Salin Artikel

Masjid Sriwijaya Senilai Rp 130 Miliar Mangkrak karena Korupsi, Digadang-gadang Jadi Terbesar di Asia Tenggara

Kondisi masjid tersebut sangat memprihatinkan. Walapun sudah mengeluarkan anggaran Rp 130 mliar, pembangunana Masjid Raya Sriwijaya tersebut jauh dari kata selesai.

Dikutip dari Tribun Sumsel, bangunan beton yang sudah berdiri terlihat kusam dan ditumbuhi lumut yang mengering.

Salah satu bangunan yang sudah berdiri di antara tiang beton tampak tak terurus.

Dari bentuknya, bangunan tersebut mirip seperti gedung parkir karena ada lift, tangga, dan jalur naik ke lantai dua untuk kendaraan yang berbentuk landai.

Terlihat di bagian atas bangunan tersebut, lantainya dipenuhi lumut dan lumpur. Bahkan di beberapa tempat ada genangan air keruh.

Sedangkan rumput ilalang di sekitar bangunan tumbuh hingga mencapai dada orang dewasa.

Di sekeliling bangunan pagar seng masih terpasang dan papan penanda bertuliskan, "Kawasan & Bangunan ini Dalam Proses Penyidikan Tipikor Kejaksaan Negeri Sumatera Selatan".

Dikutip dari Kompas.id, ide pembangunan masjid ini muncul dari sejumlah tokoh nasional asal "Bumi Sriwijaya" yang menginginkan ada ikon baru di Kota Palembang.

Tak mengherankan, Alex Noerdin yang kala itu menjabat sebagai Gubernur Sumsel selalu antusias mempromosikan kemegahan masjid tersebut di setiap pertemuan, bersanding dengan promosi Asian Games 2018 saat Palembang menjadi tuan rumah mendampingi Jakarta.

Masjid yang ia pamerkan di setiap pertemuan itu baru berupa rancangan animasi.

”Masjid ini akan menjadi salah satu yang termegah di Indonesia bahkan mungkin di Asia Tenggara,” kata Alex kala itu.

Dalam kesaksiannya di Pengadilan Tindak Pidana Korupsi Palembang, Selasa (28/9/2021), Alex tetap meyakini, Masjid Raya Sriwijaya bukan sekadar tempat ibadah biasa melainkan menjadi tempat bagi mereka yang haus tentang ilmu keislaman karena di kawasan yang sama juga akan dibangun Islamic Center.

Itulah alasan mengapa Alex berkeras untuk menempatkan Masjid Raya Sriwijaya di Kawasan Jakabaring, dekat dengan Kampus B Universitas Islam Negeri Raden Fatah Palembang.

Awalnya masjid tersebut akan dibangun di Jalan Bypass Soekarno Hatta milik keluarga Hatim Luthfi yang menghibahkan lahan seluas 10 hektar untuk pembangunan masjid.

Sementara di Jakabaring, lahan yang digunakan adalah milik pemprov dengan luas sekitar 15 hektere.

”Setelah diperiksa bahwa lahan itu clean and clear, saya putuskan untuk menjadi tempat pembangunan Masjid Raya Sriwijaya,” kata Alex kala itu.

Namun kenyataannya, enak hektar lahan tersebut berstatus sengketa dan diklaim oleh beberapa warga.

"Tidak ada yang keluar masuk selama beberapa hari bahkan seminggu ini, bangunan itu tidak didatangi orang. Saya juga kurang tau karena tidak terlihat pagar masuknya," kata Nurlela.

Ia mengetahui jika ada bangunan di dalamnya, tetapi apa yang sedang dibangun Nurlela mengaku tak tahu.

"Seingat saya ada yang bilang mau dibangun masjid tapi belum tau juga," katanya.

Nasaruddin (49) juga tidak melihat adanya aktivitas di lokasi bangunan Masjid Raya Sriwijaya.

"Saya cuma buka toko saja ke sini datang pagi pulang sore. Selama itu saya tidak lihat ada yang masuk-masuk ke dalam sana, " katanya sambil menunjuk bangunan.

Semnetara Sandy (20), warga RT 11 yang tinggal tepat di seberang pintu masuk Masjid Raya Sriwijaya mengaku sempat melihat ada dua bus yang masuk ke dalam lokasi pembangunan.

"Tiga hari lalu ada yang masuk bus dua unit, tapi cuma sebentar. Saya tidak tahu bus apa itu, " ujarnya.

"Kenapa? Tahun ini ada anggarannya Rp 200 miliar tidak kita lanjutkan," kata Deru saat diwawancarai Tribun Sumsel di Kantor Gubernur Sumsel, Kamis (23/9/2021).

