Salin Artikel

Kewalahan, Sejumlah RS di Yogya Sempat Tutup Sementara Layanan IGD

YOGYAKARTA, KOMPAS.com - Akhir pekan lalu, ramai di media sosial beberapa rumah sakit di Daerah Istimewa Yogyakarta (DIY) menutup sementara ruang Instalasi Gawat Darurat (IGD) karena penuh. Di antaranya, Rumah Sakit Panti Rapih dan PKU Muhammadiyah Yogyakarta.

Direktur RS Panti Rapih Yogyakarta Triputro Nugroho menjelaskan, di IGD RS Panti Rapih terjadi peningkatan pasien pada tanggal 26 Juni 2021, sehingga melebihi kapasitas baik itu di ruang rawat inap maupun IGD. 

Agar tetap bisa memberikan layanan maksimal kepada pasien, beberapa langkah ditempuh oleh pihak rumah sakit, salah satunya adalah dengan menutup ruang IGD sementara.

“Tanggal 26 Juni kapasitas rawat inap dan IGD sudah sampai melebihi kapasitas. Sudah ada 12-13 pasien yang menumpuk, crowded. Satu sisi kita ingin melayani, tapi tenaga kita terbatas, sehingga kita lakukan pengaturan. Tidak menerima sementara fokus pada pasien kami yang di IGD, istilahnya buka-tutup,” jelas dia saat jumpa pers secara daring melalui zoom meeting, Senin (28/6/2021).

Pada tanggal 27 Juni 2021, sambung dia, IGD di RS Panti Rapih sudah mulai dibuka kembali dan sudah menerima pasien. Pada Senin pagi  terdapat pasien sebanyak 16 orang.

“Ada yang sudah bisa pulang kita pulangkan, sekarang masih ada 2 pasien yang menunggu ruangan. Bukan berarti kita tidak melayani kami tetap melayani di dalam,” kata dia.

Sementara itu, Direktur RS PKU Muhammadiyah Kota Yogyakarta Muhammad Komaruddin menyampaikan, bahwa beberapa hari lalu pihaknya juga mengalami hal serupa yakni menutup sementara IGD di RS PKU Muhammadiyah. 

“Situasi yang terjadi saya kira di DIY sama, kalau kemarin beberapa hari lalu semua Unit Gawat Darurat (UGD) sementara tidak melayani pasien, itulah kondisinya karena terjadi stagnasi pasien dari UGD belum bisa masuk ke ruang isolasi dan masih berlanjut,” kata dia.

Untuk mengantisipasi hal itu terjadi kembali, pihaknya melakukan beberapa penambahan ruangan perawatan isolasi yang pada Senin sudah siap digunakan dan untuk ruang UGD dilakukan relokasi.

“Kami ada ruang untuk vaksinasi Covid-19 kita pindah di luar area rumah sakit, sedangkan ruang vaksinasi tadi kita siapkan untuk UGD Covid-19, saya hitung cukup untuk 12 tempat tidur. Ini kita lakukan untuk antisipasi jika terjadi penumpukan,” kata dia.

Komaruddin mengungkapkan, yang juga menjadi masalah adalah ketersediaan sumber daya manusia (SDM) yang semakin berkurang, baik itu tenaga dokter maupun tenaga perawat.

Sebab, terdapat 20 tenaga kesehatan di RS PKU Muhammadiyah Kota terpapar Covid-19.

Di lain pihak, Kabid Pelayanan Kesehatan Dinkes DIY Yuli Kusumastuti menyampaikan selama dua minggu terakhir kenaikan kasus Covid-19 tidak hanya terjadi di DIY saja tetapi juga di provinsi lain.

Sekarang DIY telah mengoptimalkan 27 rumah sakit rujukan dan satu rumah sakit lapangan.

Tingginya lonjakan kasus Covid-19 membuat rumah sakit memiliki keterbatasan dalam memberikan layanan seperti ketersediaan tempat tidur, dan SDM.

“Semakin bertambah kasus ini tidak berimbang dengan ketersediaan bed, sehingga memang BOR (Bed Occupancy Ratio) di DIY memang kemudian semakin lama semakin tinggi, saat ini rata-rata per hari sudah mendekati 85 persen,” ungkapnya.

Menurut dia, angka BOR 85 persen tidak stagnan. Rumah sakit sudah berupaya maksimal dengan menambah kapasitas semampu rumah sakit.

Ditambah lagi, rumah sakit menanggung dua beban, yakni beban pasien Covid-19 dan non Covid-19.

“Di satu sisi rumah sakit menerima beban ganda, satu sisi pasien Covid harus dilayani, satu sisi tidak boleh menolak apalagi darurat,” kata dia.

https://regional.kompas.com/read/2021/06/28/151201178/kewalahan-sejumlah-rs-di-yogya-sempat-tutup-sementara-layanan-igd

Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Close Ads
Bagikan artikel ini melalui
Oke