Salin Artikel

Kisah Hidup Solehuddin dan 2 Putri Kecilnya, Tinggal di Poskamling Bambu Berdinding Kelambu Bekas dan Mandi di Sungai

Beruntung setahun lalu mereka menemukan Poskamling tak terpakai di Jalan Slamet Riyadi, Kelurahan Baratan, Kecamatan Patrang, Jember.

Poskamling itu akhirnya mereka manfaatkan sebagai tempat tinggal.

“Kebetulan ada Poskamling, akhirnya tinggal di sini,” kata Solehuddin kepada Kompas.com saat ditemui di lokasi, Senin (4/10/2021).

Bangunan dari bambu itu hanya ditutupi kelambu bekas agar angin tak langsung masuk ke dalam Poskamling.

Dengan luas 2x1 meter, poskamling itu dipakai untuk tidur, menyimpan pakaian hingga persediaan makanan.

Sebagai penerangan, mereka menumpang lampu pada rumah warga.

Mereka tak punya tempat mandi, sehingga seringkali harus ke sungai.

“Kalau tidak hujan, masaknya di depan, mandi kadang numpang, kadang di sungai,” ucap dia.

Kompas.com bekerja sama dengan Kitabisa.com menggalang dana untuk membantu perjuangan Solehuddin dan 2 putrinya kecilnya, Zahra dan Putri.Anda bisa mengirimkan donasi dengan klik di sini.

Bekerja serabutan untuk menyambung hidup

Untuk memenuhi kebutuhan hidup, Solehuddin bekerja serabutan.

Dia membuat layang-layang untuk dijual, hingga membantu tukang bengkel.

Terkadang anak-anaknya ditinggal saat dia pergi bekerja.

“Kadang anak saya ikut kalau bekerja,” tutur dia.

Orangtuanya sudah meninggal, begitu pula rumah orangtuanya juga sudah tak ada.

Saat istrinya masih hidup, keluarganya tinggal di rumah milik orang lain yang kebetulan tidak terpakai.

Mereka hanya diminta membersihkan rumah itu.

“Dulu sempat tinggal di Kecamatan Pakusari bersama istri, ada rumah milik orang tidak dipakai,” tutur dia.

Setelah istrinya meninggal dunia karena kecelakaan, Solehuddin tak bisa maksimal membersihkan rumah sehingga harus berpindah.

“Saya harus bekerja cari uang, jadi akhirnya pindah,” jelas pria berusia 32 tahun itu.

Tinggal di emperan toko hingga poskamling

Solehuddin dan dua anaknya pernah tinggal di tempat indekos, namun harus tinggal nomaden karena tidak punya uang.

Dia juga sudah tidak bisa tinggal di rumah mertua karena sudah dipakai keluarga lain.

“Kadang tinggal di emperan toko, rumah orang, pindah-pindah,” ucap dia.

Lalu, pada tahun 2020, dia sempat menumpang untuk tinggal di halaman rumah warga di Kelurahan Baratan Kecamatan Patrang.

Karena rumah tersebut dibangun, dia lagi-lagi terpaksa harus pindah.

Hingga akhirnya dia menemukan poskamling tak terpakai dan tinggal di sana bersama dua putri kecilnya.

Padahal sebenarnya anak-anaknya sempat bersekolah saat tinggal di Pakusari.

”Apalagi sekarang daring, sudah lama tidak belajar,” tutur dia.

Meski demikian, Zahra dan Putri menyimpan impian yang tinggi. Zahra ingin menjadi dokter, sementara Putri ingin menjadi pesilat.

“Kalau saya ingin jadi dokter,” kata Zahra.

Namun, keduanya tidak bisa belajar dan tidur dengan nyaman. Sebab tempat yang mereka tinggali kini sangat terbatas.

Mereka juga tidak punya buku untuk belajar.

Keseharian mereka hanya bermain di sekitar poskamling dan ikut ayahnya bekerja.

Pengakuan warga

Sementara itu, Anang Bahtiar Dwi Utomo, warga setempat mengatakan, Solehuddin juga sempat menumpang tinggal di rumah warga di dekat rumahnya.

Namun karena rumah itu sudah dibangun, akhirnya Solehuddin pindah ke Poskamling yang tidak dipakai tersebut.

“Dia izin pada pemilik tanah, ternyata diperbolehkan,” tutur dia. Setiap harinya, Solehuddin bekerja sebagai buruh kasar untuk memenuhi kebutuhan sehari-hari.

Dia berharap keluarga tersebut mendapat perhatian dari pemerintah, terutama pendidikan anaknya.

“Saya juga sebagai Taruna Siaga Bencana (Tagana) Dinsos memohon mungkin ada yang berdonasi untuk kelayakan tempat tinggal dan kehidupan mereka,” papar dia.

Dia juga berharap ada kepedulian dari pemerintah agar kedua anak tersebut bisa kembali sekolah demi masa depan mereka.

Sementara itu, Kepala Dinas Sosial Jember Widy Prasetyo menambahkan sudah meminta anggotanya untuk melakukan asesmen.

Rencananya dia akan mengunjungi Solehuddin dan anak-anaknya.

“Teman-teman Dinsos sudah saya minta asesmen,” tutur dia.

Kompas.com bekerja sama dengan Kitabisa.com menggalang dana untuk membantu perjuangan Solehuddin dan 2 putrinya kecilnya, Zahra dan Putri.Anda bisa mengirimkan donasi dengan klik di sini.

(KOMPAS.com/Penulis: Kontributor Jember, Bagus Supriadi)

https://regional.kompas.com/read/2021/10/05/100546378/kisah-hidup-solehuddin-dan-2-putri-kecilnya-tinggal-di-poskamling-bambu

Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Close Ads
Bagikan artikel ini melalui
Oke