Salin Artikel

Cerita Sang Ayah yang Anaknya Diduga Gabung NII Sejak Masuk SMP, Menolak Sekolah dan Dibaiat Gurunya Sendiri

Menurutnya sang anak bergabung sejak dua tahun lalu atau saat masih duduk di kelas 1 SMP.

Kala itu sang anak mengikuti sebuah pengajian. Namun sejak mengikuti pengajian tersebut, perilaku sang anak mulai berubah.

Ia menjadi pendiam dan sering mengurung diri di kamar. Bahkan ia juga pernah tak mau melanjutkan sekolah dengan alasan sekolah tak menjamin ia sukses.

“Alasannya, orang sukses itu enggak sekolah juga bisa, sekolah bukan jaminan sukses,” kata M menirukan ucapan anaknya, Kamis (7/10/2021) saat ditemui di kantor Kelurahan Sukamenteri, Kecamatan Garut Kota.

Saat ini sang anak kecelakaan saat membawa motor milik ayahnya. Ia tak berani pulang karena takut dimarahi.

Setelah M terus menghubungi anaknya lewat telepon, akhirnya anaknya pun pulang.

Setibanya di rumah, sang anak bercerita selama dua tahun mengikuti kelompok pengajian setelah Mukhlis menanyainya.

“Awalnya dia tidak membuka, tapi setelah kejadian kecelakaan, waktu itu bawa motor saya, akhirnya kebongkar,” kata M.

Menurut M, sang anak mengakui jika ia pernahbaiat oleh gurunya. Baiat sendiri menurut anaknya adalah baiat hijrah.

“Baiat hijrah katanya, dari Islam kita seperti biasa, dia bilang Islam kita nih gelap, jadi hijrah ke tempat yang terang, NII itu, menurut versi mereka NII itu terang,” katanya.

M pun melaporkan kasus yang dialami anaknya ke Majelis Ulama Indonesia, Kecamatan Garut Kota.

Termasuk melaporkan perubahan anaknya yang mengkafirkan kelompok lain.

Namun saat ini pengajian tersebut sudah tidak ada ada. Diduga pengikut pengajian menyadari jika aktivitas mereka diketahui.

Pengurus MUI pun melakukan konfirmasi atau tabayun kepada pengikut pengajian tersebut pada Selasa (15/10/2021).

Aceng mengakui, dari proses tabayyun, ada beberapa anak yang menyebut NKRI sebagai thogut karena hukum yang digunakan bukan hukum Islam dan tidak mau mengakui NKRI.

Namun, setelah diberitahu akibatnya, akhirnya anak tersebut mau mengakui NKRI dan menandatangani surat pernyataan.

“Kemarin waktu bicara di sini, dia itu mengatakan bahwa Indonesia hukumnya bukan Islam, kalau seperti itu, itu thogut, tapi setelah diberi tahu akibatnya, dia akhirnya mau kembali ke NKRI,” kata Aceng.

Namun ada beberapa anak yang memang pernah dibaiat oleh salah seorang sesepuh pengajian tersebut di rumahnya.

Sesepuh tersebut mengakui anak-anak dibaiat, namun tidak terkait ajaran-ajaran lain.

“Tapi dia (sesepuh pengajian) enggak tahu kalau (baiat) NII. Katanya, 'Saya cuma membaiat agar anak-anak itu jangan mabuk atau maksiat', cuma sebatas itu. Kalau ada ajaran-ajaran lain dia enggak tahu,” kata Aceng.

Aceng menambahkan, dari data yang disampaikan, anak yang meniadi peserta pengajian dan juga sesepuh pengajian, ada sebanyak 59 orang.

Rata-rata usia 15 hingga 20 tahun dan asalnya bukan hanya dari Kecamatan Garut Kota saja, tapi sampai Kecamatan Limbangan dan Cibatu.

SUMBER: KOMPAS.com (Penulis: Ari Maulana Karang | Editor : Abba Gabrillin, Pythag Kurniati)

https://regional.kompas.com/read/2021/10/09/181900578/cerita-sang-ayah-yang-anaknya-diduga-gabung-nii-sejak-masuk-smp-menolak

Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Close Ads
Bagikan artikel ini melalui
Oke