Salin Artikel

Gunung Lawu dan Legenda Prabu Brawijaya V

Ia berjualan di warung legendaris miliknya yang berada di ketinggian 3.150 mdpl atau hanya berselisih 115 mdpl dari puncak gunung.

Warung milik perempuan yang bernama lengkap Wakiyem itu dibangun sejak tahun 1980-an. Ia berjualan dibantu kerabatnya.

Mbok Yem biasanya akan turun gunung untuk merayakan lebaran bersama keluarganya di Desa Gonggang, Kecamatan Pooncol, Kabupaten Magetan, Jawa Timur.

Di usia yang telah lanjut, Mbok Yem akan turun dan naik gunung dengan menggunakan alat bantu tandu.

Posisi Lawu tepatnya meliputi Kabupaten Karanganyar di Jawa Tengah serta Kabupaten Ngawi dan Kabupaten Magetan di Jawa Timur.

Gunung Lawu merupakan salah satu gunung favorit pendaki yang memiliki banyak kisah misteri.

Dikutip dari grid.id, Gunung Lawu memiliki tiga puncak yakni Hargo Dalem, Hargo Dumiling, dan yang palinhg tiggi adalah Hargo Dumilah.

Tiga puncak ini sering kali dianggap menjadi sebagai salah satu tempat paling sakral di tanah Jawa.

Sejarah dan legenda yang terjadi di Gunung Lawu sering kali dikaitkan dengan legenda Prabu Brawijaya V yang merupakan raja terakhir dari Kerajaan Majapahit.

Di sekitar Gunung Lawu terdapat Candi Sukuh dan Candi Cetho yang menunjukkan ikatan erat dengan Kerajaan Majapahit.

Yakni masa menjelang keruntuhan Majapahit sekitar abad ke-15 Masehi.

Diceritakan jika Prabu Brawijaya V menyepi ke Gunung Lawu menjelang runtuhnya Kerajaan Majapahit.

Termasuk saat ia tahu anaknya Raden Patah memeluk agama Islam dan mendirikan kerajan baru di Demak.

Puncak Hargo Dalem di Gunung Lawu diyakini sebagai salah satu tempat yang digunakan untuk pamoksan sang Kanjeng Prabu Bhrawijaya Pamungkas.

Selain itu juga di Puncak Hargo Dumiling diyakini juga oleh para masyarakat sebagai salah satu tempat untuk pamoksan Ki Sabdopalon.
Jalur pendakian

Cemoro Sewu adalah jalur favorit yang dilalui pendaki Gunung Lawu yang berada di Kabupaten Magetan, Jawa Timur.

Akses ini berada tepat di samping jalan utama Karanganyar-Magetan. Ada lima pos pendakian yang dilewati saat melalui jalur Cemoro Sewu dengan jalur batu-batu yang sudah tertata.

Selain Cemoro Sewu, jalur lain lewat kawasan Jawa Timur adala melalui Singolangu yang dikenal sebagai jalur klasik menuju puncak Lawu.

Dikenal sebagai jalur ekstrim, pendaki diimbau tidak melalui jalur ini saat malam hari. Selain itu ada 3 pos yang harus dilewati dan semuanya masih dalam bentuk hutan perawan.

Jalur ini sempat ditutup selama 32 tahun dan kembali dibuka pada Mei 2019.

Dipercaya Singolangu adalah jalur Raja Brawijaya V saat melakukan pendakian ke puncak Gunung Lawu.

Di sepanjang jalur pendakian ini nantinya para pendaki akan menemukan beberapa situs yang diyakini sebagai petilasan Prabu Brawijaya V.

Sementara jalur Cemoro Kandang tak jauh dari Cemoro Sewu karena sama-sama berada di jalan Karanganyar-Magetan. Namun pendakian Cemoro Kandang masuk wilayah Karanganyar, Jawa Tengah.

Jalur ini terbilang landai dengan jalur berkelok.

Jalur terakhir adalah jalur Candi Cetho. Jalur ini terpisah karena berada di sisi barat laut Gunung Lawu tepatnya Kecamatan Jenawi, Kabupaten Karanganyar, Jawa Tengah.

Jika memilih jalur ini, maka akan melewati Candi Cetho dan Candi Kethek yang menjadi situs cagar budaya.

Pada malam satu Suro, biasanya ratusan pendaki dan peziarah akan mendaki Gunung Lawu.

Bahkan pada tahun 2019, tercatat ada 800 orang lebuh yang mendaki Gunung Lawu.

Para pendaki yang juga penziarah akan melakukan ritual di beberapa petilasan di Gunung Lawu.

Salah satu petilasan itu adalah tempat moksa Raja Terakhir Majapahit, Prabu Brawijaya yang ada di Hargo Dalem yang tepat di bawah puncak Hargo Dumilah.

https://regional.kompas.com/read/2021/08/14/060600378/gunung-lawu-dan-legenda-prabu-brawijaya-v

Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Close Ads
Bagikan artikel ini melalui
Oke