Salin Artikel

Kristina Pilih Pulang Kampung Usai Gagal Jadi Paskibraka di Istana Negara, padahal Dapat Peringkat Pertama

KOMPAS.com - Kristina mengaku kecewa dan trauma gara-gara gagal lolos sebagai Pasukan Pengibar Bendera Pusaka (Paskibraka) nasional di Istana Negara.

Padahal, saat seleksi tingkat provinsi, siswi kelas 11 SMAN 1 Mamasa, Sulawesi Barat, ini mendapat peringkat pertama.

Dia akhirnya meninggalkan kamar kosnya di Mamasa kota, lalu memilih pulang kampung untuk menenangkan diri.

Meski ada tawaran untuk menjadi bagian Paskibraka Provinsi Sulawesi Barat pada peringatan HUT ke-76 Kemerdekaan RI, Kristina menolaknya.

Dia lebih ingin berkumpul bersama keluarga di rumahnya di Desa Salutabang, Kecamatan Bambang, yang berjarak empat jam perjalanan dari pusat Kota Mamasa.

Di kampung, Kristina tampak menghibur diri dengan banyak melakukan aktivitas, termasuk membantu ibundanya memasak di dapur.

“Saat ini saya hanya bisa berdoa semoga Tuhan tetap memberi saya yang terbaik. Dan suatu saat saya bisa meraih impian dan cita-cita saya untuk membanggakan kedua orangtua,” ujarnya, Jumat (13/8/2021).

Kristina belum tahu kapan kembali ke kota lagi, apalagi saat ini ia bersekolah secara daring.

Padahal, ia telah melalui proses panjang seleksi Paskibraka. Dalam seleksi, dia tampil sebagai peringkat pertama untuk mewakili Sulawesi Barat (Sulbar).

Kristina menduga terdapat kejanggalan terhadap hasil swab pertama yang menjadi dasar keputusan Dinas Pendidikan dan Olahraga (Dispora) Sulawesi Barat menganulir namanya.

Dua hari setelah swab pertama yang dilakukan di Puskesmas Binanga, dia lantas menjalani tes swab mandiri di Puskesmas Mamasa. Hasil menunjukkan dia negatif.

Walau terbukti tidak terjangkit Covid-19, tetapi Dispora Sulbar tetap mencabut hak Kristina menjadi Paskibraka mewakili Sulbar ke Istana Negara.

Bungsu dari tiga bersaudara ini semakin merasa janggal karena yang menggantikannya bukanlah peserta asal Kabupaten Pasangkayu yang berada peringkat kedua.

Dia digantikan oleh seseorang dari luar yang namanya tidak ada dalam daftar peringkat yang telah diseleksi Dispora sebelumnya.

Kepala Dinas Pemuda dan Olahraga Sulawesi Barat Muhammad Hamzih menuturkan, hasil tes swab PCR pada Kristina tidak dibuat-buat.

Ia mengatakan, tes PCR itu merupakan instruksi langsung dari Kementerian Pemuda dan Olahraga (Kemenpora) untuk mengantisipasi penyebaran Covid-19.

"Semua di-swab setelah dilepas Pak Gub. Esoknya keluar positif dari BPOM. Kita laporkan ke Jakarta bahwa mereka positif dan (mereka) bilang tidak boleh harus dikarantina," jelasnya, 28 Juli 2021.

Hamzih mengaku sudah meminta pada Kemenpora untuk memberikan keringanan pada Kristina agar tetap bisa menjadi anggota Paskibraka nasional setelah hasil swab PCR-nya negatif.

Namun, kata Hamzih, Kemenpora tak memberikan toleransi karena seluruh anggota Paskibraka nasional diwajibkan berkumpul di Jakarta pada 24 Juli malam.

Tanggapan Ombudsman

Polemik ini telah dilaporkan keluarga Kristina ke Ombudsman RI Perwakilan Sulawesi Barat. Ombudsman pun telah melakukan klarifikasi kepada Kepala Dispora Sulbar.

Kepala Ombudsman RI Perwakilan Sulawesi Barat Lukman Umar menduga terdapat dua malaadministrasi dalam kejadian ini.

Dugaan malaadministrasi tersebut yakni soal penunjukan anggota Paskibraka yang bukan dari cadangan, serta dugaan kejanggalan status positif Covid-19 yang dikeluarkan tim Satgas Covid-19 Sulbar terhadap Kristina.

Untuk itu, Lukman telah menurunkan timnya untuk menyelidiki kasus ini.

Sumber: Kompas.com (Penulis: Kontributor Polewali, Junaedi; Kontributor Makassar, Himawan | Editor: Khairina, Teuku Muhammad Valdy Arief)

https://regional.kompas.com/read/2021/08/16/063000878/kristina-pilih-pulang-kampung-usai-gagal-jadi-paskibraka-di-istana-negara

Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Close Ads
Bagikan artikel ini melalui
Oke