Salin Artikel

Cerita Perajin Wayang Kulit di Banyuwangi, Kesulitan Mencari Penerus

Ia memproduksi wayang kulit di Jalan Yos Sudarso, Sukowidi, Banyuwangi, Jawa Timur.

Tangannya nampak lincah menata dan mengukir selembar kulit sapi dengan pisau tata berbagai ukuran miliknya.

Kulit ditata sesuai bentuk yang sudah digambar sebelumnya. Kemudian diukir dengan berbagai motif yang sudah ditentukan.

Eko mengatakan, sudah 30 tahun terakhir menggeluti pembuatan wayang kulit secara tradisional.

Eko merupakan perajin wayang yang awalnya belajar dan membantu orangtuanya. Ia berasal dari Desa Tapanrejo, Muncar, yang memang dikenal sebagai tempat perajin wayang kulit.

Di tempat produksinya, Eko tak hanya membuat wayang kulit. Namun, juga omprok atau penutup kepala penari Gandrung.

Kini, ia terus membuat wayang kulit untuk menghidupi keluarga. Eko juga ingin terus melestarikan seni wayang kulit. Apalagi, saat ini makin jarang orang yang berminat menjadi sungging wayang kulit.

"Kebanyakan ngikutin zaman, anak muda tak tertarik dan peminatnya sedikit. Inginnya kerja kantoran. Karena kalau wayang tak dari hati nurani enggak bisa," kata Eko saat berbincang, Minggu (26/9/2021).

Menurut Eko, belum banyak yang tahu terdapat sentra pembuatan wayang di Banyuwangi. Padahal, kualitas wayang buatan Banyuwangi sohor hingga luar daerah.

"Tahunya orang dibuat di Solo atau Jogjakarta. Padahal di sini (Banyuwangi) ada," kata dia.

Ia khawatir jika tak ada regenerasi, produksi wayang kulit di Banyuwangi bisa hilang. Eko menduga, banyak yang belum tertarik menjadi sungging wayang karena kurang meyakinkan secara finansial.

Ia mengakui jumlah pesanan wayang kulit memang tak seramai pada 1990-an. Saat itu, pelanggannya tak hanya dalang, tetapi juga masyarakat umum yang ingin mengoleksi.

Namun, kini sebagian besar pelanggannya adalah dalang wayang.

Meski demikian, pembuatan wayang harus terus dilestarikan untuk menjaga seni dan budaya khas di Banyuwangi.


Sebuah wayang bisa selesai tiga pekan

Ia menceritakan pembuatan wayang membutuhkan keuletan. Sebuah wayang bisa diselesaikan dalam waktu dua hingga tiga pekan tergantung kesulitannya.

Sementara Omprok Gandrung membutuhkan waktu yang lebih lama karena pengerjaannya relatif sulit.

Harga jualnya, satu buah wayang ukuran kecil dihargai Rp 500.000. Sementara yang terbesar seperti Gunungan bisa seharga Rp 5 juta.

"Tergantung kerumitan dan ukurannya," kata dia.

Ia membuat wayang juga berdasarkan pesanan. Wayang yang dibuat biasanya karakter Pandawa, Kurawa, hingga raksasa dan peranakannya. Eko mengaku telah menghapal semua bentuk wayang tersebut.

Menariknya, ada ritual khusus jika keluarganya membuat wayang jenis Gunungan dan Batara Guru.

Sebelum membuatnya, ia akan melakukan puasa Senin dan Kamis. Jika tak dilakukan maka wibawa dari wayang yang dibuatnya akan berkurang.

"Ini yang dipercaya di keluarga kami," kata dia.

https://regional.kompas.com/read/2021/09/27/172447478/cerita-perajin-wayang-kulit-di-banyuwangi-kesulitan-mencari-penerus

Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Close Ads
Bagikan artikel ini melalui
Oke