Salin Artikel

Kisah Afni, Gadis Desa yang Rela Tak Kuliah demi Merawat Ayah dan Paman yang ODGJ, Sempat Jadi ART

Ayan Afni, Siprianus Judin (45), dan bapak kecilnya atau sang paman, Donatus Dasor (41), mengalami gangguan kejiwaan.

Afni bersama adik-adiknya bekerja di kebun untuk menafkahi orangtuanya dan bapak kecilnya itu.

"Saya mengerjakan segala sesuatu, kerja kebun dan merawat orangtua yang derita sakit," kata Afni saat dihubungi Kompas.com, Jumat (20/8/2021).

Siprianus sekitar dua minggu lalu baru saja dipasung, sedangkan Donatus dipasung sejak dua puluh tahun lalu. Keduanya dipasung di rumah yang berbeda.

Dengan tempat tidur seadanya, mereka hanya duduk diam di bawah rumah yang terbuat dari pelupuh bambu, beralaskan tanah dan seng.

Sipri dikaruniai empat orang anak bersama istri Birgita Gimbul (43), sedangkan Donatus sendiri belum berkeluarga.

Brigita pun menderita gangguan kejiwaan sama seperti yang dialami sang suami. Hanya bedanya, ia tak dipasung seperti suami dan iparnya itu.

Afni menuturkan, ibunya lebih pendiam, dan suka menyendiri. Kadang sering mengalami depresi.


Rawat orangtua

Afni, yang merupakan anak sulung dari Siprianus dan Birgita, begitu bertanggung jawab untuk mengurus orangtuanya.

Afni menceritakan, dirinya selama ini bekerja di Makassar sebagai asisten rumah tangga (ART) untuk membantu sang ayah membiayai kebutuhan keluarga dan demi impian membangun rumah yang lebih baik.

Sayangnya, ia hanya bertahan 9 bulan, kondisi dari sang ayah yang mulai kambuh membuat gadis berusia 20 tahun ini memutuskan untuk kembali ke kampung merawat keluarganya.

"Akhirnya saya harus pulang untuk merawat mereka," sebut dia.

Menjadi tulang punggung keluarga di usia 20 tahun, selain menghabiskan waktu sehari-harinya di kebun, ia juga bekerja ekstra merawat orangtuanya.

"Karena bapak ini dipasung jadi untuk mandi, makan kami anak-anaknya yang bantu, bahkan kalau bapak buang air besar itu pakau ember, lalu kami yang buang dan bersih," ujar dia.

Afni menjelaskan, sebenarnya pernah ada yang ditawarkan bapak untuk dirawat ke panti Renceng Mose, tetapi karena kendala biaya, sehingga keluarga keberatan.

Mulai daftar kuliah

Afni kini mendaftar untuk kuliah di Sekolah Tinggi Ilmu Kesehatan di Universitas Katolik Indonesia Santo Paulus, Ruteng, Kabupaten Manggarai.

"Saya mendaftar kuliah di STIKES UKI Santo Paulus Ruteng. Saya sedang buka rekening untuk keperluan administrasi dan barangkali ada yang berbuat baik dengan saya," ucap Afni.

Beberapa hari belakangan ini kisah perjuangan Afni merawat orangtuanya dipasung karena derita gangguan jiwa menjadi viral.


Sejumlah orang baik menemui Afni dan keluarga membawa bantuan sosial.

Berita viral itu menggugah hati nurani Bupati Manggarai Heribertus Nabit dan Wakil Bupati Manggarai, Heri Ngabut.

Kamis (19/8/2021), Bupati dan Wakil Bupati Manggarai langsung ke kampung Wuwur bersama pihak Panti Rehabilitasi Renceng Mose Ruteng.

Afni menangis terharu saat pemerintah melepaskan pasungan dan menyaksikan ayahnya tersenyum bahagia saat bertatap muka dengan Bupati dan Wakil Bupati Manggarai.

Kehadiran orang nomor satu dan dua di Kabupaten Manggarai itu membuat keluarga mendapatkan harapan baru.

Dalam perbincangan singkat mereka, bupati dan wakil bupati memberikan penguatan sekaligus membujuk Siprianus dan Donatus untuk dirawat di Pusat Rehabilitas dan Klinik Gangguan Jiwa Renceng Mose.

Keluarga terlihat antusias dan merespons baik ajakan itu.

