Salin Artikel

Data Kematian akibat Covid-19 di Provinsi Kalbar Berbeda dengan Kabupaten/Kota, Ini Sebabnya

PONTIANAK, KOMPAS.com – Data kematian akibat virus corona yang dipublikasi Satuan Tugas Penanganan Covid-19 Kalimantan Barat (Kalbar) berbeda dengan jumlah angka kematian yang dimiliki kabupaten dan kota.

Misalnya, pada Kamis (17/6/2021) kemarin, Dinas Kesehatan Kalbar mengumumkan sebanyak 125 pasien terkonfirmasi Covid-19 telah meninggal dunia.

Namun, di hari yang sama, Pemerintah Kabupaten Sintang menyebut, sebanyak 131 pasien telah meninggal dunia.

Lalu, mengapa data kematian akibat Covid-19 di Kabupaten Sintang, justru lebih besar dibandingkan data yang dikeluarkan Pemerintah Provinsi Kalbar?

Kepala Dinas Kesehatan Kalbar Harisson mengakui perbedaan data tersebut terjadi karena ada beda persepsi antara pihaknya dengan pemerintah kabupaten dan kota, khususnya di rumah sakit.

Menurut Harisson, jika ada pasien yang terkonfirmasi positif dan meninggal dunia, pihak rumah sakit di kabupaten dan kota, akan memasukkannya ke dalam data, sebagai pasien meninggal karena Covid-19.

Namun, saat data tersebut dikirim ke Satgas Penanganan Covid-19 Kalbar, akan kembali dikaji dan pelajari resume medisnya.  

“Laporan data kematian yang dikirim rumah sakit selalu beserta dengan resume atau riwayat medis pasien yang meninggal. Resume itu kami kaji dan baca kembali, lalu diputuskan apakah pasien itu memang meninggal karena Covid-19 atau karena komorbid,” kata Harisson kepada wartawan, Sabtu (19/6/2021).

Lebih rinci, Harisson mencontohkan, misalnya jika ada pasien yang terkonfirmasi dengan cycle threshold 36-37, namun memiliki riwayat medis gagal ginjal kronis karena kencing manis dan telah melakukan cuci darah secara rutin, lalu meninggal dunia, maka rumah sakit akan memasukkannya ke dalam klasifikasi pasien kematian akibat Covid-19.

“Dari contoh kasus tersebut, rumah sakit kabupaten kota akan melaporkannya sebagai kematian karena Covid-19, tapi kami tidak melaporkan ini sebagai Covid-19,” ucap Harisson.

Ada pula misalnya rumah sakit merawat seorang pasien yang baru suspect, tapi pasien tersebut meninggal dunia sebelum hasil polymerase chain reaction (PCR) keluar.  

Kemudian, lanjut Harisson, contoh kasus lain, misalnya ada pasien terkonfirmasi positif, kemudian dalam pemeriksaan PCR selanjutnya dinyatakan telah negatif, tapi beberapa hari kemudian meninggal dunia.

“Ini juga, oleh rumah sakit akan dilaporkan meninggal karena Covid-19. Tapi di provinsi, tidak dilaporkan karena Covid-19,” terang Harisson.

Harisson melanjutkan, sejumlah contoh tersebut yang menyebabkan adanya perbedaan dalam melaporkan angka kematian pasien Covid-19 kepada Kemeterian Kesehatan atau Satgas Penanganan Covid-19 Nasional.

“Ke depan, tentunya kami akan melakukan konsoldiasi dan persamaan persepsi ini,” tutup Harisson.

https://regional.kompas.com/read/2021/06/19/161257378/data-kematian-akibat-covid-19-di-provinsi-kalbar-berbeda-dengan-kabupaten

Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Close Ads
Bagikan artikel ini melalui
Oke