Salin Artikel

Seorang Camat Tewas Gantung Diri, Tinggalkan Surat untuk Kapolres, Diduga Depresi karena Istri Meninggal

Mayat DRM ditemukan tergantung di kamar bagian belakang rumah orangtuanya di Kampung Haumara.

Diduga, DRM nekat mengakhiri hidupnya karena depresi sejak istrinya meninggal karena Covid-19 pada 20 Mei 2021.

Di hari itu, DRM meminta dua saksi yakni KNR (17) dan LL (70) untuk menutup semua pintu dan jendela rumah.

Kepada KN dan LL, DRM mengaku ingin istirahat siang. Setelah menutup pintu dan jendela, KNR pergi ke bengkel dekat rumah. Sedangkan LL duduk di pendopo bagia depan rumah panggung tersebut.

Setelah itu, saksi lain KKJ (40) datang untuk berkunjung. Saat ia masuk rumah, LL mengingatkan agar KKJ membuka pintu secara perlahan kaena DRM sedang istirahat.

Namun KKJ tak memlihat korban tidur dan hanya melika sendal milik koban dan tikar tersimpan di ruang tengah.

KKJ kemudian memberitahu LL jika DRM tak ada di dalam rumah. Mereka kemudian mencari DRM dan menemukan pria 45 tahun itu tergantung di dekat kamar belakang.

Saat ditemukan.DRM masih mengenakan kemeja batik biru dan celana kain hitam.

Dari keterangan keluarga, DRM sering menyendiri setelah istrinya meninggal dunia. Tak hanya itu. Ia juga sudah tidur dan mulai jarang bekomunikasi dengan keluarga.

"Dimungkinkan korban mengakhiri hidupnya dengan cara gantung diri dikarenakan depresi semenjak meninggalnya istri korban karena Covid-19," ujar Kapolres Sumba Timur AKBP Handrio Wicaksono kepada Kompas.com, Selasa sore.

Saksi kemudian membawa parang memotong tali yang terikat di leher korban untuk menurunkan tubuh DRM.

Lalu korban dilarikan ke Rumah Sakit Kristen Lindimara.

DRM dinyatakan meninggal dunia setelah diperiksa secara medis di Rumah Sakit Kristen Lindimara, Sumba Timur.

"Berdasarkan hasil pemeriksaan medis pada tubuh korban tidak ditemukan adanya tanda-tanda kekerasan. Dan, saat dibawah ke rumah sakit, korban sudah dalam keadaan meninggal dunia," ungkap Handrio.

Tinggalkan surat wasiat

Dari hasil olah TKP, polisi menemukan surat wasiat yang ditinggalkan korban di saku kemejanya.

Surat tersebut ditujukan kepada Kapolres Sumba Timur dan berisi permintaan agar jenazahnya tidak pelu diotopsi.

"Isinya meminta kepada pihak kepolisian agar jenazah korban jangan dilakukan autopsi, karena apa yang dilakukan oleh korban atas keinginan sendiri," kata Handrio.

Berdasarkan surat tersebut, polisi memastikan jika korban sudah berencana untuk bunuh diri.

Kontak bantuan

Bunuh diri bisa terjadi di saat seseorang mengalami depresi dan tak ada orang yang membantu.

Jika Anda memiliki permasalahan yang sama, jangan menyerah dan memutuskan mengakhiri hidup. Anda tidak sendiri.

Layanan konseling bisa menjadi pilihan Anda untuk meringankan keresahan yang ada.

Untuk mendapatkan layanan kesehatan jiwa atau untuk mendapatkan berbagai alternatif layanan konseling, Anda bisa simak website Into the Light Indonesia di bawah ini:

https://www.intothelightid.org/tentang-bunuh-diri/hotline-dan-konseling/

SUMBER: KOMPAS.com (Penulis: Ignasius Sara | Editor : Dheri Agriesta)

https://regional.kompas.com/read/2021/07/21/133500378/seorang-camat-tewas-gantung-diri-tinggalkan-surat-untuk-kapolres-diduga

Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Close Ads
Bagikan artikel ini melalui
Oke