Salin Artikel

Kisah Audatus, Guru di Flores yang Tempuh 15 Kilometer Menuju Bukit demi Sinyal Internet

MAUMERE, KOMPAS.com - Cerita tentang perjuangan guru di Flores, NTT, mencari jaringan internet tak pernah habis.

Seperti yang dialami Audatus Helmus Buko (34), seorang guru SMP Negeri Pruda, Kecamatan Waiblama, Kabupaten Sikka, NTT.

Ia harus menempuh perjalanan sejauh 15 kilometer dari Pruda tempat ia mengabdi menuju Bukit Lemak, Desa Tuabao.

Tujuannya untuk mendapatkan jaringan internet agar dapat mengikuti kegiatan seleksi calon guru penggerak secara online.

Bukit Lemak itu terletak di bagian paling utara Kecamatan Waiblama berbatasan dengan Talibura.

Audatus sebagaimana ia disapa, menuturkan, dirinya harus datang ke Bukit Lebak itu untuk mencari jaringan internet yang kuat, sebab dirinya tengah mengikuti seleksi guru penggerak.

Kini, seleksi itu masuk tahap kedua yakni sesi wawancara yang menggunakan Zoom. Proses wawancara itu tentu harus didukung dengan jaringan internet yang kuat.

"Saya harus datang ke Bukit Lemak dari Pruda untuk mendapatkan koneksi internet yang kuat. Dengan begitu saya bisa ikut wawancara dengan lancar. Dari Pruda ke bukit Lebak itu sekitar belasan kilometer," tutur Audatus, saat dihubungi Kompas.com melalui sambungan telepon, Rabu malam.

Adatus menyebut, di tempat ia mengajar memang ada pemancar jaringan mini, tetapi, jangkauannya hanya sekitar 3 kilometer.

Kekuatan jaringannya juga sangat lemah, sehingga tidak bisa untuk melakukan ujian online apalagi menggunakan aplikasi Zoom.

"Di Zoom itu kan kita diwawancara, video. Jadi, saya harus mencari koneksi internet yang kuat. Walaupun jarak dari Pruda ke bukit Lebak jauh, yah, mau bagaimana. Saya harus berjuang. Apapun kondisinya, saya harus ikuti proses seleksi guru penggerak ini,” ungkap dia.


Baginya, perjuangan mencari jaringan internet menjadi tantangan tersendiri dalam mengejar impiannya menjadi guru penggerak.

"Jujur, perjuangan ini memacu saya untuk berjuang keras mewujudkan cita-cita jadi guru penggerak dari tempat saya mengabdi," ungkap dia.

Mengikuti seleksi guru penggerak, lanjut dia, karena ingin melakukan transformasi pendidikan ke arah yang lebih maju dan berkembang.

Sehingga, bisa menghasilkan generasi emas yang berkualitas, khususnya anak-anak di pedalaman seperti di Kecamatan Waiblama itu.

Minta pemerintah bangun tower

Guru honorer yang sudah 10 tahu mengabdi itu pun berharap, kepada pemerintah pusat melalui Kementerian Kominfo RI agar bisa membangun tower Telkomsel yang besar untuk bisa memerdekan wilayah di pedalaman Sikka dari kondisi susah jaringan internet.

“Kita ini kan baru memperingati HUT ke-76 RI, kalau bisa pemerintah bangun pemancar Telkomsel yang lebih besar seperti di daerah perkotaan. Jangan lagi bangun tower kecil yang kekuatan jaringannya lemah dan jangkauannya terbatas," ujar dia.

"Tidak ada guna tower di mana-mana kalau jaringannya parah. Lebih baik bangun satu sampai dua, tetapi jaringan kuat dan jangkauannya luas," sambung dia.

https://regional.kompas.com/read/2021/08/19/075156078/kisah-audatus-guru-di-flores-yang-tempuh-15-kilometer-menuju-bukit-demi

Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Close Ads
Bagikan artikel ini melalui
Oke