Salin Artikel

4 Kali Mendaftar dan Ditolak, Ini Cerita Warga yang Kesulitan Mendapat Vaksin Covid-19

Warga mengeluhkan sulitnya mendapatkan vaksin dosis kedua, bahkan ada yang tiga kali mendaftar namun semuanya ditolak.

Kelangkaan itu, menurut epidemiolog dari Universitas Indonesia, disebabkan oleh penggunaan vaksin yang tidak tepat sasaran.

Vaksinasi juga, menurut epidemiolog dari Universitas Airlangga, tidak bisa dijadikan satu-satunya senjata utama dalam meredam penyebaran Covid-19 karena bergantung pada vaksin dari luar negeri, efikasi vaksin yang rendah, dan juga varian virus corona yang semakin berbahaya.

Berdasarkan data dari Satgas Covid-19 per Selasa (03/08), jumlah mereka yang divaksin - untuk dosis pertama dan kedua - berjumlah total kurang dari satu juta.

Jumlah total mereka yang divaksin sejauh ini, untuk dosis pertama dan kedua, lebih dari 68 juta.

Terkait dengan kekosongan tersebut, Satgas Penanganan Covid-19 mengatakan pemerintah terus bekerja keras untuk menambah pasokan vaksin dan menjamin agar setiap masyarakat dapat menerimanya.

Menteri Kesehatan Budi Gunadi Sadikin, Senin lalu (2/8/2021), Indonesia akan mendapatkan sebesar 331 juta dosis vaksin hingga Desember mendatang.

Jumlah itu, ujar Budi, cukup untuk diberikan pada sekitar 200 juta warga dan ia meminta kepada daerah untuk tidak khawatir akan potensi kehabisan stok vaksin.

Petugas kesehatan menyuntikkan vaksin COVID-19 kepada ketua RT di Kota Kediri, Jawa Timur, Rabu (17/03).

Kasno, warga kawasan Pakis, Surabaya, mendatangi Puskesmas untuk menanyakan jadwal vaksinasi dosis kedua, Selasa (3/8/2021).

Sampai saat ini, setelah vaksinasi pertama sebulan kemarin, dirinya belum mendapat informasi jadwal vaksinasi kedua dari perangkat RT/RW domisilinya.

Sesampainya di lokasi, Kasno pulang dengan tangan hampa.

Seorang tenaga kesehatan yang tengah bertugas menyampaikan, stok vaksin sedang kosong dan tidak dapat memastikan kapan vaksin dosis kedua dapat dilaksanakan.

"Jadi waktu itu (vaksin pertama) ada jadwal, saya mengikuti jadwal. Ya sekarang saya memastikan lagi butuh nek ada kan bisa izin kantor," ujar Kasno kepada Roni Fauzan, wartawan di Surabaya yang melaporkan untuk BBC News Indonesia.

Wali Kota Surabaya, Eri Cahyadi mengaku, kekosongan terjadi karena jumlah vaksin yang diberikan oleh pusat terbatas dan cepatnya proses vaksinasi.

Eri Cahyadi, berharap pemerintah pusat memberikan pasokan yang lebih besar untuk Surabaya.

Juru Bicara Satgas Covid-19 Provinsi Jawa Timur, Makhyan Jibril Al Farabi, membantah jika di wilayahnya kehabisan stok vaksin.

Ia mengungkapkan, berdasarkan data Senin kemarin, (2/8/2021), stok vaksin di Jawa Timur sebanyak 908.798 dosis yang tersebar di 38 kabupaten/kota di Jawa Timur.

"Lalu tadi pagi kita kedatangan lagi, ini memang (vaksinnya sedang) kita total lagi," ujar Makhyan Jibril.

Mahkyan mengklaim, vaksinasi di Jatim selama PPKM berlangsung cepat. Kota Surabaya adalah daerah yang termasuk dari lima besar kabupaten/kota di Jatim dengan proses vaksinasi cepat.

Selain Surabaya, wilayah teratas vaksinasi adalah Kota Mojokerto 93%, Kota Kediri 62,41%, Kota Blitar 52,71%, dan Kabupaten Jombang 54,51%.

Indah Fia Silfiana, 21 tahun, mengaku sudah empat kali mendaftar vaksinasi sejak Juni lalu.

Namun hingga kini, tidak ada yang membuahkan hasil.

"Pertama dan kedua ikut yang disuruh sama Pak RT, itu dua hari berturut-turut, tapi tidak dapat kuota," ungkap Indah kepada wartawan Lamanele di Samarinda, Selasa (3/8/2021).

Setelah itu, Indah mendaftar vaksinasi di Big Mall Samarinda "dan juga enggak dapat karena kehabisan kuota juga," terang dia.

Selanjutnya, ia mendaftar keempat kali dari kampus dan hingga kini belum ada kabar.

Pengalaman yang sama juga dirasakan Sophie Ruwa Hayati Ananda Polanagau, 22 tahun, yang telah mendaftar vaksin secara online pada Juni lalu namun gagal karena kuota penuh.

Sophie kemudian mencoba mendaftar vaksin lagi untuk mahasiswa yang diadakan kampusnya, pada 26 Juli lalu dan hingga kini menunggu giliran.

"Sudah terdaftar namum belum ada jadwal kapan akan divaksin." Kata dia.

Kepala Dinas Kesehatan Kaltim, Padilah Mante Runa mengaku stok vaksin di Kaltim mengalami kekosongan sejak dua bulan terakhir.

