Salin Artikel

Ribuan Pasien Isoman di Gunungkidul Tak Mau Tinggal di Shelter

YOGYAKARTA,KOMPAS.com- Dinas Kesehatan Kabupaten Gunungkidul, Daerah Istimewa Yogyakarta mencatat ada lebih dari 3000 orang melakukan isolasi mandiri.

Sebagian besar memilih tinggal di rumah dibandingkan tinggal di shelter yang disediakan oleh kalurahan ataupun kapanewon.

Kepala Dinas Kesehatan Gunungkidul Dewi Irawaty menyebutkan, pada Selasa (13/7/2021) ada penambahan kasus baru Covid-19 sebanyak 409 kasus, sehingga total ada 10.310 kasus.

Untuk kasus sembuh bertambah 385, total ada 6665 kasus. Sementara untuk kasus dalam perawatan ada 3204 kasus. Untuk kasus meninggal ada 14 kasus, sehingga total selama pandemi ada 441 kasus kematian.

"Dari 3.204 kasus aktif, 3.065 menjalani isolasi mandiri, dan sisanya dirawat di rumah sakit rujukan," kata Dewi melalui sambungan telepon, Selasa.

Disinggung mengenai pengawasan, Dewi menyebut jika pasien isoman diawasi ketat oleh puskesmas dan pemangku wilayah seperti kalurahan.

Pihaknya juga mendorong realisasi shelter kabupaten. Rencananya, Pemkab Gunungkidul akan membuka kembali shelter di Wanagama, Kapanewon Playen.

Sementara itu, Kepala Dinas Sosial Gunungkidul Siwi Irianty menyebutkan, hampir seluruh kapanewon dan kalurahan memiliki shelter.

Namun, tidak banyak yang digunakan untuk isolasi pasien Covid-19. Pasien memilih untuk melakukan isolasi mandiri di rumahnya.

Pihaknya memberikan bantuan sembako kepada kepala keluarga yang melaksanakan isolasi mandiri.

Untuk tahap pertama Maret sampai Juni 2021 sudah disalurkan 1000 paket. Untuk tahap kedua disalurkan sekitar 150-an paket sembako.

"Kita enggak kuat bantu jiwa, jadi bantuan per kepala keluarga," kata Siwi.

Sebelumnya, para relawan pemulasaraan jenasah harus bekerja ekstra keras agar semuanya bisa tertangani.

Ada beberapa lembaga yang membantu pemakaman dengan protokol kesehatan, salah satunya Palang Merah Indonesia (PMI) Gunungkidul.

Sepanjang Juli 2021, ada 41 jenazah yang ditangani. Sebanyak 39 di antaranya merupakan jenazah pasien konfirmasi positif Covid-19.

"Adapun dari pasien isoman ada 19 jenazah," kata Staf Administrasi, Logistik, dan Pendampingan SDM PMI Gunungkidul, Saiful Asrofi dihubungi wartawan pada Senin (12/7/2021).

Diakuinya, meningkatnya jumlah kematian membuat relawan harus bekerja ekstra untuk memakamkan dengan protokol kesehatan.

Apalagi jika kematian secara bersamaan, dan meminta cepat untuk ditangani.

Berdasarkan data, sekitar 65-70 persen kalurahan sudah bisa melakukan pemakaman dengan prosedur Covid-19 secara mandiri.

Namun, dengan catatan jenazah tersebut sebelumnya sudah dirukti oleh petugas.

Sedangkan untuk yang mampu melakukan rukti secara mandiri baru sekitar 35-40 persen kalurahan.

"Karena kondisi itu (banyak yang meninggal), banyak kalurahan dan keluarga dari jenazah yang minta didahulukan penanganannya, sedangkan kemampuan kami terbatas," kata Saiful.

Selain itu pihaknya melakukan pendampingan kepada wilayah yang baru pertama kali menangani jenazah dengan konfirmasi positif Covid-19.

Harapannya, ke depan warga bisa melaksanakan pemulasaraan jenazah secara mandiri. PMI Gunungkidul berkoordinasi dengan berbagai rumah sakit (RS) untuk proses rukti jenazah.

Sehingga nantinya tim relawan bisa berfokus untuk penanganan jenazah lainnya.

Ketua PMI Gunungkidul Iswandoyo menambahkan, kematian pasien isoman dirasakan sejak bulan Juni 2021 lalu. Pada Juni lalu tercatat sebanyak 18 pasien isoman yang ditangani.

"Sepanjang Juni lalu, total yang kami tangani sebanyak 55 jenazah (menggunakan protokol kesehatan)," kata Iswandoyo.

Koordinator SAR Satlinmas Wilayah II Gunungkidul Marjono mengakui hampir setiap hari anggotanya memakamkan warga yang meninggal dengan protokol kesehatan.

"Iya Mas hampir setiap hari," kata Marjono.

Dijelaskan, tim SAR Satlinmas selain menjaga wilayah pantai, sejak pandemi juga bertugas melakukan sosialisasi kepada wisatawan, sosialiasasi pemulasaran jenasah, hingga menjaga TPR untuk membantu menghalau wisatawan.

"Untuk pemakaman kami tidak hanya wilayah selatan, tetapi seluruh Gunungkidul siapa saja yang membutuhkan bantuan kami bantu," kata Marjono

Marjono mengaku, untuk melakukan penguburan pihaknya selama ini masih mengandalkan jas hujan. Untuk baju yang khusus memang mengalami keterbatasan, namun hal itu tidak menyurutkan pihaknya.

"Memang kami kekurangan APD, kami bisa memakai jas hujan dan memang itu rapet banget," ucap Marjono.

https://regional.kompas.com/read/2021/07/13/223001178/ribuan-pasien-isoman-di-gunungkidul-tak-mau-tinggal-di-shelter

Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Close Ads
Bagikan artikel ini melalui
Oke