Sehingga, bupati dan wakil bupati memutuskan untuk segera membawa mereka bersama Brigita Gumbul untuk dirawat di tempat yang berlokasi di Leda, Ruteng, itu.

Wakil Bupati Heribertus Ngabut menyampaikan terima kasih kepada awak media yang telah mengangkat tentang keadaan keluarga ODGJ tersebut.

Biaya perawatan ketiga orang itu selama perawatan di Renceng Mose akan ditanggung oleh Pemerintah Kabupaten Manggarai.

"Seluruhnya akan ditanggung oleh pemerintah," ujar dia saat dihubungi Kompas.com, Jumat.

Menurutnya, kebetulan di perubahan anggaran yang akan datang akan menganggarkan sejumlah biaya untuk penanganan ODGJ di kabupaten itu.

"Mulai tahun ini kami anggarkan itu. Nanti kerja samanya langsung dengan Panti Renceng Mose Ruteng," ujar dia.

Sementara itu, Afni menyampaikan terima kasih atas campur tangan pemerintah yang telah melihat langsung kondisi dari keluarganya.

Kehadiran pemerintah di tempat tinggal mereka adalah energi baru bagi keluarga untuk tetap kuat dan punya harapan baru untuk kesembuhan.

"Sekali lagi terima kasih kepada Pemerintah Kabupaten Manggarai dan semua orang yang telah membantu dengan cara masing-masing," ujar dia. 

Perbaiki layanan puskesmas

Ketua Kelompok Kasih Insanis (KKI) Peduli ODGJ Provinsi Nusa Tenggara Timur, Pater Aventinus Saur, SVD, Jumat (20/8/2021), memberikan apresiasi kepada Pemerintah Kabupaten Manggarai.

"Semua rakyat, khususnya yang menderita gangguan jiwa bersama keluarganya yang dengan sekuat tenaga menderita bersama, sangat membutuhkan bupati seperti Pak Hery," ujar dia.

Namun, tentu tugas Bupati Hery belumlah selesai. Di beberapa kecamatan di wilayah Kabupaten Manggarai disebut masih cukup banyak yang terpasung.


Adalah mustahil semua yang terpasung dilepaskan dan diboyong ke Panti Renceng Mose.

Sebab, kata dia, kapasitas tak cukup. Juga, dana mungkin belum cukup mengakomodasi semua kebutuhan korban pasung sebanyak itu.

Dia menyarankan pemerintah memperbaiki layanan kesehatan jiwa di setiap puskesmas yang notabene berada di bawah komando Dinkes.

Sebab, layanan kesehatan jiwa sudah masuk dalam lingkup standar pelayanan minimal pada puskesmas.

Selain untuk menjangkau semua warga yang menderita gangguan jiwa baik yang terpasung maupun yang berdiam saja di rumah, atau yang sedang menggelandang, pelayanan kesehatan jiwa di puskesmas juga bermanfaat untuk melanjutkan terapi obat yang sudah dimulai oleh pihak panti.

Dinas sosial juga harus digerakkan. Sebab, proses pemulihan kesehatan pasien bukan hanya melalui aspek medis, melainkan juga sosioterapi dan pemberdayaan yang maksimal dan serius.

Bupati, selain memaksimalkan puskesmas dan Dinsos, juga harus membangunkan para kepala desa.

Dalam dana desa, kata dia, ada 10 persen untuk urusan kesehatan.

Tetapi, sudah sekian lama, kesehatan yang dimaksud tidak menyentuh keadaan pilu penderita gangguan jiwa bersama keluarga mereka.

Kalau semua elemen ini bergerak, pasung bisa dikendalikan.

Kekerasan oleh dan terhadap penderita gangguan jiwa sebagaimana terjadi beberapa tahun lalu, tidak bakal terulang lagi.

Stigma dan diskriminasi sosial terhadap ODGJ pun bakal berkurang sedikit demi sedikit. Keadilan sosial bakal terus dibenahi.

"Apresiasi yang setinggi-tingginya buat Bupati Hery. Sampai jumpa nanti," ujar dia.

https://regional.kompas.com/read/2021/08/20/143654678/kisah-afni-gadis-desa-yang-rela-tak-kuliah-demi-merawat-ayah-dan-paman-yang

Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Close Ads
Bagikan artikel ini melalui
Oke