Sekretaris Daerah Kaltim Muhammad Sabani mengatakan hingga kini realisasai vaksin diwilayahnya baru 17% yang disebabkan oleh jumlah vaksin yang kurang.

"Memang sejak awal vaksin lambat. Bahkan ada yang sudah harusnya dapat vaksin kedua, tapi belom bisa diberikan karena stok kosong. Rencana datang bulan ini cukup banyak," katanya.

Mengutip data Satgas Covid-19 Kaltim, total target penerima vaksin di Kaltim mencapai sekitar 2,8 juta namun, hingga Selasa (3//8/2021), realisasi dosis pertama hanya 17% dan dosis kedua baru 11% dari target.

Beberapa hari lalu, Andi menyambangi Puskesmas di sekitar kediaman. Tapi stok vaksin saat itu kosong sehingga dia disarankan menunggu.

Bagi Andi, vaksin bukan hanya upaya untuk memperkecil risiko paparan. Namun, berbagai hal kini menjadikan sertifikat vaksin sebagai suatu syarat, seperti untuk melakukan perjalanan jauh.

"Karena kebetulan kan saya wiraswasta, pekerja lepas, jadi saya sangat butuh sekali ketika ke luar kota saya melakukan pekerjaan seperti naik kereta api, itu mesti menunjukkan sertifikat vaksin," kata Andi kepada wartawan Nanda Fahriza Batubara yang melaporkan untuk BBC Indonesia, Selasa (3/8/2021).

Kepala Puskesmas Simalingkar, Kota Medan, Roosleyn Bakkara, mengakui bahwa stok vaksin di tempatnya sudah kosong sejak dua pekan.

"Stok vaksin di Puskesmas memang tidak ada sementara tapi mudah-mudahan minggu ini sudah ada," kata Roosleyn.

"Kami sampaikan ke masyarakat bahwa vaksin tahap kedua diundur sampai ada vaksin," katanya.

Kota Medan, Sumatera Utara, merupakan satu di antara sederet daerah yang sempat mengalami kelangkaan stok vaksin.

Pada Rabu (28/7/2021) lalu, stok vaksin Dinas Kesehatan Kota Medan tersisa 150 dosis. Tak lama berselang, pemerintah pusat mengirim ratusan dosis vaksin.

Pelaksana Tugas Kepala Dinas Kesehatan Pemprov Sumatera Utara Aris Yudhariansyah mengklaim stok dan penyaluran vaksin berjalan lancar.

"Kesalahannya karena prioritasnya salah, banyak ngawur-nya, untuk pelayanan publik malah dikasih ke pasar-pasar, dan sekolah-sekolah. Sudah salah interpretasi, ke bawah-bawah salah semua, kacau semua. Kalau begitu ya habis vaksinnya yang terbatas," kata Yunis.

Menurutnya, bagi masyarakat yang tidak bekerja sebagai pelayan publik dan sektor esensial yang belum membutuhkan vaksin, harus menjalankan penerapan protokol kesehatan yang ketat.

"Penerapan protokol kesehatan dengan UU dan hukuman yang tegas, sambil meningkatkan jumlah vaksin dan memberikan bagi pekerja prioritas dan kemudian ke masyarakat umum," kata Yunis.

Langkah tersebut, menurut Yunis akan memaksimalkan penggunaan vaksin dan menurunkan tingkat penularan Covid-19.

Senada, epidemiolog dari Universitas Airlangga Windhu Purnomo, meminta pemerintah mengedepakan pengetesan dan penelusuran kontak (testing dan tracing) sebagai strategi penanganan Covid, dibandingkan dengan mengandalkan vaksinasi untuk menciptakan herd immunity.

"Vaksinasi sebagai pelengkap karena yang utama adalah testing dan tracing karena mampu memutus penyebaran," kata Windhu.

Windhu menjelaskan, vaksinasi tidak bisa menjadi strategi andalah karena tiga hal, pertama ketergantungan vaksin dari luar negeri, efikasi vaksin yang rendah, dan juga varian virus corona yang semakin berbahaya.

"Pemerintah telah melakukan sejumlah upaya untuk menambah jumlah dosis vaksin dari luar negeri untuk dikirimkan ke Indonesia, serta akselerasi proses mengkonversi vaksin menjadi vaksin yang siap disuntikkan," kata Wiku.

Sejauh ini, tambah Wiku, vaksinasi masih diprioritaskan terlebih dahulu untuk daerah dan populasi rentan, dan secara pararel mengejar cakupan yang luas secara nasional.

Menteri Kesehatan Budi Gunadi Sadikin, pada Senin (2/8/2021) mengatakan, vaksin akan mengalami penambahan sebesar 331 juta hingga Desember mendatang dan meminta daerah untuk tidak khawatir akan potensi kehabisan stok vaksin.

Juru Bicara Vaksinasi Covid-19 Kementerian Kesehatan Siti Nadia Tarmizi mengatakan, hingga awal Agustus, Indonesia telah menerima 150 juta dari 426 juta dosis vaksin yang dibutuhkan.

Pada Agustus ini, pemerintah menargetkan dua juta vaksinasi dalam sehari.

https://regional.kompas.com/read/2021/08/05/123500078/4-kali-mendaftar-dan-ditolak-ini-cerita-warga-yang-kesulitan-mendapat

Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Close Ads
Bagikan artikel ini melalui
Oke