Salin Artikel

Kisah Hendrikus, ASN di Sikka yang Isi Waktu Luang dengan Bertani Hortikultura, Raup Omzet Jutaan Rupiah

Hendrik menuturkan, ia menanam hortikultura untuk mengisi waktu luang, setelah pulang kerja dari kantor. Ia melakukan aktivitas menanam hortikultura itu sejak tahun 2019.

"Memang sudah lama rencana itu, tetapi belum memiliki lahan walaupun lahan kontrak atau gadai. Pada 2019, saya mendapatkan lahan, akhirnya fokus ke hortikultura," tutur Hendrikus kepada Kompas.com melalui sambungan telepon, Minggu malam.

"Saya tanam dan rawat sayur-sayuran itu setelah pulang dari kantor. Saya kerja sayur, tetapi tidak meninggalkan tugas pokok sebagai seorang ASN," sambungnya.

Untuk menanam sayur-sayuran itu, Hendrik, menyewa lahan seluas kurang lebih 1 hektare di Kampung Wairii, Desa Kolisia, Kecamatan Magepanda.

Di lahan itu, dia menanam aneka macam sayur, seperti brokoli, sayur lobak, cabai kecil, pakcoy, caisim, selada air keriting, dan selada merah.

Survei pasar

Ia mengaku, sayuran yang ia tanam bukanlah jenis yang mudah dijumpai di pasar. Ia lebih memilih sayuran yang jarang ditanami para pengusaha sayur lainnya.

Selain itu, harga sayur yang ia tanam itu juga cukup stabil.

"Kalau kita berbelanja di pasar, kita akan menemukan banyak sayur sawi, kangkung maupun kol. Untuk jenis sayur yang saya tanam ini, jarang ditemukan di pasar," ungkap ASN yang bekerja di Kantor Dinas Capilduk Sikka itu.

Hendrik menuturkan, sejak tahun 2019 hingga sekarang, ia mempunyai pelanggan tetap. Karena itu, sayur-sayurannya jika sudah panen, jarang masuk ke pasar.

"Kami jual secara online. Kami pakai sistem antar langsung kepada para pelanggan tetap. Mereka pesan kami antar," tuturnya.

Selain sayur, di lahannya itu, ia juga menanam cabai kecil.

Kini, dengan adanya pembatasan kegiatan masyarakat akibat Covid-19 atau dikenal dengan PPKM, kapal logistik dari Makassar dan Pulau Jawa jarang masuk ke Maumere. Harga jual cabai kecil menjadi tinggi, sekilo mencapai Rp 95.000.

Cabai rawit di pasaran 1 kilo sudah bisa mendekati Rp.100.00. Jika diusahakan oleh petani dalam jumlah banyak, berarti petani punya pendapatan besar.

Dengan harga yang cukup tinggi itu, ia menanam cabai sebanyak 1.700 pohon. Saat ini sudah panen ketiga kalinya dengan harga bervariasi. Satu minggu terakhir ini, harga jual mencapai Rp 95.000.

"Harganya tinggi dan stabil. Makanya saya fokus menanam cabai kecil dan sayur-sayur tertentu saja," katanya.

Hendrik mengaku, setiap mendekati musim panen, sudah pasti ada pengepul cabai yang datang ke kebun.

Jika harga beli pengepul bagus, cabai rawit ini akan dijual. Jika tidak, ia lebih memilih menjualnya ke pasar.

Selama ini, ia mengaku, tidak sulit mendapatkan pembeli bahkan ada yang langsung mendatangi kebunnya saat panen tiba.

Mempekerjakan orang

Hendrik menceritakan, kini ia memberdayakan 6 orang yang merupakan petani di di Desa Kolisia untuk membantunya merawat sayur-sayuran dan cabai di lahannya itu.

Keuntungan dari hasil penjualan tanaman yang dipanen dibagi bersama dengan para petani yang membantunya.

Hendrik menuturkan, pengeluaran untuk mengolah dan merawat sayur dan cabai itu tidak begitu besar. Apalagi harga bibit mudah didapatkan di toko dengan harga yang ramah kantong.

Pengeluaran yang cukup besar yakni untuk tenaga yang membantu mengolah lahan serta sewa traktor.

Untuk menghemat biaya dan menghasilkan sayur dan cabai sehat, ia menggunakan pupuk organik berupa kotoran sapi dan beberapa pupuk organik.

Untuk pengairan tanaman, di lahan sewaan tersebut, terdapat sumur bor, sehingga kebutuhan air bagi tanaman mencukupi.

Impian punya kebun agrowisata

Hendrik mengungkapkan, ia sengaja memilih usaha pertanian hortikultura karena usaha itu sangat menjanjikan dari segi pendapatan.

Selain itu, melalui usaha bertani hortikultura, dirinya ingin memotivasi kaum muda untuk berani menekuni diri menjadi petani. Sekarang, pertanian itu sektor yang menjanjikan.

"Bagi kaum muda, tidak perlu malu untuk menjadi petani. Kuncinya ada niat dan berani memulai berusaha. Kalau kita tekun, pasti kita mendapatkan hasil yang maksimal," ujarnya.

Ia juga mempunyai impian untuk menjadikan kebun hortikulturanya itu jadi kebun agrowisata.

"Saya rencana untuk menyewa lahan yang lebih luas lagi untuk bertani hortikultura sekaligus kebun agrowisata. Ada sayur, buah, dan bunga-bunga ditata dengan indah. Biar mengundang orang datang. Saat berwisata ke kebun saya, pengunjung bisa membeli sayur, buah dan lombok," ungkap Hendrik.

Ia menyebutkan, setahun sayur-sayuran dan cabai bisa dipanen tujuh sampai delapan kali.

"Sekali panen, hasilnya Rp 4 juta sampai Rp. 5 juta. Tergantung harga di pasaran. Tinggal hitung. Hasilnya, satu tahun bisa puluhan juta rupiah," pungkasnya.

https://regional.kompas.com/read/2021/08/16/105943478/kisah-hendrikus-asn-di-sikka-yang-isi-waktu-luang-dengan-bertani

Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Close Ads
Bagikan artikel ini melalui
Oke