Salin Artikel

Nasib Buaya Rawa Morosi, Habitat Rusak karena Tambang dan Jadi Santapan TKA

Kepala Balai Konservasi Konservasi Sumber Daya Alam (BKSDA) Sultra Sakrianto Djawie menduga, buaya yang dimakan pegawai PT Obsidian Stanless Steel (OSS) sudah dalam kondisi sekarat. 

Keadaan itu diperkirakan terjadi karena pengaruh limbah pabrik yang masuk ke rawa sebagai habitat buaya tersebut.

"Daerah Morosi itu kan banyak rawa, sungai juga ada. Habibat buaya di situ, tapi sudah rusak karena adanya aktivitas pertambangan di situ, akhirnya dia naik ke darat," ungkap Sakrianto saat dihubungi, Rabu (25/8/2021) malam.

Sebelumnya, Rabu (25/8/2021) pagi, buaya muara sepanjang 3 meter muncul di sekitar jalan houling yang menghubungkan PT OSS dengan pembangkit listrik tenaga uap (PLTU) di wilayah kawasan industri Morosi.

Kehadiran satwa yang dilindungi itu sontak mengejutkan para karyawan yang tengah bekerja, hewan reptil lalu ditangkap dan dipotong oleh sejumlah TKA.

Setelah mendapat laporan BKSDA Sultra langsung menurunkan tim ke PT OSS untuk diambil keterangan.

Saat tim tiba di lokasi, kata Sukrianto, daging buaya sudah habis disantap termasuk tulang dan kulitnya dijadikan sop.

"Keterangan sementara mereka (TKA) tidak tahu bahwa buaya itu dilindungi, tapi mungkin besok kita panggil yang bertanggung (pelakunya) karena mereka tidak tahu bahasa Indonesia. Besok mereka akan didampingi penerjemahnya, pelakunya ada lima orang," kata Sakrianto.

Ia menjelaskan, para pelaku pembunuhan satwa itu telah melanggar Undang- undang nomor 5 tahun 1990 tentang Konservasi Sumberdaya Alam dan Ekosistemnya dengan ancaman hukuman 5 tahun.

Penulis: Kontributor Kendari, Kiki Andi Pati

https://regional.kompas.com/read/2021/08/26/091916778/nasib-buaya-rawa-morosi-habitat-rusak-karena-tambang-dan-jadi-santapan-tka

Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Close Ads
Bagikan artikel ini melalui
Oke