Salin Artikel

Sejarah Tari Yospan, Simbol Persatuan dan Penyemangat Hidup Masyarakat Biak Papua

Tari Yosim Pancar (Yospan) dan tari Wor berasal dari Kabupaten Yapen, Papua.

Tarian ini bisa disebut juga sebagai tari pergaulan karena dapat dibawakan oleh siapa saja, laki-laki atau perempuan, tua atau muda.

Bila kita berkunjung ke Papua, kita akan mendapati bahwa Tari Yospan sering dibawakan muda-mudi sebagai bentuk persahabatan.

Dikutip dari Indonesia.go.id, tarian ini adalah penggabungan dua tarian dari rakyat Papua, yakni tari yosim dan tari pancar.

Yosim adalah tarian yang gerakannya mirip dengan poloneis, yaitu tari asal Eropa, namun lebih mengutamakan kebebasan dalam mengekspresikan gerakan dan mengandalkan kelincahan gerak tari.

Tari ini berasal dari Sarmi, kabupaten di pesisir utara Papua, dekat Sungai Mamberamo, yang kemudian menyebar ke daerah Waropen, Serui, dan kemudian masuk ke Biak.

Tarian ini tercipta dari akulturasi antara budaya asli Biak dengan budaya luar Biak.

Budaya luar adalah hasil dari pertemuan antara nilai-nilai tradisional yang berlaku di pulau Biak dengan ajaran Kristen Protestan yang masuk pada kisaran tahun 1908.

Kedua tarian ini kemudian dipadukan menjadi tari Yosim Pancar yang disingkat Yospan.

Gerakan-gerakan dalam tari pancar terinspirasi oleh pesawat-pesawat bermesin jet yang mulai mendarat di Biak sekitar tahun 1960-an saat terjadi konflik antara Kerajaan Belanda dengan Pemerintah Indonesia.

Kala itu banyak pesawat tempur yang diawaki oleh pilot-pilot dari Angkatan Udara Indonesia terbang di langit Biak sambil melakukan gerakan-gerakan aerobatik.

Gerakan akrobatik yang penuh semangat, dinamis dan menarik menjadi gerakan dasar tarian ini.

Gerakan awal dilakukan dengan cara berjalan sambil menari berkeliling lingkaran di iringi oleh musisi yang menyanyikan lagu asal daerah Papua.

Gerakan yang terkenal dalam tarian ini adalah pancar gas yang merupakan representasi dari pesawat-pesawat yang melintas tersebut dan meninggalkan awan putih di langit.

Itu sebabnya pada awalnya tarian ini disebut pancar gas, kemudian disingkat menjadi pancar.

Pada perkembangannya, tarian ini kemudian mengalami banyak perubahan sehingga menjadi tari pergaulan yang luas.

Sebagai tarian pergaulan, maka tidak ada batasan jumlah penari dalam tarian ini. Siapa saja boleh ikut masuk dalam lingkaran dan bisa langsung bergerak mengikuti penari yang lain.

Posisi para penari biasanya berbentuk lingkaran dan berjalan berkeliling sambil menari dengan penuh semangat, dinamis dan menarik.

Sesekali mereka ikut bernyanyi dan berseru memberi semangat agar tarian tidak berhenti.

Gerakan-gerakan yang tidak terlalu sulit dapat membuat siapapun yang tengah menonton dapat langsung ikut menari dan bergabung.

Keunikan lainnya adalah hadirnya alat-alat musik khas Papua yang dimainkan oleh tim pemusik wor dan tarian Yospan ini.

Selain tifa, gitar dan ukulele, ada juga alat musik lain seperti bas akustik dengan tiga tali yang dibuat dari lintingan serat jenis daun pandan, yang banyak ditemui di hutan daerah pesisir Papua.

Selain itu ada juga yang disebut Kalabasa, alat musik yang terbuat dari labu yang dikeringkan kemudian diisi dengan manik atau batu-batu kecil.

Cara memainkan alat musik ini adalah dengan diguncangkan, dan memberi efek suara hujan.

Irama dan lagu Tari Yospan secara khusus sangat membangkitkan kekuatan untuk menari.

Ini didukung dengan Wor, yaitu lagu-lagu rakyat yang berbahasa daerah dan bahasa Indonesia Papua.

Orang Biak menyebutkan Wor Mamun, syair lagu yang berisikan dukungan dan pesan moral pemberi semangat.

Saat itu hampir di setiap kegiatan Kodam XVII/Trikora diisi dengan Tari Yospan.

Gerakan yang dinamis dan penuh semangat ini cepat popular bahkan pernah menjadi bagian dari senam kesehatan jasmani di sejumlah instansi pemerintahan.

Kepopuleran tarian ini bahkan menjangkau hingga ke sejumlah festival internasional.

Kini Tari Yospan dan Wor tak lagi hanya milik masyarakat Biak Papua. Tarian ini telah menjadi milik masyarakat seluruh Indonesia.

Tarian ini seolah memberi semangat bagi semua orang yang ingin menyatukan langkah bersama, tanpa memandang perbedaan untuk membangun Indonesia.

https://regional.kompas.com/read/2021/08/18/125200878/sejarah-tari-yospan-simbol-persatuan-dan-penyemangat-hidup-masyarakat-biak

Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Close Ads
Bagikan artikel ini melalui
Oke