Salin Artikel

Kisah Mama Elisabeth Hidupi 3 Anaknya yang Menderita Disabilitas dengan Bertenun, Tinggal di Gubuk Reyot

Elisabeth yang berprofesi sebagai penenun itu berjuang sendiri menghidupi tiga anaknya yang mengalami disabilitas karena suaminya sakit-sakitan.

Kini, Elisabeth tinggal di sebuah gubuk di Desa Heo Puat, Kecamatan Hewokloang, Kabupaten Sikka, Nusa Tenggara Timur. Di sana, ia tetap menenun untuk menghidupi keluarganya.

Elisabeth menceritakan, seorang anaknya mengalami gangguan mental, lalu ada yang mengalami kelumpuhan dan gizi buruk, sedangkan anak lainnya tak bisa bicara.

Elisabeth tinggal di sebuah gubuk reyot berukuran 2x3 dengan dinding bambu dan lantai tanah. Dinding itu sudah banyak berlubang dimakan rayap.

Gubuk itu dibangun tanpa sekat. Aktivitas rumah tangga dilakukan di sana, dari berkumpul, tidur, dan memasak.

Elisabeth dan keluarganya juga hidup tanpa penerangan listrik. Pada malam hari, mereka mengandalkan lampu pelita, itu pun jika ada minyak tanah.

Di usia yang tidak muda lagi, Elisabeth harus bekerja keras menghidupi suami dan ketiga anaknya. Suaminya tak bisa bekerja karena sakit-sakitan.

“Setiap hari saya menenun. Suami saya sudah tidak bisa bekerja lagi karena sakit-sakitan. Kain tenunan ini saya jual. Hasilnya untuk bisa memenuhi kebutuhan sehari-hari,” kata mama Elisabeth di kediammnya, Minggu (12/9/2021) siang.

Ia mengaku, penghasilannya menjual tenun itu terkadang tak cukup memenuhi kebutuhan sehari-hari. Seringkali, ia tak punya uang membeli beras.

Untuk makan sehari-hari, mereka kadang mendapat bantuan dari tetangga. 

"Kalau ada uang, ya beli beras. Kalau tidak ada, kami makan ubi dan pisang. Mau bagaimana, begitu sudah kondisi kami. Intinya bisa bertahan hidup,” ujarnya.


Mama Elisabeth menyebut, keluarganya sedikit terbantu karena mendapat bantuan program keluarga harapan (PKH).

Namun, bantuan itu tak cukup memenuhi kebutuhan keluarganya. Apalagi, ketiga anaknya merupakan penderita disabilitas.

Anak-anak itu, kata dia, tak bisa membantunya mencari penghasilan tambahan.

Kondisi ketiga anak Mama Elisabeth

Mama Elisabeth menceritakan, anak bungsunya, Wihelmina Wilma Kenga (21) sudah kekurangan gizi sejak lahir.

Saat anak-anak seumurannya sudah bisa duduk pada usia enam bulan, Wihelmina tak kunjung bisa. Sampai sekarang, Wihelmina terbaring lemas di rumah karena lumpuh.

Sementara itu, anak sulungnya Margaretha Loli Kenga (28) tidak bisa berbicara. Sedangkan anak keduanya, Lolianus Miskin Sado (26), mengalami gangguan mental.

“Setiap hari pekerjaan saya cukup berat. Mana urus anak yang lumpuh ini, mana kerja tenun. Yang paling berat, kalau yang gangguan mental ini berontak. Ya, begitu sudah. Semuanya harus dijalani,” katanya.

Ia berharap, ada bantuan untuk bisa mengubah kondisi keluarganya. Ia berharap bantuan untuk mengobati anaknya yang mengalami gangguan mental.

"Semoga ada perhatian khusus bagi anak-anak kami ini," jelasnya.

https://regional.kompas.com/read/2021/09/13/114547978/kisah-mama-elisabeth-hidupi-3-anaknya-yang-menderita-disabilitas-dengan

Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Close Ads
Bagikan artikel ini melalui
Oke