Salin Artikel

Imbas SD Ditembok 3 Meter, Guru dan Orangtua Murid Sering Terperosok Saat Lewati Jalan Darurat yang Rawan Longsor

Mereka selama ini mesti melewati jalan darurat lewat persawahan, kuburan dan perbukitan bekas galian C yang rawan longsor jika terjadi hujan deras di kawasan tersebut.

Para orangtua dan guru sekolah itu telah beberapa kali mengalami jatuh saat melewati jalan darurat pesawahan dan jalan setapak perbukitan yang masih dipenuhi semak-semak belukar.

Jalan darurat melewati belakang sekolah itu hampir lima kali lipat jauhnya ketimbang jalan utama yang kini ditutupi tembok beton oleh penilik lahan di depannya.

“Bukan hanya para orangtua yang mengalami jatuh dan sering terpeleset saat melewati jalan daruat itu. Kami pun para guru sudah ada dua orang guru yang terjatuh saat melewati jalan darurat belakang sekolah ini. Bukan hanya jalannya yang kecil, tapi kondisinya yang terjal dan banyak berbatu membahayakan semua orang yang melewatinya,” jelas Kepala SDN Tugu 2, Cihideung, Kota Tasikmalaya, Sri Mulyani, kepada wartawan di kantornya, Rabu (2/9/2021) pagi.

Khawatir anak-anak jadi korban

Apalagi, bagi siswa usia masih anak seperti murid kelas I dan II yang selama ini tak diantar oleh orangtuanya ke sekolah.

Adapun siswa yang selalu diantar orangtuanya pun selalu ada laporan sering terjatuh saat mengantar anaknya lewat jalan darurat tersebut.

“Kita khawatir anak-anak yang usianya masih kecil dan baru masuk akan berbahaya kalau lewat jalan darurat lewat belakang itu. Yang orang tuanya mengantar anaknya setiap hari saja, banyak laporan sering terjatuh, karena memang jalan masuknya terjal dan berbatu serta menanjak,” tambahnya.


Jika antar pakai motor, pasti jatuh

Hal sama diutarakan salah seorang salah satu orangtua siswa, Nina Herlina (45), bahwa jalan darurat ke sekolahnya selama ini sangat membahayakan semua murid dan orang yang melewatinya.

Dirinya bersama orangtua lainnya menginginkan akses jalan utama yang ditutup tembok beton 3 meter segera dibuka kembali.

"Kami setiap hari sebelum viral seperti sekarang sudah sering ngobrol bersama orangtua lainnya di sekolah. Supaya bagaimana caranya kami dan anak-anak kami bisa jalan ke depan lagi saat anak sekolah. Adanya, viral seperti ini tentu kami semuanya mendukung pihak sekolah dan Pemkot Tasikmalaya," ujar Nina.

Nina pun mengaku saat melewati jalan darurat sering terjatuh di jalan terjal bekas perbukitan jalan darurat lewat belakang bangunan sekolah.

Jika seorang ibu yang mengantar anaknya pakai motor lewat belakang selalu pasti ada yang jatuh, karena jalannya penuh batu, sempit, menanjak dan membahayakan karena bekas galian C.

"Bahaya, kalau ke sini perempuan bawa motor itu sering banyak yang jatuh. Lihat saja jalannya seperti ini. Enakan ke depan yang sekarang ditembok beton," ungkap Nina.

Tak punya jalan masuk

Sebelumnya, sebuah bangunan Sekolah Dasar Negeri (SDN) Tugu 2 Kelurahan Tugujaya, Kecamatan Cihideung, Kota Tasikmalaya, tak memiliki akses jalan lagi usai ditutup bangunan benteng setinggi 3 meter oleh pemilik lahan pribadi di depannya.

Semula sebanyak 167 siswa dan guru di sekolah tersebut memiliki akses jalan utama dengan lebar sekitar 2 meter ke pinggir Jalan SL Tobing, Kota Tasikmalaya.

Namun, sejak awal tahun 2021 saat tak ada aktivitas pembelajaran tatap muka akibat pandemi akses jalan utama itu ditutup oleh seseorang yang mengaku pemilik lahan sah dengan benteng setinggi 3 meter.

Pihak sekolah pun sempat kebingungan akses jalan bagi murid untuk belajar saat dimulai kembali pembelajaran tatap muka (PTM) terbatas saat penerapan PPKM Level 3 sejak dua pekan lalu.

"Awalnya, kita punya jalan utama ke depan jalan, karena sekolah kami di pinggir jalan SL Tobing, Kota Tasikmalaya. Namun, gak tahu kenapa ada keputusan sertifikat katanya dari BPN bahwa akses jalan sekolah tersebut milik seseorang. Nah, oleh pemilik lahan itu dibenteng 3 meter ditutup seluruhnya sehingga sekolah tak punya jalan masuk," jelas Kepala Sekolah SDN Tugu 2 Sri Mulyani, kepada wartawan di kantornya, Selasa (31/8/2021).


Sri pun mendapatkan informasi dari perwakilan orangtua dan komite sekolah bahwa awalnya pemilik lahan tak masalah membiarkan sebagian tanahnya dijadikan akses jalan utama sekolah.

Namun, ada informasi bahwa pemilik tanah khawatir bahwa tanahnya diklaim oleh sekolah lalu membentengnya setinggi 3 meter.

Permasalahan ini pun telah diketahui Pemerintah Kota Tasikmalaya melalui Kepala Dinas Pendidikan Kota Tasikmalaya.

Bahkan, sempat ada pertemuan antara pemilik lahan, masyarakat sekitar, pihak sekolah dan dinas terkait setempat membahas berkaitan akses jalan sekolah ini.

Seusai ditutup benteng, lanjut Sri, pihak sekolah sama sekali tak memiliki akses jalan masuk.

Sehingga, ratusan murid sekolah tersebut terpaksa harus melewati jalan belakang menyusuri jalan persawahan dan lewat kuburan untuk bisa bersekolah saat PTM terbatas dibuka lagi.

"Kalau sekarang, murid jalan kaki ke belakang, itu juga ada beberapa orang warga pemilik tanah yang baik hati dan memberikan akses jalan darurat. Jadi, murid sekarang sementara lewat sana dulu untuk bisa bersekolah," ungkap Sri. 

https://regional.kompas.com/read/2021/09/02/153933478/imbas-sd-ditembok-3-meter-guru-dan-orangtua-murid-sering-terperosok-saat

Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Close Ads
Bagikan artikel ini melalui
Oke