Salin Artikel

Kisah di Balik Sukses Leani Ratri di Paralimpiade Tokyo: Pernah Kecelakaan hingga Patah Kaki dan Tangan, 3 Bulan Diobati Ayah Sendiri

Namun di balik kesuksesannya, ternyata ada kisah sedih bagaimana atlet asal Desa Siabu, Kecamatan Salo, Kabupaten Kampar, Riau, ini sebelum mencapai kesuksesannya. 

Ternyata, Leani menjadi atlet parabadminton, setelah mengalami kecelakaan lalu lintas.

Peristiwa itu dialaminya di Kota Pekanbaru, Riau, pada 2011 silam. Saat itu Leani berusia 20 tahun.

Leani mengalami patah kaki kiri dan tangan sebelah kanan.

Ternyata, yang mengobati patah tulang Leani sampai pulih adalah ayahnya sendiri.

Motornya menabrak mobil di Pekanbaru, Leani patah kaki dan tangan

Hal ini dikatakan Mujiran (68), ayah kandung Leani saat berbincang dengan Kompas.com usai menyambut kedatangan Leani di VIP Lancang Kuning Bandara Sultan Syarif Kasim (SSK) II Pekanbaru, Minggu (19/9/2021).

Mujiran yang didampingi istrinya Gina Oktila (53) mengatakan, Leani kecelakaan saat mengendarai sepeda motor.

"Waktu itu dia habis tanding badminton di Pekanbaru. Usai main dia jemput baju adiknya, jadi pas di jalan dia bertabrakan dengan mobil. Dia mengalami patah tulang  paha patah tangan kanan," cerita Mujiran.

Dia mengaku tidak membawa Leani ke rumah sakit. Tetapi, diobati sendiri oleh Mujiran di rumahnya.

Diobati dengan cara tradisional, tiga bulan Leani menahan sakit

Selama tiga bulan, Leani terkapar menahan sakit.

Adapun, pengobatan yang dilakukan Mujiran yakni dengan cara tradisional.

"Tak ada kami bawa Atri (sapaan Leani) ke rumah sakit. Jadi, kaki dan tangannya yang patah itu saya tarik dan saya urut," sebut Mujiran.

Memasuki bulan kelima, kondisi Leani mulai membaik. Sudah bisa berjalan dengan menggunakan tongkat.

Namun, tangan kanan yang patah belum bisa dilipat.

Belum sembuh benar, sudah latihan badminton

Ternyata, kata Mujiran, dalam kondisi seperti itu Leani masih nekat berlatih bermain badminton meski sudah dilarang.

"Dia diam-diam pergi latihan badminton ke Pekanbaru. Memang tekat dia jadi atlet dunia sangat tinggi. Kami sebenarnya sangat melarang, karena takut kakinya itu sakit lagi," kata Mujiran.

"Kemarin waktu lihat dia jatuh pas tanding di Tokyo itu, saya tegang, jantung saya mau copot. Karena, saya takut kakinya itu (patah lagi)," imbuh ibu Leani, Gina.

Tak sanggup lihat Leani bertanding karena kondisi kakinya

Sementara Mujiran mengaku tak sanggup melihat anak keduanya itu bertanding.

"Saya tak sanggup lihat dia tanding, karena kondisi kakinya itu. Tapi, kami bersyukur dia tidak apa-apa," ujar bapak 10 anak ini.

Leani berhasil sembuh berkat kemampuan ayahnya yang mahir mengobati patah tulang.

Bahkan, Mujiran sudah dikenal sebagai pengobatan tradisional patah tulang.


Ayah Leani terkenal ahli obati patah tulang

Ia mengaku sudah banyak pasien yang sembuh setelah diobatinya. Pasien yang diobatinya berasal dari berbagai daerah.

