Salin Artikel

Cerita Warga Kampung Mangir Keluar dari Isolasi Internet

Jika daerah lain, mudah menggunakan berselancar di dunia maya menggunakan gawai ataupun perangkat lainnya, tapi di Kampung itu tidak bisa karena tidak sumua wilayah terjangkau sinyal provider.

Namun dengan semangat gotong royong, warga berhasil keluar dari 'isolasi' dunia luar.

Saat ini kampung tersebut malah jadi kampung internet.

Salah satu pegiat internet Kampung Ngentak Mangir, Yahya Nur Pratama menyampaikan, awal pandemi pada 2020, warga kampungnya hampir putus asa.

Sebab, sebagian besar anak-anak tidak bisa mengikuti pembelajaran daring oleh sekolah karena keterbatasan jaringan provider.

Bahkan, karena hal itu banyak anak sekolah tak mendapatkan pelajaran seperti layaknya siswa sekolah lain.

"Kami dan muda-mudi membuat gerakan Ayo Sekolah dan berusaha mencari fasilitas internet untuk anak-anak belajar," kata Yahya dalam keterangan tertulis Selasa (21/9/2021).

Sebenarnya, upaya mengakses internet tidak hanya dilakukan sekali ini oleh warga setempat.

Bahkan beberapa kali sebelumnya warga mengajukan penyambungan kepada provider lain termasuk yang berstatus BUMN.

Namun saat itu tidak ada yang menyanggupi untuk menyambung internet hingga ke wilayah mereka.


Fasilitas internet ini berasal dari swadaya warga, dan digunakan untuk berlangganan internet dari pihak swasta.

Karena sambungan internet tidak menggunakan kabel optik, dan masih menggunakan wireless koneksinya terbatas, dan lambat.

Akhirnya, mereka digilir ketika akan sekolah daring.

"Anak-anak kita jadwal untuk kumpul, karena baru satu tempat saja yang bisa ada internetnya," ucap Yahya.

Yahya menceritakan, karena kebutuhan semakin banyak, antusias anak-anak meningkat, ditambah sekolah daring mulai aktif.

Warga berinisiatif mencari solusi agar internet bisa lancar dan kecepatannya bisa tinggi. 

Salah satu kendalanya adalah titik tower provider yang cukup jauh, sehingga tidak memungkinkan untuk menangkap sinyal yang lebih kuat.

"Kami akhirnya memindahkan antena penangkap sinyal kita di pinggir kampung, dengan tiang paralon besi karena tidak mampu membangun tower sampai sekarang," ucap Yahya.

Akhirnya setelah berhasil memindahkan tower, warga menarik kabel dari satu rumah ke rumah warga lainnya untuk kemudian dipasang pemancar WiFi.

Semua itu dilakukan dengan gotong royong, baik tenaga maupun biaya yang dibutuhkan.

Hingga akhirnya hampir seluruh rumah di kampung tersebut sudah memiliki pemancar WiFi masing-masing. 

"Alhamdulillah sekarang sekolah online bisa dilakukan dari rumah sendiri-sendiri," kata dia.

Yahya mengatakan, sistem gotong royong ini dilakukan hingga sekarang, di mana semua pengeluaran biaya langganan akan ditanggung oleh semua warga.

Iuran bulanan warga digunakan untuk membayar tagihan dari provider, sisanya dimasukkan dalam kas kelompok untuk perawatan jaringan.

"Tidak ada yang mikir bisnis, tujuan awalnya hanya bagaimana agar semua warga bisa mengakses internet dari rumah mereka," kata Yahya.

https://regional.kompas.com/read/2021/09/21/112235078/cerita-warga-kampung-mangir-keluar-dari-isolasi-internet

Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Close Ads
Bagikan artikel ini melalui
Oke