Salin Artikel

Curhat Warga Pulau Jaloh Batam: Di Sini Tak Guna HP Mahal, Sinyal Susah, Anak-anak Sulit Belajar "Online"

Namun nyatanya, gampangnya akses komunikasi ternyata masih belum dapat dirasakan sepenuhnya oleh masyarakat Pulau Jaloh, Kelurahan Gelam, Kecamatan Bulang, Batam, Kepulauan Riau.

Untuk dapat mencapai pulau ini, Anda dapat menggunakan jasa boat pancung dari pelabuhan rakyat Sagulung, dengan harga Rp 30.000 per orang dan lama perjalanan sekitar satu jam.

Susah akses komunikasi

Pulau Jaloh menjadi salah satu pulau terluar di Batam, yang berdekatan dengan batas wilayah antara Indonesia dan Singapura, mayoritas warga di Pulau ini berprofesi sebagai nelayan.

"Untuk akses keluar dan masuk ke pulau ini, saat ini sudah tidak sesulit seperti dulu. Adapun yang masih sulit di pulau ini hanya akses komunikasi saja," kata Irman (35) salah satu warga Pulau Jaloh menceritakan melalui telepon, Senin (23/8/2021).

"Tinggal di pulau ini, tidak guna handphone mahal, yang penting kemampuan menangkap jaringan telekomunikasi saja," katanya. 

Untuk menelepon harus naik ke dataran tinggi

Untuk mendapatkan sinyal, Irman mengaku tidaklah mudah dan hanya di lokasi-lokasi tertentu saja.

"Kalau di pelantar pelabuhan, jangan coba-coba untuk menelepon, sinyal tidak ada dan harus pergi ke dataran tinggi dulu baru bisa nelpon," ungkap Irman.

Kendati demikian, Ia mengatakan hanya ponsel jadul yang bagus dipergunakan untuk di lokasi pulau ini.

"Kalau ponsel baru seperti android, jangan coba-coba, sinyal sulit. Ponsel jadul malah mantap di sini untuk menangkap sinyal," terang Irman.

Anak-anak susah belajar online

Adanya kebijakan dari pemerintah pusat mengenai sekolah daring atau online, hal ini kemudian membawa kesulitan tersendiri bagi warga, terutama yang saat ini memiliki anak.

Sulitnya akses jaringan telekomunikasi ini, membuat para anak yang tengah sekolah daring, setiap harinya harus mencari dataran tinggi, hanya untuk sekedar mengikuti jadwal pembelajaran sekolahnya.

Walau demikian, proses belajar mengajar secara daring ini biasanya hanya diikuti oleh anak sekolah yang telah duduk di bangku Sekolah Menengah Atas (SMA).

Sementara bagi anak yang duduk di bangku SD  dan SMP, hingga saat ini masih tetap menjalankan pembelajaran tatap muka.

"Karena di pulau ini gak ada SMA, hanya ada SD dan SMP saja. Untuk anak kami yang di SD dan SMP, masih belajar tatap muka di rumah gurunya masing-masing," terang Irman.

Sudah sering mengeluh ke pemkot, tak kunjung ada realisasi

Keluhan sulitnya akses telekomunikasi di pulau tersebut, diakuinya sudah sering disampaikan kepada Pemerintah Kota (Pemkot) Batam, baik melalui kunjungan Wali Kota Batam, Muhammad Rudi.

Ataupun melalui Musyawarah Rencana Pembangunan (Musrembang), yang biasanya dilakukan Pemkot Batam.

"Tapi realisasinya tidak pernah ada. Kami juga sudah capek menyampaikan hal yang sama terus menerus," kata Irman kecewa.


Akses komunikasi dan internet jadi prioritas khusus

Warga lain yang ditemui, mengaku saat ini warga Pulau Jaloh sudah tidak memprioritaskan pembangunan fisik, yang selalu digadang-gadang oleh Pemkot Batam.

Kesulitan akses komunikasi para warga, harusnya menjadi prioritas khusus, terutama di masa pandemi ini kebijakan sekolah daring juga masih tetap dijalankan.

"Kasian anak saya, setiap pagi harus ke bendungan hanya untuk sekolah. Karena dia sudah SMA, jadi memang harus online. Karena SMA di kecamatan Bulang ini hanya ada di Pulau Pecung," kata Siti.

Siti mengatakan pihaknya sudah sejak lama meminta dan mengusulkan kepada pemerintah kota Batam agar memberi solusi agar didirikan sebuah tower seluler agar jaringan internet bisa diakses pihaknya serta dapat mendukung anak-anaknya untuk belajar.

"Anak saya kalau mau sekolah kan harus menyeberang, karena di sini tidak ada SMA," papar Siti.

"Mudah-mudahan keluhan sinyal yang kami alami ini bisa cepat terealisai, masak dari sekian banyak provider, tidak ada yang mau mengembangkan jaringannya ke pulau ini, karena pulau kami ini sangat dekat sekali dengan Singapura," tambah Siti mengakhiri.


Diskominfo Batam: kami sudah ajukan akses jaringan, tapi...

Kepala Dinas Kominfo Kota Batam, Azril membenarkan bahwa permasalahan ini juga menjadi keluhan, yang selalu diterima oleh masyarakat pulau terluar yang ada di wilayah Batam.

Pengajuan bagi pembangunan tower komunikasi, juga diakui nya sudah dilakukan baik melalui Pemerintah Provinsi, maupun ke Pemerintah Pusat.

"Kami juga sudah follow up ke BAKTI (Badan Aksesibilitas Telekomunikasi dan Informasi Kominfo), karena pembangunan akses jaringan juga dapat dilakukan dengan kerjasama antara Pemerintah, BAKTI, dan Provider. Tapi hingga saat ini tampaknya belum ada pihak provider yang tertarik," kata Azril melalui telepon, Selasa (24/8/2021).

Kendati demikian, dengan berbagai pengajuan yang dilakukan oleh Pemko Batam, Azril mengakui bahwa pada tahun 2020 lalu, sebanyak tiga pulau terluar di Batam sudah mulai mendapatkan kemudahan akses komunikasi.

"Yang baru terealisasi dari pengajuan kami, tiga pulau di tahun lalu. Pulau Sembulang, Temoyong dan Pecung. Memang bukan tower, baru berupa radio, tapi hal ini sudah sedikit membantu masyarakat di sana untuk akses komunikasinya," terang Azril.

Menurutnya, belum terealisasinya pembangunan tower komunikasi, salah satu penyebabnya adalah feedback dari sisi ekonomi bagi penyedia provider.

Pembangunan sebuah menara telekomunikasi oleh provider, diakuinya akan sangat memakan biaya yang cukup mahal.

https://regional.kompas.com/read/2021/08/24/162833878/curhat-warga-pulau-jaloh-batam-di-sini-tak-guna-hp-mahal-sinyal-susah-anak

Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Close Ads
Bagikan artikel ini melalui
Oke