Salin Artikel

Selama Pandemi, 11 Transpuan di Yogyakarta Meninggal karena Keterbatasan Akses Bantuan Obat

Hal tersebut disampaikan oleh Koordinator Waria Crisis Center (WCC), Rully Mallay saat dihubungi Kompas.com melalui telepon pada Sabtu (10/7/2021).

Untuk itu pihaknya membuka donasi untuk membantu transpuan dan kaum minoritas. Hingga saat ini, mereka behasil mengumpulkan donasi sebesar Rp 30 juta.

Apalagi saat ini pihaknya membantu 10 transpuan dan lima wanita pekerja seks (WPS) di kawasan Parangkusumo Bantul yang sedang melakukan isolasi mandiri.

"Kami melakukan penggalangan dana tidak hanya transpuan sedang mengalami itu (isolasi mandiri), teman yang terdampak seperti WPS (Wanita Pekerja seks) kebetulan saya sudah survei di Parangkusumo," kata Rully.

WCC telah mengirimkan obat dan vitamin kepada transpuan dan WPS yang sedang menjalani isolasi mandiri itu.

Ia mengatakan selama ini transpuan dan WPS tak bisa mengakses bantuan dari pemerintah karena belum memiliki KTP dan sejumlah alasan lainnya, seperti sudah meninggalkan keluarga cukup lama.

Untuk itu WCC sudah berkoordinasi dengan Pemerintah Provinsi Daerah Istimewa Yogyakarta (DIY) sesuai imbauan Kementerian Dalam Negeri untuk mengurus administrasi kependudukan para transpuan.

Namun, upaya itu tak semudah yang dibayangkannya. Admnistrasi yang harus melibatkan dokumen lengkap membuatnya kesulitan.

Rully mencontohkan, pihaknya kesulitan mencari saksi karena tak semua pemiliki rumah kos yang menjadi tempat para transpuan mau menjadi saksi.

Selain itu, ia jarang menemukan pemilik kos yang mau ditumpangi kartu keluarganya untuk membuat KTP.

"Dari 17 (transpuan) yang mengajukan belum ada yang terealisasi," ucap Rully.

Membuat dapur dan pelatihan

Rully menjelaskan selama pandemi, WCC membuat dapur umum bersama lembaga donor sejak Juni hingga Desember 2020.

Mereka juga memberikan pelatihan seperti membuat anyaman dan batik kepada para transpuan.

Di DIY, ada 284 transpuan dengan rincian 184 orang memiliki KTP atau tinggal lama di DIY. Sisanya, sekitar 100 orang berpindah-pindah.

Namun pelatihan tersebut tak maksimal karena transpuan harus mengubah pekerjaan lamannya.

"Yang berhasil ada sedikit, paling untuk makan sendiri. Perlu ada stimulan atau mendirikan koperasi," ucap Rully.

Ia berharap pihaknya bisa membantu para transpuan yang terdampak pandemi Covid-19.

Menurutnya, para transpuan yang sebagian besar bekerja sebagai pengamen dan sektor nonformal lainnya kesulitan mencari nafkah selama pandemi.

Apalagi, pemerintah menerapkan sejumlah pembatasan untuk mengendalikan Covid-19.

Hal serupa pernah disampaikan pemimpin Pesantren Waria Al Fatah Yogyakarta Shinta Ratri. Ia mengatakan, terus berupaya mengajak transpuan untuk hidup mandiri dan bekerja di sektor lain.

SUMBER: KOMPAS.com (Penulis: Markus Yuwono | Editor : Dheri Agriesta)

https://regional.kompas.com/read/2021/07/10/160600878/selama-pandemi-11-transpuan-di-yogyakarta-meninggal-karena-keterbatasan

Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Close Ads
Bagikan artikel ini melalui
Oke