Salin Artikel

"Saya Turun ke Jalan karena Psikologis Warga Sedang Marah, Lemah, Pasrah, dan Butuh Pemimpin"

Dengan mengendarai sepeda motor, pria yang akrab disapa Emil itu mengitari wilayah Pangalengan hingga Rancaekek, Kabupaten Bandung.

Kegiatan itu sudah ia mulai sejak Selasa (20/7/2021) atau bertepatan dengan Hari Raya Idul Adha.

Sepanjang jalan, Emil menyapa warga dari mulai pedagang kecil, pemetik teh, petugas kebersihan, hingga tukang becak.

Usai berbincang, mantan Wali Kota Bandung itu membagikan sembako berisi beras, tepung, minyak, biskuit, dan susu. Dia juga merogoh sejumlah uang dari sakunya dan memberikannya ke warga.

Penerima sembako mayoritas warga terdampak pandemi yang mengandalkan pendapatan harian untuk menyambung hidup.

Emil menjelaskan, ide membagikan sembako itu muncul setelah dia mendapat data penerima bantuan sosial dari pemerintah pusat.

Namun, dia meyakini masih banyak warga yang belum terbantu. Emil bersama istrinya, Atalia Praratya, memutuskan untuk turun ke jalan membagikan bantuan bagi warga.

"Dalam PPKM Darurat pasti ada warga terdampak baru yang gak masuk ke data formal. Ini agak sulit, harus improvisasi di lapangan. Pemprov bersama kota kabupaten menyisihkan anggaran untuk mereka yang tidak tercover pusat," papar Emil di Rancaekek, Kabupaten Bandung, Rabu (21/7/2021).

Warga marah

Emil mengatakan, turun ke jalan merupakan cara untuk meredam kekecewaan warga yang sudah lelah dengan pandemi Covid-19.

Menurut Emil, kehadiran pemimpin daerah sangat dibutuhkan langsung oleh warga.

"Saya turun ke jalan karena psikologis warga sedang marah, melemah, pasrah, dan butuh support pemimpin. Sehingga dengan kehadiran pemimpin, secara langsung diharapkan menaikkan moral dan semangat pada saat sulit," paparnya.

Ia pun mengajak seluruh komunitas di Jabar untuk ikut membantu mendistribusikan sembako bagi warga yang tak tercatat dalam penerima bansos pemerintah.

"Karena dinamika di lapangan tidak mudah. Kita perlu kolaborasi, sehingga saya mengajak dalam tujuh hari ke depan komunitas yang mau berbagi. Kami ada logistik sembakonya, tapi kekurangan pasukan menyisir mereka yang tidak terdata secara formal," kata dia.

Bantuan tak sesuai

Emil tak menampik bantuan yang diberikan tak sesuai dengan jumlah warga yang membutuhkan.

Program pembagian sembako itupun hasil kolaborasi dana Pemprov Jabar dan sumbangan dari dermawan.

"Tidak pernah ideal, tapi kita maksimalkan dari CSR, pertemanan. Contoh dari anggaran (Pemprov Jabar) yang tadinya buat obat 100 persen, kemudian pemerintah pusat juga bikin program obat gratis. Jadi setengahnya sudah saya putuskan akan disisihkan untuk bantuan sembako dan tunai kepada yang tidak terdaftar formal yang tadinya dari biaya obat," ujar Emil.

Emil akan terus turun ke jalan membagikan sembako hingga perpanjangan PPKM Darurat usai.

Rencananya, dia akan menyisir wilayah Bekasi, Bogor, Cianjur, hingga akhir pekan nanti. Sementara istrinya, melakukan hal serupa di titik berbeda.

"Nah, itulah keindahan punya istri yang hiperaktif. Jadi enggak mau bareng suami karena punya wilayah kebaikan sendiri yang cukup kompleks. Ya, melakukan hal sama intinya, tapi beda wilayah," jelasnya. 

https://regional.kompas.com/read/2021/07/21/153609778/saya-turun-ke-jalan-karena-psikologis-warga-sedang-marah-lemah-pasrah-dan

Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Close Ads
Bagikan artikel ini melalui
Oke