Salin Artikel

Aktor Film Ini Kaget Saat Masuk ke Pedalaman Sulawesi Selatan: Terisolasi, Tak Ada Sekolah, Jembatan, bahkan Masjid

Ia datang kesana untuk mengantarkan bantuan Super Qurban, olahan daging kurban dalam bentuk kaleng. Daerah tersebut menjadi sasaran bantuan karena tidak ada yang berkurban di daerah tersebut.

"Mereka tidak berkurban karena perekonomian susah. Untuk makan sehari-hari saja sulit," ujar Adhin menjawab pertanyaan Kompas.com, Selasa (23/6/2021).

Pemain Film "The Power of Love 2: Hayya" ini menjelaskan, Pattiro merupakan desa yang terisolasi karena tidak ada jembatan.

Untuk masuk desa: seberangi sungai, atau memutar 4 jam

Dari Maros, membutuhkan waktu sekitar dua jam ke tepi sungai besar. Warga Pattiro tinggal di seberang sungai tersebut.

Pilihannya ada dua, menembus sungai dengan arus kuat yang berbahaya atau jalan memutar sekitar 4 jam untuk mengakses jembatan.

"Orang sana bilangnya 1 jam, tapi ternyata 4 jam. Kita harus melewati hutan di tengah hujan deras, sungai, dan rawa-rawa. Kita tidak tahu kondisinya seperti itu," ucap Adhin.

Saat akan menuju lokasi, air bah datang. Suasananya mencekam, mirip seperti syuting Resident Evil. Warga desa menjaga dirinya dan tim di sebelah kiri, kanan, depan, dan belakang.

Kondisi memilukan desa terisolir: tidak ada jembatan, sekolah, masjid, apalagi listrik...

Begitu sampai, ia melihat pemandangan memilukan. Di sana tidak ada sekolah. Mereka belajar dari relawan yang datang beberapa hari dalam sepekan.

Mereka belajar di halaman rumah, bersatu dengan kandang hewan ternak. Tak ada juga tempat MCK (mandi cuci kakus). Bila ingin buang air harus ke sungai.

"Untuk ke sungai kita harus berjalan kaki 500 meter melewati hutan. Tak ada juga listrik," ungkap dia.

Bahkan di beberapa kampung ada warga yang belum pernah melihat masjid saking jauhnya masjid dari tempat mereka.

"Di sini (kota) masjid banyak banget. Ketika ada panggilan adzan, tar sok tar sok dulu (shalatnya)," ucapnya.


Warga desa terisolir Sulsel jarang makan daging

Adhin mengungkapkan, warga di Pattiro jarang makan daging. Meski memiliki hewan ternak, perekonomian yang terbatas membuat mereka harus menjual hewan ternaknya.

Karena itulah, ketika diberi Super Qurban, mereka bahagia sekali. Mereka mengonsumsi daging sedikit demi sedikit. Semakin hemat, semakin lama mereka akan mengonsumsi daging tersebut.

"Saya tidak menemukan sila kelima (Keadilan Bagi Seluruh Rakyat Indonesia) di sana. Semoga ada orang yang tergerak hatinya untuk membangun jembatan di sana," tutur dia.

Ke depan, Adhin akan terus mengunjungi tempat-tempat seperti ini. Ia pun akan senang hati bila diminta untuk mengantarkaan Super Qurban ke tempat-tempat seperti ini.

CEO Rumah Zakat, Nur Efendi mengatakan, tahun ini ada 100 titik daerah 3T (terdepan, tertinggal, terluar) yang menjadi bidikan distribusi Super Qurban.

Selain daerah 3T, Super Qurban didistribusikan ke lokasi bencana hingga warga terdampak Covid-19.

https://regional.kompas.com/read/2021/06/23/074958378/aktor-film-ini-kaget-saat-masuk-ke-pedalaman-sulawesi-selatan-terisolasi

Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Close Ads
Bagikan artikel ini melalui
Oke