Salin Artikel

Kisah Soepeno, Menteri yang Memutuskan Terjun Perang Gerilya, Gugur Saat Diinterogasi Tentara Belanda

NGANJUK, KOMPAS.com – Sejumlah foto tokoh pahlawan kemerdekaan yang pernah berkiprah di Nganjuk dipajang saat upacara bendera di tengah hutan Desa Ngadiboyo, Kecamatan Rejoso, Nganjuk, Selasa (17/8/2021).

Upacara bendera itu diadakan oleh Komunitas Pecinta Sejarah Nganjuk (Kota Sejuk). Di antara foto yang dipajang yakni Soepeno.

Soepeno merupakan Menteri Pembangunan dan Pemuda pada Kabinet Hatta I. Ia gugur saat bergerilya melawan Belanda di hutan Gunung Wilis.

Ia ditembak serdadu Belanda di Dusun Ganter, Desa Ngliman, Kecamatan Sawahan, Nganjuk, pada 24 Februari 1949 lalu. Oleh warga, jenazah Soepeno sempat dikebumikan di Dusun Ganter.

Hingga akhirnya jasad sang menteri dipindahkan ke Taman Makam Pahlawan di Semaki, Kota Yogyakarta.

Pemakaman tersebut kini bernama Taman Makam Pahlawan Nasional Kusuma Negara.

“Di Dusun Ganter sampai sekarang masih ada bekas-bekasnya (petilasan Soepeno),” kata pegiat sejarah Nganjuk, Aries Trio Effendi, saat dihubungi Kompas.com, Rabu (18/8/2021).

Aries melanjutkan, Menteri Soepeno bergerilya melawan tentara Belanda karena Ibu Kota RI di Yogyakarta sudah jatuh ke tangan musuh saat Agresi Militer Belanda II pada 19 Desesember 1948.

Nah, Soepeno bersama-sama menteri-menteri yang tak tertangkap Belanda memutuskan untuk terjun perang gerilya bersama Jenderal Soedirman.

Sampailah Menteri Soepeno dan rombongan di Gunung Wilis wilayah Nganjuk.

Pagi itu, Soepeno bersama seorang koleganya tengah mandi di salah satu mata air di Dusun Ganter.

Tak dinyana-nyana, muncul serdadu Belanda yang langsung menodongkan senjata. Jelas saja keduanya terkaget-kaget.

Oleh tentara Belanda, Soepeno diintrogasi. Namun, sang menteri tak mengaku, bungkam.

Soepeno berdalih didirinya hanyalah warga setempat.

Tapi tentara Belanda tak begitu saja percara. Soepeno lantas digiring di sebuah tempat yang agak lapang.

Di tempat itu Soepeno dikumpulkan bersama tawanan lainnya yang juga satu rombongan dengan dirinya.

Sementara rombongan Soepeno yang lain besembunyi tak jauh dari lokasi.

“Belanda mengumpulkan yang ketangkap, diintrogasi, tidak ada yang mengaku,” ujar Aries.

Tentara Belanda yang geram lalu menghabisi Soepeno dan tawanan lainnya. Soepeno gugur dengan kondisi tertembak di bagian kepala.

“Setelah itu (jenazah Soepeno) ditinggal. Setelah Belanda pergi sama warga sekitar dirawat dan dikubur,” tutur Aries.

Menurut Aries, saat ini Dusun Ganter sudah tak lagi berpenghuni. Namun petilasan tempat Soepeno dikubur masih bisa dijumpai.

“Sekarang sudah tidak ada, dusunnya sudah hilang,” sebut dia.

Soepeno lahir di Pekalongan, Jawa Tengah, pada 12 Juni 1916.

Ia adalah anak dari Soemarno, seorang pegawai rendah di perusahaan kereta api milik pemerintah kolonial Hindia Belanda di Tegal.

Setelah lulus dari Algemeene Middelbare School (AMS) Semarang, Soepeno melanjutkan pendidikan Technische Hogeschool Bandung.

Namun baru dua tahun di Bandung, ia memilih pindah Recht Hogeschool atau Sekolah Tinggi Hukum di Batavia, sekarang Jakarta.

Di Batavia itu lah Soepeno turut aktif ambil bagian dalam pergerakan nasional.

https://regional.kompas.com/read/2021/08/18/102052678/kisah-soepeno-menteri-yang-memutuskan-terjun-perang-gerilya-gugur-saat

Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Close Ads
Bagikan artikel ini melalui
Oke