik Fenomena Hari Tanpa Bayangan di Semarang, Suhu Lebih Panas dan Kesaksian Warga

KOMPAS.com - Posisi matahari di titik kulminasi utama memunculkan hari tanpa bayangan di sejumlah wilayah di Indonesia.

Menurut ahli, selain tak muncul bayangan, suhu udara di wilayah tersebut menjadi lebih panas. Salah satunya di Kota Semarang, Jawa Tengah.

Saat terjadi fenomena hari tanpa bayangan itu, pada bulan Oktober suhu udara di Semarang bisa mencapai 35-36 derajat celsius.

"Kulminasi kedua ini bertepatan pada bulan Oktober yang merupakan kondisi di mana suhu lebih panas dibandingkan bulan-bulan lainnya. Suhu pada Oktober 2021 bisa berkisar di angka 35-36 derajat celsius," kata Koordinator Bidang Data dan Informasi BMKG Stasiun Klimatologi Semarang Iis Widya Harmoko, Senin (11/10/2021).

Proses terjadinya fenomena hari tanpa bayangan

Iis melanjutkan fenomena hari tanpa bayangan itu terjadi karena ada gerak semu matahari. 

Sebagai informasi, dalam gerak semu matahari itu, matahari seolah-olah bergerak dari arah timur ke barat dan utara ke selatan. Namun, matahari sesungguhnya diam dan tidak bergerak.

"Pergerakan itu karena bidang ekuator Bumi atau bidang rotasi Bumi tidak tepat berimpit dengan bidang ekliptika atau bidang revolusi Bumi, sehingga posisi matahari dari Bumi akan terlihat terus berubah sepanjang tahun antara 23,5°LU sampai 23,5°LS," katanya.

Lalu, lanjut Iis, pada tahun ini matahari tepat berada di khatulistiwa pada 20 Maret 2021 pukul 16.37 WIB dan 23 September 2021 pukul 02.21 WIB.

Pada 21 Juni 2021 pukul 10.32 WIB matahari berada di titik balik Utara dan pada 21 Desember 2021 pukul 22.59 WIB matahari berada di titik balik Selatan.

"Ketika pergerakan semu matahari terjadi, ada masa di mana matahari tepat berada di posisi paling tinggi atau kulminasi. Ketika deklinasi matahari sama dengan lintang pengamat, fenomenanya disebut sebagai kulminasi utama, saat itulah hari tanpa bayangan terjadi," ungkap Iis.

Dino (27), warga Semarang, mencoba membuktikan fenomena itu dengan berdiri di bawah teriknya matahari.

Lalu, untuk lebih meyakinkan dirinya, Dino merekam detik-detik saat fenomena itu terjadi menggunakan ponselnya.

Dino saat itu juga tampak menunduk untuk memastikan bayangannya tidak terlihat.

"Saya penasaran, makanya ini coba motret bayangan sendiri pukul 11.25 WIB. Memang kelihatan samar karena bayangannya tegak lurus tertutup badan. Cuma terjadi sebentar habis itu muncul lagi bayangannya," jelasnya saat ditemui di Taman Budaya Raden Saleh, Semarang, Senin.

Jadwal dan lokasi fenomena hari tanpa bayangan

Sementara itu, menurut Iis, mempertimbangkan posisi Indonesia yang berada di sekitar ekuator, kulminasi utama di wilayah Indonesia akan terjadi dua kali dalam setahun dan waktunya tidak jauh dari saat matahari berada di khatulistiwa.

"Di kota-kota lain, kulminasi utama terjadi saat deklinasi matahari sama dengan lintang kota tersebut," jelas Iis.

Untuk Kota Jakarta, kata Iis, fenomena ini terjadi pada 4 Maret 2021, yang kulminasi utamanya terjadi pada pukul 12.04 WIB, dan pada 9 Oktober 2021, yang kulminasi utamanya terjadi pada pukul 11.40 WIB.

"Secara umum, kulminasi utama tahun 2021 di Indonesia terjadi terjadi antara 20 Februari 2021 di Baa, Nusa Tenggara Timur, hingga 4 April 2021 di Sabang, Aceh; dan 7 September 2021 di Sabang, Aceh sampai dengan 21 Oktober 2021 di Baa, Nusa Tenggara Timur," imbuhnya.

(Penulis: Kontributor Semarang, Riska Farasonalia | Editor: Teuku Muhammad Valdy Arief)

https://regional.kompas.com/read/2021/10/11/162845678/di-balik-fenomena-hari-tanpa-bayangan-di-semarang-suhu-lebih-panas-dan

Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Close Ads
Bagikan artikel ini melalui
Oke