Salin Artikel

Ekskavasi Capai 90 Persen, Begini Penampakan Petirtaan Kuno di Sumberbeji Jombang

Hasil ekskavasi dalam 4 tahap sejak 2019 hingga Agustus 2021 menyingkap bentuk Petirtaan Sumberbeji yang berada di Dusun Sumberbeji, Desa Kesamben, Kecamatan Ngoro, Kabupaten Jombang, Jawa Timur.

Petirtaan Sumberbeji menyajikan pemandangan unik. Salah satunya, air yang mengalir ke dalam petirtaan.

Melalui saluran di sisi barat, air jernih dari sumber mata air alami terus mengalir tanpa henti.

Debit air yang konstan membuat kulom air kuno itu cepat dipenuhi air, meski baru beberapa jam dikuras bersih.

Bahkan, karena debit air yang konstan, petirtaan kuno itu seolah tak akan kekeringan meski dilanda kemarau.

Petirtaan kuno dengan struktur bata merah itu memiliki bentuk persegi berukuran 20 x 17 meter persegi.

Di tengahnya terdapat bangunan persegi yang diinterpretasikan sebagai batur.

Di sisi barat, terdapat kanal sepanjang 14 meter yang berfungsi sebagai saluran untuk masuknya air ke dalam petirtaan.

Kemudian, kanal yang berfungsi sebagai saluran buang berada di sisi timur laut.

Di area dalam petirtaan sisi barat daya, terdapat arca garuda. Arca dari batu andesit itu menempel di dinding menghadap ke timur.

Letaknya berada antara kanal yang menjadi saluran masuknya air ke petirtaan dengan dinding selatan.

Secara keseluruhan, struktur dinding bangunan petirtaan kuno di Sumberbeji tersusun dari bata merah, didominasi komponen bata era Majapahit.

Kemudian, lantai petirtaan terbuat dari bata merah pada. Lantainya berada pada kedalaman 2 meter dari batas atas struktur dinding.

Ekskavasi 90 persen

Kepala BPCB Jawa Timur Zakaria Kusimin mengatakan, ekskavasi yang sudah mencapai 90 persen sudah berhasil menyingkap bagaimana bentuk situs.

Pekerjaan berikutnya, jelas dia, yakni pengamatan dan penelusuran terhadap potensi sebaran benda purbakala di sekitar petirtaan.

"Bisa dikatakan ini sudah 90 persen dan kita sudah mengetahui seperti apa bentuknya. Tapi kondisi lingkungan yang perlu untuk terus kita amati," ujar Zakaria di Jombang, Sabtu (28/8/2021).

Pada Sabtu, Zakaria bersama tim pelestarian cagar budaya BPCB Jawa Timur mengakhiri ekskavasi Petirtaan Sumberbeji tahap 4 yang dilaksanakan sejak 19 Agustus 2021.

Dia mengungkapkan, target pencarian beberapa bagian penting situs yang disusun sebelum ekskavasi sudah terpenuhi.

Pencarian sumber air yang secara konstan mengalir deras ke dalam petirtaan sudah terjawab.

Air jernih itu berasal dari sumber mata air alami di dalam tanah, yang kemudian mengalir melalui saluran sebelah barat petirtaan.

Kemudian, pencarian titik akhir saluran buang atau saluran keluarnya air dari petirtaan tidak bisa dilanjutkan karena terkendala lahan.

Ekskavasi tahap akhir

Zakaria menuturkan, setelah merampungkan ekskavasi tahap 4, pihaknya kini menyiapkan rencana ekskavasi tahap akhir serta merumuskan rencana pemugaran.

"Selanjutnya kami masih punya program (ekskavasi) sekali lagi, setelah itu fokus pada penanganan obyeknya, yaitu pemugaran," ujar dia.

Hipotesis yang dimunculkan arkeolog, Petirtaan Sumberbeji merupakan salah satu peninggalan Majapahit abad ke-14 Masehi, masa sebelum pemerintahan Hayam Wuruk.

Menurut arkeolog BPCB Jawa Timur Wicaksono Dwi Nugroho, Situs Sumberbeji diperkirakan terkubur tanah akibat erupsi Gunung Kelud yang terjadi di masa Tribhuwana Tunggadewi memimpin Majapahit.

Hasil ekskavasi juga menemukan bahwa lapisan tanah yang menutup petirtaan berupa tanah berpasir, kerikil, dan kerakal.

Material itu diperkirakan berasal dari lahar Gunung Kelud yang mengalir melalui Sungai Konto, menutup sebagian wilayah Jombang termasuk wilayah penemuan Petirtaan Sumberbeji.

Tak ada catatan terkait Petirtaan Sumberbeji dalam Negarakertagama, naskah kuno yang menjadi rujukan dalam kajian sejarah Majapahit.

Namun, naskah yang ditulis Prapanca di masa pemerintahan Hayam Wuruk itu menyinggung peristiwa letusan Gunung Kelud saat kelahiran Hayam Wuruk.

"Kita perkirakan bencana besar itu terjadi pada tahun 1.300 Masehi, sebelum Hayam Wuruk. Karena terkubur di dalam tanah, jadi wajar kalau Petirtaan Sumberbeji ini tidak ada dalam catatan Negarakertagama," ujar Wicaksono.

Adapun periode pembangunan petirtaan diperkirakan dilakukan pada abad ke-14 hingga ke-12 Masehi.

Adapun interpretasi fungsi, Petirtaan Sumberbeji merupakan tempat suci untuk pemujaan. Indikasinya, terdapat Batur di tengah petirtaan, serta Arca Garuda atau garudeya di dinding barat.

Konsep bangunan suci itu sesuai dengan konsep Samudera Mantana, yang dikenal dalam kebudayaan Hindu, menguraikan upaya para dewa mencari air suci.

Kepala Bidang Cagar Budaya dan Sejarah, Dinas Kebudayaan dan Pariwisata Jawa Timur, Dwi Supranto mengatakan, Petirtaan Sumberbeji telah ditetapkan sebagai cagar budaya peringkat Provinsi Jawa Timur.

Pihaknya akan berkolaborasi dengan BPCB Jawa Timur pada upaya pelestarian dan pengembangan Situs Sumberbeji, dalam bentuk dukungan pembiayaan ekskavasi hingga pemugaran.

"Tahun 2021 ini kita tetapkan sebagai cagar budaya peringkat provinsi tingkat Jawa Timur," kata Dwi Supranto saat berkunjung ke Petirtaan Sumberbeji, Sabtu (28/8/2021).

https://regional.kompas.com/read/2021/08/30/080000378/ekskavasi-capai-90-persen-begini-penampakan-petirtaan-kuno-di-sumberbeji

Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Close Ads
Bagikan artikel ini melalui
Oke