Salin Artikel

Dosen Korban Pelecehan Seksual Eks Rektor Unipar Jember Trauma dan Kerap Menangis

Korban masih merasa takut dan kerap menangis ketika bertemu dengan orang lain.

“Masih teringat, tidak mau ke kampus, mungkin masih terbayang khawatir ketemu (rektor),” kata MH, suami dari korban pelecehan seksual tersebut pada Kompas.com via telepon Senin (21/6/2021).

Belum mendapatkan pendampingan psikologis

Menurut dia, istrinya masih terus terbebani dengan kejadian pelecehan yang dialaminya. Bahkan, ketika bertemu dengan orang lain, sang istri kerap menangis.

Sampai sekarang, istrinya pun belum mendapat pendampinngan psikologis atau hukum dari pihak mana pun.

Hanya suami dan anak-anak yang menguatkan dirinya. Namun, tidak mudah menghilangkan trauma yang dialami korban.

“Kalau di fisik mungkin tidak, tapi psikologis yang menjadi persoalan tersendiri,” papar dia. Untuk itu, istrinya masih terus bekerja dari rumah.

Istrinya sudah merasa tidak wajar ketika berangkat dari Jember. Namun masih berpikiran positif.

“15 menit setelah masuk tol, peristiwa itu berlangsung sampai keluar tol arah mau ke Tretes,” ungkap dia.

Pelaku yang duduk di belakang istrinya saat berada di dalam mobil mulai bersikap tidak sopan.

Akhirnya, korban maju ke depan hingga tidak bersandar di jok kursi untuk menghindari perlakukan RS.

“Ketika agak panik istri ambil foto dikirim ke bawahannya,” ucap dia.

Foto itu tidak dikirim ke suaminya karena sudah panik dan tidak bisa berpikir. Akhirnya mengirim pesan via WA secara acak.

“Kirim foto dengan tulisan, tolong saya, Pak,” ungkap dia.

Kemudian ketika ditanya ada apa, korban tidak berani bercerita karena ketika dia berontak, dia merasa sendirian sebagai perempuan. Sebab yang lain adalah laki-laki.

“Kepikiran untuk melompat dari mobil untuk menghindari itu,” jelas dia. Bahkan, korban juga update status di akun WhatsAppnya yang menuliskan tentang sikap mantan rektor RS yang tidak beretika.

“Status menangis, kemudian juga tulisan apa gunanya pintar tapi tidak bermoral,” tambah dia.

Dia baru bercerita seminggu kemudian. Korban bercerita setelah merasa dipojokkan saat berada di kampus, yakni saat beberapa orang menganggap persoalan tersebut masalah kecil dan biasa.

“Yang membuat istri marah, katanya kalau diumbar sama dengan mengumbar aib sendiri,” papar dia. Padahal, korban tidak merasa memiliki aib, karena merupakan korban pelecehan seksual.

Selain itu, juga ketika kasus itu terungkap, dinilai merugikan lembaga.

Padahal, kata MH, jika kasus itu dibiarkan, maka merugikan lembaga karena ada pembiaran terhadap kasus pelecehan seksual.

Sebelumnya diberitakan RS, Rektor Universitas Argopuro (Unipar) Jember mengundurkan diri dari jabatannya sejak Kamis (17/6/2021).

Hal itu dilakukan setelah adanya laporan kasus pelecehan seksual yang dilakukan rektor pada salah satu dosen di kampus tersebut.

Laporan tersebut dilakukan oleh MH, suami dari dosen yang diduga menjadi korban pelecehan seksual. Laporan tersebut dilakukan pada 16 Juni 2021.

Pelaku RS juga mengakui perbuatan itu dan merasa khilaf atas tindakan yang telah dilakukannya. Yakni hendak mencium korban ketika berada di kamar hotel.

“Begitu dia (korban) membuka (pintu hotel), kok saya tidak ada rencana, spontanitas ingin mencium dia, tapi dia mengelak, terus saya minta maaf,” kata RS.

Untuk itu, dia meminta maaf atas tindakan tersebut dan bersedia mengundurkan diri dari jabatannya sebagai rektor Unipar.

https://regional.kompas.com/read/2021/06/22/054531778/dosen-korban-pelecehan-seksual-eks-rektor-unipar-jember-trauma-dan-kerap

Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Close Ads
Bagikan artikel ini melalui
Oke