Salin Artikel

Kronologi Pasien Demam lalu Meninggal di Mobil, Ditolak 3 RS karena Penuh, Saturasi Oksigen 78 Persen

Ia mengembuskan napas terakhir dalam perjalanan mencari pertolongan medis setelah ditolak tiga rumah sakit.

Pihak keluarga mengeklaim hasil tes antigen S negatif Covid-19. Namun, saturasi oksigen S sudah rendah, yakni 78 persen.

Batuk dan demam selama 3 hari

Sebelum meninggal, S mengalami demam dan batuk selama tiga hari. Karena dia tak kunjung sembuh, keluarga berencana membawa S ke rumah sakit.

Pada Senin (2/8/2021) malam, S dibawa ke RS terdekat, yakni di RSUD Ngudi Waluyo di Kecamatan Wlingi yang berjarak 10 kilometer dari rumahnya.

Ternyata RSUD Ngudi Waluyo penuh. Mereka kemudian bergeser ke RS yang ada di Kota Blitar yang berjarak sekitar 20 km dari RSUD Ngudi Waluyo. Karena alasan penuh, mereka kembali mendapat penolakan.

Akhirnya keluarga memutuskan membawa S ke salah satu RS di Kabupaten Malang yang berjarak sekitar 60 km. Mereka tiba pada Selasa dini hari.

Lagi-lagi mereka mendapat penolakan karena RS penuh. Karena putus asa, keluarga pun membawa S ke arah Blitar dengan ketidakpastian apakah mencari rumah sakit lain atau pulang ke rumah.

Sayangnya, S meninggal dunia saat mobil sudah mengarah menuju rumah.

"Tapi, S meninggal ketika mobil yang membawanya sudah memasuki wilayah Blitar, sudah dekat rumahnya," kata Camat Kesamben Sutiyono saat dihubungi Kompas.com, Kamis (5/8/2021).

"Tapi ya bagaimana ya, kenyataannya situasi saat ini banyak orang sakit, dan di mana-mana rumah sakit penuh," ujar Setiyono,

Menurutnya, pasien atas nama S sempat mendaftar di IGD pada Senin malam sekitar pukul 23.00 WIB.

Mustiko mengatakan, malam itu ada 20 pasien sehingga S harus menunggu. Saat itu ruang IGD dan ruang perawatan isolasi sudah penuh.

Berdasarkan hasil pemeriksaan, S menunjukkan gejala terpapar Covid-19 dan saat tiba di IGD, saturasinya sudah sangat rendah yakni 78 persen.

Ia juga mengatakan meminta S menunggu karena ruang perawatan penuh bukan karena tidak tersedianya oksigen.

"Kami tidak menolak sebenarnya, hanya menyatakan waiting list saat itu sudah 20 calon pasien. Jadi harus menunggu," ujar Mustiko kepada Kompas.com, Kamis (5/8/2021).

Nomor ponsel tak bisa dihubungi

Mustiko mengatakan, pada Selasa dini hari sekitar pukul 03.00 WIB, pihak RS berusaha menghubungi nomor telepon yang ditinggalkan oleh keluarga S karena ada ruang yang bisa digunakan.

Namun, ponsel yang dihubungi tidak direspons.

"Kami telepon sebanyak tiga kali untuk memberitahukan bahwa calon pasien sudah bisa masuk, tapi tidak ada respons," kata Mustiko.

Sementara itu, jenazah S akhirnya diurus oleh keluarga. Dengan mobil jenazah dari kecamatan, jenazah S dimakamkan di pemakaman desa pada Selasa siang.

Mertua perempuan S berinisial U mengatakan kepada wartawan bahwa jenazah S sudah dites antigen dengan hasil negatif.

"Sudah dites dan hasilnya negatif," ujar U kepada wartawan di lokasi pemakaman, Selasa siang.

Sementara itu, Camat Kesamben Setiyono mengatakan, jenazah S dimakamkan dengan prosedur pemakaman pasien Covid-19.

Terkait masalah lambatnya pemulasaraan jenazah S yang terjadi, Setiyono mengatakan, hal itu hanya disebabkan oleh kesalahpahaman.

Menurutnya, tim relawan pemulasaraan jenazah di Desa Kesamben saat itu sedang kelelahan akibat tingginya kasus kematian selama beberapa pekan terakhir.

"Semuanya berlangsung lancar akhirnya. Jenazah akhirnya dimakamkan oleh perangkat desa dengan prosedur pemakaman pasien Covid-19," ujar dia.

SUMBER: KOMPAS.com (Penulis: Asip Agus Hasani | Editor : Robertus Belarminus)

https://regional.kompas.com/read/2021/08/06/062600678/kronologi-pasien-demam-lalu-meninggal-di-mobil-ditolak-3-rs-karena-penuh

Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Close Ads
Bagikan artikel ini melalui
Oke