"Bukannya saya pamer ya, kalau dihitung sudah ada ratusan orang yang patah tulang saya obati dan sembuh. Selain Leani, anak saya yang kedelapan dan yang ketiga pernah patah tulang tangan juga, saya yang obati dan sembuh. Tapi, kesembuhan itu kan atas izin dari Tuhan Yang Maha Esa," tutur Mujiran.

Jadi, selain bekerja menderes karet, Mujiran juga mendapat penghasilan dari mengobati orang patah tulang.

"Kebun karet saya lebih kurang satu hektar, itu di samping rumah. Kalau penghasilan, ya tergantung harga karet. Saya panen sekali dalam sepuluh hari," tambahnya.

Kehidupan Leani, pernah kuliah, sudah menikah

Mujiran juga menyebutkan, Leani merupakan alumni Universitas Negeri Padang di Sumatera Barat. Saat kuliah ambil jurusan olahraga.

Leani juga sudah menikah dengan lelaki pujaan hatinya bernama Badulata pada tahun 2016.

Suami Leani bekerja sebagai seorang sekuriti di Kabupaten Kuantan Singingi (Kuansing), Riau. Mereka berdua tinggal di Kota Pekanbaru.

"Mereka belum dikaruniai anak. Mungkin karena jarang ketemu sama suaminya. Mungkin belum rezeki juga. Karena Atri kan sibuk di Pelatnas di Solo. Kami saja jarang jumpa. Terakhir dia pulang Desember 2020, waktu itu saya operasi tumor di kaki kiri," kata Mujiran.

Ayah Leani ingin keberhasilan Leani jadi motivasi anak-anak lain di Riau

Perjuangan Leani pun berbuah manis. Sejak menjadi atlet parabadminton, sudah banyak prestasi yang didapatkan.

Sebelum meraih dua medali emas dan satu medali perak pada Paralimpiade Tokyo, Leani juga sudah pernah meraih banyak medali emas, perak maupun perungggu di tingkat internasional.

"Kami sangat bangga pada Atri. Harapan kami padanya, tetaplah jadi atlet yang berprestasi dan rendah hati. Kami juga berharap, keberhasilan Atri jadi motivasi bagi anak-anak lainnya, khususnya di Kabupaten Kampar," pungkas Mujiran.

Perjuangan Leani di Paralimpiade Tokyo 2020

Untuk diketahui, Leani Ratri Oktila berhasil meraih dua medali emas dan satu medali perak pada Paralimpiade Tokyo 2020 cabang olahraga parabadminton.

Dalam pertandingan final ganda putri SL3-SU5 yang berlangsung di Yoyogi National Stadium Tokyo, Leani-Khalimatus menang atas pasangan Tiongkok, Cheng Hefang-Ma Huihui. Mereka menang dua gim langsung dengan skor 21-18 dan 21-12.

Kemudian, pada pertandingan final nomor ganda campuran SL3-SU5 di tempat yang sama, Leani Ratri Oktila dan Hary Susanto berhasil mengalahkan wakil Prancis Lucas Mazur-Faustine Noel.

Pasangan Indonesia tersebut harus bekerja keras sebelum memastikan medali emas dengan skor dua kosong langsung, 23-21, 21-17.

Saat bertanding di final tunggal putri SL4, Leani harus puas dengan medali perak dan merelakan medali emas ke tangan Cheng He Fang dari China.

Leani kalah tipis dengan skor 19-21 di gim pertama. Di gim kedua, ia mulai bangkit dan bermain lebih tenang sehingga bisa memenangkan game ini dengan skor 21-17.

Lalu, di gim ketiga Leani Ratri-Cheng He Fang saling kejar-mengejar skor. Sampai akhirnya, perjuangan Leani untuk menambah emas harus pupus dan harus merelakannya ke tangan Cheng He Fang.

https://regional.kompas.com/read/2021/09/20/111258478/kisah-di-balik-sukses-leani-ratri-di-paralimpiade-tokyo-pernah-kecelakaan

Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Close Ads
Bagikan artikel ini melalui
Oke