Dia mengaku sudah berdiskusi dengan Forum Koordinasi Pimpinan Daerah (Forkopimda) dan aparat penegak hukum.

Jika dipaksakan dibangun, dengan mengabaikan kasus yang ada, bukan tidak mungkin ketika diaudit kontruksinya basement yang sudah dibangun lama itu ternyata tidak sesuai dengan konstruksi yang ditentukan dalam kontrak.

"Kalau sampai begitu tentu akan berakibat pada bangun atasnya. Sebenarnya anggaran Rp 200 miliarnya ada, cuma karena seperti ini maka kita guna kan ketempat lainnya dulu," jelasnya.

Menurut Deru, Sumsel harus tetap ada Islamic Center, namun akan dibangun di tempat lain

Saat ditanya tentang kasus Alex Noerdin, mantan Gubernur Sumsel yang ditetapkan sebagai tersangka, dalam perkara dugaan korupsi dana hibah pembangunan Masjid Raya Sriwijaya Palembang, Deru enggan berkomentar.

"Saya serba salah, kemarin saya bilang prihatin disalahkan orang. Hari ini ditanya lagi, saya kembalikan ke hati nurani Anda saja. Saya tidak mau komentar karena ini rumah ibadah," katanya.

"Yang jelas komentar tentang proses hukumnya bisa ditanyakan Kejati," katanya.

"Kita percayakan saja sepenuhnya kepada aparat penegak hukum, untuk dugaan kasus korupsinya," kata Jimlly saat dihubungi Tribun Sumsel melalui pesan WhatsApp.

Jimly berdoa ada jalan hingga pembangunan masjid tersebut teralisasikan. Apalagi belum ada dalam sejarah, pembangunan masjid batal dibangun.

"Mudah-mudahan jangan sampai, masjid ini memecahkan record di dunia sebagai satu-satunya yang tidak jadi dibangun, karena kasus tanah yang merembet-rembet jadi kasus korupsi," katanya.

Jangan terburu-buru

Sementara itu Ahli Kebijakan Publik dari Universitas Sriwijaya (Unsri) Dr MH Thamrin MSi mengatakan meski pembangunan masjid itu bermasalah, namun dana yang telah diinvestasikan harus tetap dimaksimalkan.

"Pertama Masjid Sriwijaya ini penuh masalah dari sisi kebijakan, kenapa ia bermasalah, yang jelas transparansi tidak ada. Sekarang bagaimana menghapus masalah ini, jangan dengan cara jalan terburu- buru," kata Thamrin, Jumat (24/9/2021).

Diungkapkan Thamrin, meski putusan Herman Deru itu dikatakannya semua sudah dibahas dengan Forum Komunikasi pimpinan daerah (Forkompinda), namun harus juga dilakukan kajian mendalam.

Ditambahkan Thamrin, Pemerintah Provinsi (Pemprov) Sumsel seharusnya memiliki skenario yang banyak pilihan, bukan hanya sekedar membatalkan. Namun yang paling penting meminimalkan resiko kerugian selama ini, dari investasi yang sudah dilakukan.

"Saran saya, jangan dahulu terburu- buru memutuskan seperti itu, tapi buat kajian mendalam dahulu tentang kelayakan investasinya selama ini, dan dihitung dulu biaya tenggelamnya (cost), karena sudah pintu masuk, dan duit yang hilang itu bukan sekedar hilang nantinya karena duit rakyat, harus dipertanggungjawabkan walaupun terjadi dimasa lalu. Singkat cerita jangan terburu- burulah tapi buat kajian mendalam," sarannya.

Menurutnya jika pun pembangunan masjid Sriwijaya dilanjutkan kembali, harus sudah melalui proses kajian, dan proses hukum tetap dipisahkan, mengingat aset yang ada juga tidak disita Kejaksaan.

"Artinya, tugas kita berikutnya bagaimana membangun untuk mengatasi masalah yang lama, dengan kehati- hatian sehingga perlu transparansi kehatian kedepan. Kalau memang tidak terbangun jelas jadi sejarah dan mau apalagi, dan jadi monumen masjid tak sudah, kalau di Bengkulu ada monumen dendam tak sudah," pungkasnya

SUMBER: KOMPAS.id, TribunSumsel.com

https://regional.kompas.com/read/2021/10/02/122200778/masjid-sriwijaya-senilai-rp-130-miliar-mangkrak-karena-korupsi-digadang

Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Close Ads
Bagikan artikel ini melalui
Oke